Aku ingin membagi sebuah kisah
tentang duka yang tak pernah dirayakan, tentang perpisahan yang berakhir tanpa
pelukan. ketika perasaanku tak sempat kucurahkan sementara perbincangan kita
terhenti karena waktu, hatiku terkunci karena ragu. Jemariku tak mampu meraba
beberapa huruf yang tak sanggup kurangkai, bibirku terkatup menatap sendu. Kamu
tak pernah memberiku kesempatan untuk mengurai degup jantungku yang memburu,
tentang nafasku yang tercekat karena angin tiba-tiba lenyap di sekitar. Aku menatap
nanar tentang kenangan yang tak seharusnya kusimpan. Apakah sebenarnya
perpisahan adalah salah satu bentuk takdir. Terkadang, perpisahan memang
diharapkan terjadi, agar aku lebih mengerti dunia bukan saja berbicara tentang
pertemuan. Ketika angin berhenti dan aku tak bernapas lagi, berarti aku harus
pergi. Meninggalkan dunia. Merindukan tempat di mana namaku berakhir terukir di
bebatuan. Meski, harus berderai air mata.