Ada satu hal sulit kutepis meski
pahit dalam nyata, mencintai seseorang yang tidak memiliki rasa yang sama. kau
tak menunjukkan rasa benci, juga perasaan sayang. Kau selalu hadir jelas di
depan mata, tapi tak pernah tertembus sayangku ke dalam hatimu. Melihat, jernih
permukaan air tak bisa kulihat dalamnya perasaanmu. Saat-saat gundah menyergap
dan ingatanku tentang perjanjian kita terngiang, kita akan berpisah. Bukan saja
karena waktu, tapi cerita kita berakhir bersama. Bahkan tak ada pelukan akhir
sebelum kita benar-benar saling menjauh. Mungkin, detik ini juga sebenarnya
hatimu telah menjauh, sejak kulihat binar matamu bukan untukku, tetapi untuknya.
Seandainya satu malam yang
tersisa, aku tak ingin datang pagi. Mengekalkan ingatanku tentangmu sebelum
semuanya hilang terbilas waktu. Begitu pun perasaanku yang tegar berdiri tanpa
sambutan tanganmu. Aku harus sadar tepian hati ini tak berlabuh menuju dermaga.
Jika nanti ada akhir di mana kata tak sanggup menguraikan kesedihanku, aku
ingin pelukan panjang sebelum terlambat. Sebelum kata sayangku terucap
lamat-lamat. Membisikkan kata rindu yang tak mungkin kudengungkan di telingamu.
Kita begitu dekat seolah bersama, tapi hatimu tak bisa kumiliki. Ada cinta yang
tumbuh perlahan di dadaku, tapi tak kutemukan pagar tuk kujadikan tempat
kuberpijak. Terlebih ada nama lain di hatimu, dan mataku terendam air begitu
saja. Lirih bersenandung rindu entah kepada siapa. Mengalamatkan cinta pada
surat kaleng suatu malam. Ternyata hatiku tak bisa berbohong lirih terus
menyebutkan namamu.
Batas bening yang tersaput mata
kasat tak terpandang, jika hati berbekas mengikut jejak kenangan tentang luka
dan hujan. Aku ingin mengakhirinya sampai di sini, meski air mata menetes tak
terbendung. Tapi, masih adakah luka yang berhasil sembuh jika jatuh cinta
rasanya sama juga menyakitkan ketika harus melepas pergi. Sementara kau
membangun dinding di antara kita. Jarak kita tak sejauh masa lalu, tapi hati
kita tak saling berdekatan. Kita itu sama seperti sepasang merpati yang masih
ingin terbang, meski pertemuan di taman kota sangat membekas ingatan. Lama-lama
aku hanya diam terpaku menatap senja, meski bias bayangmu tak sanggup
kulupakan. Adakah jeruji yang
menghalangi kita tak menumbuhkan benci, karena kita saling menyayangi, tapi
tanpa kau sadari kita telah saling menyakiti. Kita mungkin terlalu dekat tapi
tak menyatu ketika hatimu mulai membatu.