Cinta itu memang nggak adil, buktinya kadang datang sendirian. Loh?
Entah, gue kayak kepikiran aja gitu. Setelah nonton film percintaan biasanya selama beberapa detik gue memejamkan mata, mengurai intisari film. Dari situ, banyak poin yang berseliweran di dalam kepala gue. Begitu juga misalnya ketika gue selesai membaca buku. Setelah menutup halaman terakhir, gue menutup mata dan meresapi kata demi kata. Lalu yang paling gue inget biasanya adegan favorit, dialog paling nempel, dan karakter.
Entah, gue kayak kepikiran aja gitu. Setelah nonton film percintaan biasanya selama beberapa detik gue memejamkan mata, mengurai intisari film. Dari situ, banyak poin yang berseliweran di dalam kepala gue. Begitu juga misalnya ketika gue selesai membaca buku. Setelah menutup halaman terakhir, gue menutup mata dan meresapi kata demi kata. Lalu yang paling gue inget biasanya adegan favorit, dialog paling nempel, dan karakter.
Pernah nggak sih, lo merasa udah berjuang dan berusaha keras
untuk mendapatkan hati gebetan. Sementara di sisi yang lain gebetan sama sekali
tidak punya rasa yang sama. Semacam cinta bertepuk sebelah tangan. Lo sendiri
yakin, gebetan itu bisa lo dapetin.
Pendekatan-pendekatan dilakukan berbagai cara. Dari
mengumpulkan informasi gebetan, hobi, kecenderungan, kebiasaan, sampai hal-hal
remeh dari gebetan. Bahkan, informasi kapan gebetan tidur tepat pukul berapa lo
sampai tahu.
“Pukul 11.09 malam dia nggak ngetwit lagi, artinya dia udah
tidur”
Nah, semua data tentang gebetan ketika sudah dikumpulkan lo
mulai melakukan serangkaian aksi pedekate. Pokoknya banyak cara; dari naro nasi
uduk pake sambel rawit ijo di depan pintu kosan dia, kirim puisi pake huruf
braile, sampai aksi heroik memahat I LOVE U di batang pohon kelapa di
kampusnya.
Tapi, rupanya gebetan tidak memberikan sinyal positif.
Well, kenapa sih jatuh cinta itu nggak sederhana? Kenapa cinta
begitu menuntut balasan?
Makanya, gue sama sekali tidak sepakat dengan jatuh cinta
pada pandangan pertama. Jelas-jelas love is blind. Cinta itu buta buat siapa
aja. Tapi, jangan sampai dibutakan cinta. Nah, lho.
Seperti blurb dari buku LOVE REBOUND karya Satria Ramadhan
ini:
Banyak orang yang pengin jadi anak basket biar dicap keren
dan popular. Punya badan sehat, dielu-elukan fans ketika bertanding, memiliki
banyak teman sepermainan, dan yang paling penting nih…, digilai cewek-cewek!
Buat Satrio—si anak basket rabun ayam—, permainan bola itu sudah jadi prinsip
hidup. Passing feeling alias oper
baperan sudah biasa, three point
untuk urusan hubungan jarak jauh pernah dilakukan, sekadar rebutan rebound hati
gebetan sih berani saja, dan kebiasaan di-block
saat shooting membuatnya lebih tabah
ketika ditolak cewek. Namun, semua itu tidak menyelamatkan derita jomlo; hati
Satrio belum mendapat point. Teknik dan taktik apa lagi yang harus dijalaninya
untuk mencetak angka? Terus berusaha dan jangan sampai fouled out, ya!
Satria sudah berjuang dan berusaha keras, tapi cinta tak kunjung
menyambut dirinya. Jadi, harus sejauh apa sih berjuang agar cinta Satria
diterima? Apa saja perjuangan yang kamu lakukan sampai cintamu diterima?
Coba isi di kolom
komentar ya, yang paling bagus, unik, dan gokil akan mendapatkan buku LOVE
REBOUND terbitan BUKUNE (boleh pengalaman pribadi)