Aku terbangun bersimbah air mata, memimpikan perpisahan
denganmu membuatku berderai tangis. Begitu mentari menyapa dan hangat pagi tak
lagi terasa sama. Aku merasa detak jantungku tak berderu seperti kali pertama
bertemu. Semacam firasat kedipan mataku terasa berat bahkan bibirku kaku untuk
menyungging senyum. Siang hari seperti bencana ketika kau datang bersama luapan
amarah, aku tahu bahwa aku salah. Tapi aku tak mengerti arti cinta lagi ketika
kau utarakan keinginanmu. Meletuskan perih hati yang tak bisa kuurai, bersemayam
benih benci yang menggumpal. Kau, mengubah mimpi buruk mewujud nyata. Seperti hari
yang terkenang, aku mengenangmu dalam kebencian karena perpisahan ini tanpa
pelukan.