Kata-kata itu tak cukup sekadar membuatmu jatuh ke pelukanku. Kau tahu, aku lebih suka berbisik di dekat telingamu karena aroma tubuhmu lebih mudah tercium dan aku bisa merasakan nafasmu lebih terburu-terburu. Dan kau menatapku penuh rayu, ketika belaianmu lebih mesra dan aku tak mampu menahan diriku. Aku selalu ingat dirimu saat mataku terbuka. Di saat semua tampak begitu nyata, aku mulai ragu apakah aku bisa mencapai keinginanku. Ada detak ketika denyut menjadi terhenti bukan karena jantung tak berdetak. Tapi karena dada pun tersentak saat aku merasa bahwa diriku tak mampu meraihmu. Untuk Jatuh mencintaiku.
Malam hanya menyisakan aroma hujan yang mulai hilang. Kau bersembunyi dalam keremangan sementara bibirmu masih mengatup, aku mencoba mencarimu, walaupun sebenarnya samar-samar kulihat matamu terpejam, tapi kau mencoba mencuri pandang, sementara aku sibuk meraba. Kini kau merajuk dan memintaku menemanimu sepanjang malam. Dan aku sangat menyukai setiap malam bersamamu. Bahkan kau memelukku sedemikian kuat sampai aku tak bisa terlepas. Kau menyukai keremangan itu karena kau pikir mata hatiku lebih terbuka. Melihat setiap jengkal dirimu yang gelap. Kau mulai merapat dan aku sangat mengetahui hal itu, kemudian kau menyentuh pipi lebih mesra dan aku dengan mudah menemukan wajahmu dalam gelap. Aku ingin sekali menciummu saat itu. Bahkan lebih baik jika kau lengah, dan aku dengan mudah mendapatkan bibirmu saat kau terkejut menerimanya. Tapi aku mengerti, ada saat dimana hati ini gelap karena cahaya kini mulai redup. Dan kau mampu membuat kegelapan ini tampak jauh lebih terang terlihat.
Terkadang, bening kristal di matamu berubah menjadi getaran yang perlahan melahirkan rintik-rintik air dari ujung bulu mata. Padahal malam itu tidak pula terjadi pertengkaran, aku hanya merasa tidak perlu mengungkapkanya. Hanya terlintas begitu saja dan aku tidak tahu kalau mengundang reaksi negatif bagimu. Aku tidak tahu perasaan begitu sangat menyentuh pada hal-hal yang sebenarnya sederhana. Dan aku tidak melihat kemesraan itu, seperti kemarau panjang yang begitu panas dan kering, maka aku menjadi tanah yang gersang karena tak lagi tersiram air. Sisa dari yang kumiliki hanya air mata, malam itu tak sanggup kutahan sisa itu jatuh dari ujung daun mataku. Kenapa aku begitu lemah dengan perasaan ini. Bahkan ketika kesadaranku masih ada, aku tak mampu lagi membangun seulas senyum yang indah seperti kemarin. Saat kita bertali kasih di balik suara yang tersembunyi kemudian saling menyahut dengan rasa sayang sampai kau membelaiku hingga terpejam. Ternyata tidak mudah membangun keterikatan batin itu, sampai kau terbawa perasaan dan aku tidak bisa berbuat apa selain menyadari kesalahan. Aku semalam tak bisa berpikir selain tentangmu karena menyesal.