Seandainya aku dapat mengungkapkan perasaanku, aku ingin kau di sini semesra dahulu dan kita bersama menyatukan peluh yang sempat berteduh di liang mata, membuat purnama melirik kita dengan hati iri. Biarkan awan pun bersembunyi dan bulan pun kesepian. Di kala hati resah, aku selalu mencari cara untuk menutupi keraguanku, namun ketika rindu semakin menyerang, aku hanya mampu bersembunyi di balik jendela. Kalaulah kudapat menghapus jarak membawaku terbang. Aku akan membiarkan udara pun terhenti di saat daun-daun beterbangan, karena aku hanya membutuhkanmu. Akan kuberikan seutuhnya cintaku, seperti hujan yang selalu membagi rintiknya pada setiap ujung daun. Dimana tak kutemukan lagi celah di hatimu, untuk orang lain. Ketika seribu ragu datang, aku tak mampu mengendalikan pikiranku, tapi aku masih bisa bertahan pada hatimu. Saat pagi menjelang dan ragaku terbangun, aku selalu mengingatmu. Aku tak bisa membuat mimpi menjadi panjang seperti tahun-tahun yang tak habis dibagi waktu. Aku hanya bisa melihatmu, seperti melihat bintang yang menerangi jiwaku.
Dalam sekejap, mataku terendam banjir. Bukan karena hujan, bukan juga karena mendung. Aku tak tahu di kemudian hari saat aku melintasi jalan dan melihat langit, apakah aku masih menemukan cahaya terangmu. Pada hari yang lain, di mana kehidupan telah begitu berbeda, aku terdiam. Menatap kosong, dan aku teringat padamu, seketika aku tak bisa menahan perasaan yang bergejolak di dalam dada seperti ingin menembus dinding. Lalu lamat-lamat aku akan terisak, karena kau tidak ada di sini. Apa yang bisa kuperbuat. Sementara bening kristal di mataku mulai tak terbendung lagi. dan aku hanya bisa memeluk dada bukan lantas karena kedinginan, tetapi kesepian. Udara dingin dan kehangatanmu tak terbayang lagi. aku benar-benar tak bisa lepas darimu. Apakah ini ilusi. Dan aku benar-benar merasa nyata, saat kehilanganmu. Saat dimana aku tak mampu berdiri dengan akalku. Namamu selalu terlintas di setiap ujung mimpiku, membangunkanku. Bahkan lebih dari beberapa hari. Dimana aku harus bersembunyi, jika sekelebat bayangmu memenuhi ruang hatiku. Kau selalu menemukanku, dan aku tidak berdaya karena teringat olehmu. Terduduk diam menepi memeluk sendiri sambil menangis, menyebut namamu dalam di hatiku, aku mencintaimu.
Aku tak pernah bisa membayangkan sampai kapan hal ini bertahan, aku menjaga cinta yang sebenarnya tak boleh kusimpan. Kenapa teori cinta tidak cukup dengan dua orang yang saling mencintai. Aku berhubungan denganmu selama bertahun-tahun atas nama cinta. Aku dan kamu merasakan hal yang sama. Akan tetapi hal ini tidak berjalan seperti cerita. Ada hal yang melarang aku untuk berhubungan denganmu, aku tidak mengerti. Apa yang harus aku lakukan untuk tetap mempertahankan perasaan ini, aku tidak ingin ada luka dan air mata. Aku tahu, suatu saat diantara kita ada yang merasa sakit hati dan kau menatapku benci. Tetapi takdir bukan milikku dan kebahagiaan itu tak bisa kukarang sendiri. Aku harus mendapatkan restu. Cinta yang tulus dan janji suci seperti setia tak akan berlaku di sini, cinta adalah dongeng dimana sang putri hidup bersama sang raja. Aku hanya bisa berjalan lewat belakang, diam-diam. Aku memendam perasaanku diam-diam. Dan aku menyembunyikan sebagian tangisku di ujung malam. Kau tidak pernah tahu dari mana datangnya cinta, tapi aku lebih memilih melewatinya dari belakang, untuk bertemu denganmu. Semoga jalan ini tak berakhir buntu dan kau bisa membuka pintu masuk lewat depan dan menatapku dengan cinta, tanpa diam-diam.
Ini tentang percakapan kita semalam. Tentang kita berbisik dan saling mengundang tawa. Malam semakin bergulir menjadi pagi. Tapi kita tak pernah memikirkan waktu, aku hanya merasakan luapan rindu. Kau berbincang seakan di depan mata, aku pun tersipu malu, ketika kau mulai merayu. Aku bisa mendengar suara manjamu di atas bantal. Merasakan keremangan yang terlihat terang bagiku, di hatiku. Kau adalah kisah yang akan kututup dengan ciuman. Saat terbangun aku akan selalu mengenangmu seperti semalam. Aku bercerita tentang api yang mengobarkan semangatmu, seperti lentera yang menerangi hatiku, kau lebih terang dari sinar rembulan sekalipun. Tidak akan padam.
Sayang, aku masih ingat saat kau menatapku lekat-lekat. Dimana kau masih termangu dan terpaku melihatku, seakan tak percaya. Kau tak sekadar memandang, bola matamu yang teduh menelusuri setiap jengkalku mencari penawar rindu. Kau tersenyum simpul manis dengan garis tipis dan mata berbinar, menyaksikanku. Perlahan langkahmu berat mendekat, merapat. Aku duduk di tepi kursi dan menantimu ke sisi. Kau berlabuh di sebelahku, dan menyandar kepala di dadaku, kudekap. Kubelai angin yang semilir di ujung musim membawa aroma cinta menyemai rindu di bibir manismu. Kurasa, ini adalah saat di mana kunantikan. Derai tangis dan gerimis telah usai. Aku memelukmu, lebih dekat.
Inikah akhir cerita cinta. Namun aku tak mampu memastikan. Bahwa hatiku masih memilihmu dan tak ingin jauh pergi meninggalkanku. Aku tidak tahu bagaimana harus meyakinkanmu, saat ini dan esok sudah tidak berarti lagi. Kau akan pergi jauh dan aku tidak akan menemukanmu lagi, di sini. Ketika ragaku terpaut oleh bayangmu, namun aku tak mampu melepas bahkan untuk sejenak. Mengingatmu, adalah kebahagian yang tak terperikan. Aku tak bisa mengikat hatimu untukku, tapi aku tak rela untuk kehilanganmu. Karena aku begitu menyayangimu. Apakah jarak menjadi kendala, jika cinta yang kau ucap adalah bukti dan janji tulusmu. Aku ingin kau mengingatnya, demi cinta. Apakah keyakinan ini cukup untuk membuatmu bertahan pada satu cinta. (for some one)
Aku masih menunggu dengan cemas. Berharap aku bisa menemukannya dibawah cahaya lampu kota. Bibirku yang basah terlihat bergetar karena dingin. Hujan tiba-tiba datang dan mengguyur tanah. Aku tak sempat berteduh. Detik-detik kembali tumbang karena hari akan segera berganti. Di sini aku masih menantimu sayang. Selamat tahun baru!