Gerimis perlahan turun membasahi hatiku, dingin. Malam semakin kelam dan temaram di pelupuk mataku. Aku tak bisa terpejam, melihatmu menyanyikan senandung rindu di penghujung malam. Aku menemukan cinta di balik sendu. Cinta yang membekas setelah kau melenguh panjang, disini kita merapat dan menyatu bersama deru nafas yang terburu-buru. Kemudian gejolak ini seperti ombak yang bergulung-gulung memintal hasrat menjadi dorongan nafsu. Aku tak ingin cinta habis semalam. Di mataku kau begitu menggairahkan bahkan di saat aku tak lagi memandang.
Aku tidak menghiraukan keramaian di sini, ekor mata yang menangkap dan mencuri perhatianku. Aku hanya peduli padamu. Di sini, kutemukan banyak angin yang berhembus, ada banyak pasang mata yang saling bertemu, akan tetapi nafasku hanya bertemu denganmu. Aku hanya ingin menciummu lebih dalam. kau masih menggelayut manja, sementara aku sibuk menopang kepalamu di dadaku. tahukah kau, seseorang di seberang sana sedari tadi melirik dengan pandangan tak suka. kemudian temannya yang berada di sampingnya tampak gelisah tak percaya melihatku, di sini kita berciuman.
Mungkin tulisan seperti ini jarang sekali kubuat, tapi aku buat karena aku menyadari sebelum terlambat. Maafkan aku. Terkadang aku begitu egois dan mementingkan diriku sendiri, aku seringkali menyalahkanmu dan tidak melihat permasalahan sebenarnya. Aku tahu, aku tidak bisa menuntut banyak. Aku harus cukup mengerti keadaan ini. Mungkin aku belum melakukan sesuatu yang terbaik untukmu, bahkan belum sama sekali. Aku kira kesalahan selalu terjadi, dan aku tahu aku salah. Aku ingin sedikit berbakti padamu, aku tahu kau punya sebentuk kasih yang berbeda yang kau berikan untukku, kau begitu mengerti dan memahamiku. Sedangkan aku hanya bisa menuntut dan menyalahkan, maafkan aku. Aku akan mencoba memperbaikinya dan bersikap lebih dewasa. Aku ingin mengucapkan ini, bahwa aku juga menyayangimu. Sangat mencintaimu.
Aku ingin berkisah malam ini, dengan secangkir teh hangat dan gerimis hujan membasahi. Saat kau pikir seseorang dengan sangat mencintaimu. Itu adalah saat kau merasa dicintai. Ada orang yang dengan harapan menantimu. Berbagi kisah dan rindu bercengkrama menghabiskan waktu bersama cinta, rintik hujan, sentuhan bibir dan desahan. Itulah saat kebersamaan. Akan tetapi tak ada yang bisa mengabadikan kebahagiaan itu selain bingkai kenangan, ketika cerita berakhir menyedihkan. Dan kau tidak bisa berpikir lagi karena kau merasa tidak ada lagi cinta, tidak ada lagi yang perlu dikenang. maka itulah titik dimana harus ada kerelaan dan tidak perlu isak tangis tertahan, tetapi aku tidak bisa menjamin. karena rasa sakit bisa sangat menyiksa dan cinta adalah cerita indah namun tak selalu berakhir indah, maka genggamlah cintamu. jangan kau biarkan dia pergi, bahkan hanya untuk sesaat.
Aku tidak bisa lagi membedakan kenyataan dan mimpi. Karena saat aku terbangun dan seketika apa yang kurasakan dalam mimpi tidak berarti apa-apa. Begitu juga dengan kenyataan, apa yang kurasakan pada masa lalu hanya tersisa sekeping kenangan yang tak begitu nyata. Sehingga apa bedanya mimpi dan kenyataan. Jika keduanya akan terlewati dan tak akan bisa kembali. Begitu juga dengan mimpi, kau tidak akan mendapati mimpi yang sama, atau kembali pada mimpi semalam yang tampak begitu nyata. Kau hanya bisa memandang kosong tanpa tahu membedakan mimpi dan nyata. Semua tampak seperti angin dan berhembus begitu saja. Aku sangat merasakan kenyataan ini saat peristiwa mimpi berlangsung, dan aku tidak mengingat apa-apa lagi saat kubuka mata dalam kehidupan nyata, atau aku tak bisa lagi mengingat kenangan indah itu karena telah terjadi di masa lalu dan mataku hanya berkedip di masa kini tanpa bisa mengingatnya kembali. Ketika aku berpikir saat ini maka aku merasakan hal ini begitu nyata walaupun sebenarnya dalam kehidupan mimpi atau kehidupan sebenarnya. Sehingga aku akan merekam semua peristiwa ini sebagai bentuk kenyataan, yang akan hilang. Kenangan, memori, ingatan, pikiran, semua akan menjadi unsur-unsur yang semakin sulit dibedakan. Saat aku tak mampu untuk memegang tanganmu, aku selalu bisa bertemu denganmu dalam mimpi. Atau saat aku benar-benar memegang tanganmu, aku selalu berharap ini akan selalu terjadi dan akan terjadi lagi di kemudian hari. Karena mimpi dan kenyataan yang kau rasakan akan berakhir dengan kehilangan yang menyedihkan. Tidak tersisa apa pun selain kesedihan dan penyesalan yang kemudian berubah menjadi semacam bentuk kebencian. Jika kehidupanmu bisa terbagi menjadi dua, maka 12 jam yang tersisa dalam hidupmu adalah mimpi. Dan mimpi itu akan menjadi mimpi yang terpanjang sampai kau menginginkan tertidur lebih lama. Mengapa aku begitu suka memandangimu, karena sebenarnya aku tak begitu kuat menyimpan keseluruhan detil mengenaimu, parasmu, sudut bibrimu, lekuk alismu, kedipan matamu. Aku tak mampu terlepas dari pandanganmu agar kutangkap dalam otakku dengan bentuk yang sama, dirimu. Saat aku berpikir hidup bersamamu adalah mimpi, aku ingin tertidur lebih lama agar mimpi itu benar-benar terjadi. Tapi aku tidak sanggup dengan kenyataan yang membuatku terpisah, antara mimpi dan nyata. Antara harapan dan kenyataan. Antara cinta dan realita. Aku tak sanggup membuka mata jika kuingat bahwa kau tidak bersamaku lagi. aku ingin kau membantuku membangun mimpi ini menjadi nyata, agar saat kau terbangun, aku bisa melihat kedipan matamu yang sama di hadapanku, masih dalam keadaan tertutup selimut. Tiba-tiba kau tersenyum dan mengajakku tidur dengan senyum manja, kembali pada mimpi kita bersama.
Sebenarnya apa sih yang kemudian kau cari, selama bertahun-tahun dan kau berusaha menemukan kebahagiaan, kebenaran. Sementara banyak jalan dan kau hampir kehilangan jalan untuk pulang kembali. Seperti yang diharapkan semua orang, cinta. Mencintai dengan penuh kasih sayang. Ada satu perasaan yang kemudian menyelimuti dan terasa sangat menyejukkan, kerinduan yang kemudian meluap seperti gejolak asmara yang tertahan.
Selama ini, selama aku bernafas dan tak mampu kuhitung detik dan jarum jam yang bergerak. Selama aku mencari kemungkinan untuk menemukan keajaiban, dan arti kebahagiaan itu sendiri. Adakah kau puas dan menikmati jalan yang kau pilih sementara kebenaran itu baru terlihat di masa depan. Sementara tak kutemukan cahaya yang menerangi jalanku. Aku diliputi rasa bimbang dan ragu tentang jalan yang kupilih.
Aku harap, selama aku masih bisa melihat jalan, melihat kemungkinan, melihat berbagai titik-titik terang. Aku masih bisa menggenggam tanganmu, merasakan sentuhan kasih dan belaian tanganmu yang menempel di pipiku, merasakan kerinduanmu. Karena aku takut semuanya kemudian hilang dan jalan itu tak nampak lagi terlihat dan gelap seperti bayang-bayang. Dan akhirnya aku tidak percaya lagi pada harapan dan mimpi.
Kebahagian, barangkali datang jika waktunya tiba. Cinta seperti anugerah akan memberi ketentraman dan kedamaian, lalu waktu berubah kemudian cinta menjadi rasa sakit yang tak terperikan tanpa penawar. Aku percaya pada keyakinan hati yang membangun dan menuntunku berjalan, melewati garis dan terjal yang membuatku ragu, kemudian merindukanmu seperti api lilin yang ingin menyambar angin. Aku ingin kau selalu bersamaku menemukan garis akhir dari perjalanan ini. Cinta.
Desis ini serupa ular yang merayap kemudian menjalar, aku masih terbaring dan tak bisa bergerak. Hatiku masih terpaut pada bisikan yang membuatku tergetar. Kau begitu menyihirku seperti cinta. Aku tak berdaya dan semalaman hanya memikirkanmu. Desis nafasmu, deru jantungmu. Aku masih bisa melihat ketulusan dari kedipanmu, lalu terpejam. Dan aku mulai meraba-raba, seperti sentuhan bulu merak yang merayap saat membelai. Aku membelaimu hingga dirimu benar-benar terlelap. Saat itu, aku hanya bisa memandangimu dengan penuh cinta. Saat kau berada benar-benar dekat. Sedekat syaraf yang mengakar. Kau masih sama, tetap setia menatapku, walaupun ada derai sendu dan kerinduan yang tak habis hilang semalam. Aku ingin tetap disini, bersamamu. Kemudian bibirku mengatup untuk sesaat. Aku melihat dirimu terlelap dalam pelukanku. Seperti jarum waktu yang terkunci, lamat-lamat mataku hangat, seberkas bening air membasahi. Aku tahu bahwa kemesraan ini tak begitu lama, sehingga aku menyesapi setiap jengkal waktu yang tersisa. Gelora asmara yang begitu membuncah karena luapan rindu yang tak terkira, adalah nyanyian peri yang dikumandangkan sehabis hujan. Aku menyulam rasa rindu dari ciuman yang kau titipkan pada bibirku, membekas. Ketika bibirku mulai merekah dan nafasmu terasa di ujung lidah, aku selalu ingin menciumu dalam satu kecupan yang panjang. Namun, di tempat ini tak kutemukan lagi rinai hujan yang sama. Jarak pandangku terhalang batas waktu.
Mungkin suatu saat aku akan teringat, saat gerimis turun dari kelopak mata dan nafasku tercekat, tentang cerita yang tak bisa kulupa. Seperti merayakan tangisan dan aku hanya melihat pipiku bersimbah air mata dan tanganku memeluk dadaku sendiri. Akankah keindahan ini terlihat saat mataku benar-benar terpejam. Mengapa aku bisa sangat merindukan kematian. Ketika aku tidak bisa berbuat apa-apa dan aku hanya bisa membayangkan keajaiban seakan benar-benar terjadi. Dimanakah arti ketulusan jika aku tak lagi melihat senyum diantara garis bibirmu. aku hanya berdiam menunggu pagi dan selama detik-detik berguguran aku dipenuhi kegelisahan karena memikirkanmu. Dan senandung sendu terus terngiang di telingaku mengajakku bercengkrama dengan kepiluan, kepedihan hati. Kau hanya membisu. Aku tidak lagi menemukan matamu yang bening dan teduh sehingga mataku terendam air. Aku tidak bisa menahan kesedihan karena dadaku berguncang ketika teringat namamu, ada ratusan namamu yang terukir di sini. Setiap kali kucoba hapuskan, kenangan itu seolah baru saja terjadi. Aku menggapai dinding yang rapuh, hatiku pun luruh. Apakah aku buta? Ketika tak ada lagi yang bisa kulihat. Aku hanya bisa meraba diantara deretan huruf mati. Tak ada sentuhan dan senyuman yang tergambar selain tanda kurung yang terpenggal diantara titik dua. Aku sangat merindukanmu dan aku tidak tahu lagi caranya untuk meluapkanya karena telaga di mataku tak terbendung lagi. Dan aku hanya ingin mendengar suaramu. Tapi lamat-lamat langit padam dan tak kudengar kicauan burung yang seringkali melintas di pikiranku. Aku ingin menangkap salah satunya untuk kita pelihara. Ketika jejak air mata itu kuseka dengan secarik kertas tisu maka sekalipun kenangan itu masih tersimpan basah. Dan aku tidak pernah lagi mendengar suaramu. Kenapa kau merampasnya dariku. Pintu langit terkunci dan tak ada lagi cahaya yang menyelinap dalam ruang hatiku. Gelap. Derai tangis yang kusulam menjadi ratapan dan tangisan seperti gemuruh doa yang datang berkumandang pada lubuk hatiku yang sempit. Aku mencarimu diantara titik persimpangan. Aku mencari setiap kemungkinan untuk tetap bersamamu. Ketika keabadian itu terjadi dalam mimpi. Maka aku membangun mimpi-mimpi itu dari malam yang tersisa. Dan aku tidak menemukanmu. Aku hanya menemukan kekosongan dan kehampaan. Dimana lagi kucari bayangmu yang hilang ketika aku tidak dapat melihat bayanganku sendiri. Dan mataku tertutup karena kulihat darah menetes dari dalam hatiku.
Tgl ini kuingat lagi saat kubaca
09 oktober 10
Memetik dawai rindu pada ujung musim, hatiku basah karena gerimis menitikkan air perlahan. Dingin merasuk dan kepingan hati yang berserak kini kembali kurapikan. Ada getar getar resah yang merambat di pelupuk mata, ketika senarai rindu meluap luap dan aku bisa kembali mendengar suaranya. Suara yang sampai kini selalu terdengar merdu seperti nyanyian senja yang syahdu. Dan untaian nada nada sumbang dapat terhapus oleh ungkapan kasihmu.
ga tu nih tadi abis kuliah gw kepikiran hobi gambar
mampir ke stationery
beli crayon faber castel...
mulai dodling dan drawing lagi deh
Mohon maaf lahir dan batih
salaman, tetangga, ketupat, opor, maaf
lebaran telah tiba...
tanpa terasa telah melewati sebulan penuh puasa
bersihkan hati
mantapkan niat
banyak kata yang salah terucap
banyak kata yang menyinggung hati
banyak perilaku yang tidak berkenan
kepada pembaca:
mohon maaf lahir dan batin
semoga hati kita kembali bersih dan suci
salaman, tetangga, ketupat, opor, maaf
lebaran telah tiba...
tanpa terasa telah melewati sebulan penuh puasa
bersihkan hati
mantapkan niat
banyak kata yang salah terucap
banyak kata yang menyinggung hati
banyak perilaku yang tidak berkenan
kepada pembaca:
mohon maaf lahir dan batin
semoga hati kita kembali bersih dan suci
Awalnya, kupikir dalam laut lebih dalam hati seseorang. Sehingga tak mudah kau menyentuh dasarnya. Mengetahui dalam perasaanya. Namun, aku mulai menyadari betapa luasnya langit lebih luasnya pikiran manusia, tak ada yang bisa menerka, pola pikir dan pandangan seseorang.
Hati selalu terkait emosi dan psikologi. Kedalaman hati selalu membuat orang ingin menggali lebih dalam apa yang tersembunyi. Kau selalu merahasiakannya dariku, menyembunyikan ceritamu. Banyak hal bisa terkubur dalam hati. Betapa sayangnya kau mencintaiku. Tentu kedalamannya tidak mudah diketahui.
Begitu juga dengan pikiranmu yang tidak mudah kutebak, tidak mudah kuduga, tidak mudah kutahan. Seringkali jalan pikiran selalu berbeda arah, berseberangan. Pikiran jauh lebih menguasai ketetapan hati. Dan seberapa kuat keyakinanmu terhadap perasaanmu sendiri kadang bisa runtuh seketika karena kau berubah pikiran dan meragukanya karena sebuah alasan.
Hati selalu terkait emosi dan psikologi. Kedalaman hati selalu membuat orang ingin menggali lebih dalam apa yang tersembunyi. Kau selalu merahasiakannya dariku, menyembunyikan ceritamu. Banyak hal bisa terkubur dalam hati. Betapa sayangnya kau mencintaiku. Tentu kedalamannya tidak mudah diketahui.
Begitu juga dengan pikiranmu yang tidak mudah kutebak, tidak mudah kuduga, tidak mudah kutahan. Seringkali jalan pikiran selalu berbeda arah, berseberangan. Pikiran jauh lebih menguasai ketetapan hati. Dan seberapa kuat keyakinanmu terhadap perasaanmu sendiri kadang bisa runtuh seketika karena kau berubah pikiran dan meragukanya karena sebuah alasan.
Aku tidak begitu mengerti tentang mimpi, yang kutahu mimpi adalah serangkain konsepsi yang terbentuk berdasarkan proses ekstraksi mental, pikiran, memori, kenangan dan hasrat alam bawah sadar untuk membentuk ciptaan proyeksi dalam gambaran yang lain. Benar saja, semalam aku mimpi. Aku memang terlalu sering bermimpi, tentangmu. Dan semalam mimpi kembali membekas. Aku bertemu denganmu. Bertemu dengan seseorang yang sangat kucintai.
Tahukah, mimpi tetaplah mimpi dan kesadaran saat kau terbangun malah akan membuatmu kecewa bahkan menyesalinya.
“kenapa kau bangunkan aku?”
Aku ingin terus merasakan dalam kehidupan mimpi, tapi kusadari bahwa mimpi adalah dunia imajiner yang bersifat temporal, tidak ada yang bisa menjalani mimpi selama-lamanya. Mimpi adalah fiktif dan kenyataan adalah alam sadar yang terbentuk berdasarkan realita dan fakta.
Aku merasakan kenyataan memaksaku untuk mengakui, selamanya mimpi bukanlah keindahan yang abadi, sekalipun kau masuk lebih dalam dan merasakan kenyataan di dalamnya. Mimpi bukanlah bagian yang bisa disentuh, diraba dan dirasakan indera secara penuh.
Konsepsi mimpi tentu memiliki keterikatan secara emosional, sehingga saat kau mengalami mimpi buruk, maka keterkejutan dan ketakutan itu akan masih terasa walaupun kau telah bangkit dari tidurmu.
Aku ingin, sebatas ingin, seperti harapan kosong, bahwa mimpi terbentuk abadi dalam ingatanku bahkan dalam kenyataan sadarku. Pertemuan yang membekas dan berakhir dengan pelukan hangat akan selalu terbayang dalam otakku. Bahwa mimpi adalah luapan perasaan terdalam seseorang. Dan aku memimpikanmu jauh dari kesadaranku. Agar aku bisa selalu bertemu denganmu.
Ragaku lepas dan pikiranku melayang, hatiku terbang karena mimpi meruntuhkan akalku. Bertemu denganmu, dan kita menjalani kebersamaan yang hangat. Aku merasakan hembusan nafasmu, merasakan detak jantungmu, merasakan tatapan matamu. Aku benar-benar merasakanmu.
Suatu malam yang dingin, selepas hujan yang basah oleh gerimis. Kulihat seorang perempuan terdampar di beranda, menyembunyikan senyum. Wajahnya yang manis terbungkus matanya yang sayu. Ujung jari manisnya menjepit sepuntung rokok yang tinggal setengah. Asap kecil menguap diterbangkan angin. Di sudut bibirnya terdapat luka kecil yang mengering. Dia terlihat cemas, duduknya gusar dengan tangan kiri menopang dagu. Ada senandung sendu yang digumamkan hatinya. Guratan kesedihan terukir jelas di bawah kelopak matanya, karena garis air mata seringkali melintas di permukaan pipinya. Aku tidak melihat sinar dari matanya yang sendu. Perempuan itu seorang diri menyandar dinding putih di sebelah pintu toko. Dia mengenakan pakaian yang telah basah dan dingin. Puntung rokoknya yang terbakar mulai padam. Aku melihatnya sedikit gemetar dan giginya saling mengunci. Hembusan nafas yang berat dari hidungnya masih menyisakan kepulan asap. Rambutnya tidak terlihat karena dia mengenakan kain pembungkus kepala, tapi di lehernya terdapat seuntai kalung yang tenggelam diantara belahan dadanya. Malam menerpakan angin dan dingin. Perempuan itu terus menggigil memeluk dirinya sendiri.
Aku tidak mengenalnya, kemudian tiba-tiba aku sudah duduk sedekat ini. Merasakan hembusan nafasnya yang bercampur asap. Tapi kilatan cahaya lampu yang memantul dari matanya membuatku semakin mendekat. Aku ingin mengetahui, apa yang dirasakanya. Sebentuk kegetiran yang bisa dihabiskan bersama. Malam yang dingin saat purnama bercumbu, apakah dia mempedulikan kisah seorang perempuan yang terdampar, aku semakin merapat. Aku tidak menunggu perintah dan duduk di sebelahnya. Kunyalakan api kecil untuk membakar sisa rokoknya, tak ada kata-kata. Aku tidak perlu ungkapan manis, kita bisa saling berbicara dengan hati. Tidak perlu bahasa, cukup sederhana sebagaimana angin mengirimkan kabar rindu pada pujangga. Aku bercengkrama dengan kerinduan ini dalam waktu lama. Dia seolah tidak menolakku. Kedipan matanya yang dalam dan gerakan bibirnya yang berirama saat menghisap tembakau yang terbakar itu. Aku menyukainya.
Dia masih terdiam memaku tanpa mengakui sesuatu. Malam seperti ini selalu dingin bagiku. Padahal badanku hangat dan aku bisa sedikit memberikan api kecil lagi untuknya. Dia hanya menggelengkan kepala, dan memandangku seolah tak percaya. Sebotol minuman yang kubawa kuletakkan begitu saja di sebelahnya, berharap dia tertarik untuk meraih lalu meminumnya. Dia menghisap rokok lagi lebih dalam, cahaya putih lampu mulai meredup. Kini keremangan menyelimuti dan dia sepertinya tidak takut sama sekali, terutama terhadapku. Dia masih tidak berbicara, aku ingin dia tetap seperti itu, kemudian membilas matanya yang sayu agar tetap terjaga. Agar kita bisa bercengkrama lebih lama dan saling menatap satu sama lain tanpa perasaan. Bagiku, kebersamaan selalu memberi arti tersendiri, walaupun kita tidak saling mengerti.
Aku menggenggam telapak tangan yang mulai beku oleh dingin. Lalu lintas jalan mulai sepi dan sejauh pandangan mataku terasa lengang tanpa cahaya lampu. Aku tidak merokok dan sebenarnya membenci asap. Kepulannya itu seringkali membuatku tersedak hingga batuk. Tapi dia sepertinya menikmati itu dan aku tidak bisa merebut kenikmatan itu darinya. Aku tidak memiliki secangkir kopi hangat, minuman yang kubawa terlalu dingin untuk diminum. Jadi aku tidak bisa membagi kehangatan dengannya selain api, yang mungkin bisa membakar hatinya. Aku masih tidak berani bertanya atau menyebutkan nama, tidak perlu. Aku sama sekali ingin duduk di sini dan mendekatinya, itu saja. Tanpa perlu berbasa-basi dan bercerita banyak tentang kehidupan. Buat apa aku menceritakanya kembali, sedangkan kehidupan adalah cerita itu sendiri. Atau mungkin setiap orang punya cerita yang berbeda dalam hidupnya. Jadi aku lebih baik menyimpannya sendiri.
Dia terlihat pucat setelah hisapan rokoknya yang terakhir dan menatap mataku tidak biasa. Abu yang berjatuhan itu hilang tersambar angin dan lenyap begitu saja tak bersisa. Kemudian dia memegang botol minumanku dan membenturkanya ke dinding, gaduh membelah sepi ketika botol itu pecah dan berhamburan. aku mulai takut, perasaan khawatir mulai timbul. Pecahan botol yang masih dipegangnya tiba-tiba dia hunuskan kepadaku dengan mata jalang, dia tidak berteriak. Sorot matanya yang tajam bagiku lebih dari mengancam. Dia bangkit berdiri dan tangannya menepis dinding, menjaga keseimbangan agar tidak jatuh. Lalu aku sedemikian terkejut karena ujung pecahannya yang lancip ia arahkan ke perutnya sendiri. Aku terpana.
Aku tidak bisa berbuat banyak, kejadiannya sedemikian cepat. Dia tiba-tiba kalap dan hilang kesadaran, aku tidak bisa mencegahnya karena tatapan matanya yang galak. Aku hanya ingin mendekatinya, tapi ujung botol itu menakutiku. Dalam beberapa detik kudengar jeritan kesakitan dari bibirnya yang berwarna gelap. Dan aku bisa merasakan hembusan nafasnya terhenti setelah tersengal-sengal. Darah mengalir dari balik bajunya yang basah oleh darah. Aku tidak tahu, dan hanya bisa menatapnya iba. Dia tidak bergerak sama sekali.
Sayup-sayup terdengar suara begitu halus dan merdu, seperti bisikan yang dipenuhi desahan lembut dan manja, aku masih tidak percaya dan tidak mencari sumber suara. Kupikir salah dengar dan bisa saja suara itu timbul dari pikiranku sendiri.
“Mas, boleh minta apinya?”
Aku menyalakan api dan tersenyum padanya karena perempuan yang terdampar di beranda kini bisa kudengar suaranya. Aku terlalu jauh membayangkanya dan sadar bahwa dia masih di depanku dalam keadaan baik-baik saja.
Aku pernah merasakannya
Dengan sadar aku merasa bahwa aku sangat mencintainya
Dengan tidak sadar aku takut kehilangannya
Tapi aku tidak pernah berada diantara keduanya
Sadar dan tidak sadar
Aku tidak tahu bagaimana membuat hal itu terjadi
Ketika kesadaranku dan ketidaksadaranku terasa sama
Aku hanya perlu merasakanya
Jauh lebih lama
Atau selama-lamanya
Karena aku selalu merasa terluka bahkan jauh sebelum itu terjadi
Walaupun aku terkadang yakin suatu saat pasti terjadi
Aku tidak bisa membedakan antara nyata dan maya
Ketika perasaanku dalam mimpi dan kenyataan adalah sama
Aku mencintainya
Apakah perasaan ini akan sama
Sampai kapan pun
Aku tidak bisa menentukan takdirku sendiri
Aku hanya bisa membuat itu terjadi seolah-olah keajaiban datang
Dan keajaiban memang selalu datang
Aku tidak bisa membayangkan lagi
Jika hati dan otakku tidak bekerja
Sampai aku lupa atau lebih tepatnya berpura-pura lupa
Aku pernah sangat mencintainya
Dan berpikir mati jauh lebih baik daripada tidak bersamanya sama sekali
Karena aku tidak bisa menghilangkan rasa sakit
Jika luka yang terasa pedih pun tak terlihat nyata
Tapi begitu menyakitkan
Setiap malam aku tidak pernah berhenti memikirkannya
Bagaimana hubungan yang membentuk ketiga hal itu tersambung
Dan aku akan mendapatkan keajaiban itu menjadi takdirku
Setiap kali terbangun maka dadaku terasa sesak karena rasa takut
Kemudian aku berusaha menenangkan diri karena pikiranku dipenuhi olehnya
Bahkan lebih nyata dalam mimpi-mimpiku
Setiap kali aku gelisah dan seperti kehilangan arah
Karena aku tidak yakin pada pertanyaan yang sempat membuatku ragu
Apakah aku bisa membuatnya bahagia
Aku ingin selalu bersamamu...
always
banyak temanku yang bertanya: kok sekarang jarang posting blog?
kenapa?
aku menyadari kegiatan menulis sangat menyenangkan
tetapi
menulis blog
seperti mengikat perasaanku pada hal ini : tulisan
ketika aku menulis keguncangan jiwaku yang penuh emosi
saat aku membaca kembali tulisanku di blog, maka guncangan itu akan kembali terasa
ketika aku mengukir kesedihan ini dalam kata-kata
saat aku membaca kembali, maka kata-kata itu seperti mengiris bawah merah yang membuatku menitikkan air mata. dan bening kristal di mata akan perlahan-lahan menggenangi retina
ketika luapan kegembiraan itu tertanam dalam sebaris cerita
saat aku membaca kembali, maka kebahagiaan itu akan menyunggingkan senyumku dan semua hal lebih terasa indah
saat aku membaca kembali?
apakah aku tidak perlu membaca kembali?
aku menulis
maka aku mengikat perasaanku pada deretan huruf kaku yang berjiwa dan kutiupkan roh padanya
aku tidak ingin perasaanku terikat dalam tulisan-tulisanku sendiri
kata memang seringkali mewakilinya
tapi aku tidak sanggup...
membacanya kembali
kenapa?
aku menyadari kegiatan menulis sangat menyenangkan
tetapi
menulis blog
seperti mengikat perasaanku pada hal ini : tulisan
ketika aku menulis keguncangan jiwaku yang penuh emosi
saat aku membaca kembali tulisanku di blog, maka guncangan itu akan kembali terasa
ketika aku mengukir kesedihan ini dalam kata-kata
saat aku membaca kembali, maka kata-kata itu seperti mengiris bawah merah yang membuatku menitikkan air mata. dan bening kristal di mata akan perlahan-lahan menggenangi retina
ketika luapan kegembiraan itu tertanam dalam sebaris cerita
saat aku membaca kembali, maka kebahagiaan itu akan menyunggingkan senyumku dan semua hal lebih terasa indah
saat aku membaca kembali?
apakah aku tidak perlu membaca kembali?
aku menulis
maka aku mengikat perasaanku pada deretan huruf kaku yang berjiwa dan kutiupkan roh padanya
aku tidak ingin perasaanku terikat dalam tulisan-tulisanku sendiri
kata memang seringkali mewakilinya
tapi aku tidak sanggup...
membacanya kembali
saat ini aku tak bisa lagi berpikir tentang cinta
aku tak lagi bisa menerka tentang realita
kenyataan dan harapan sama sekali berbeda
seperti pikiran dan tindakan yang jelas tidak serupa
hatiku bimbang
saat tak ada kepastian dan jaminan yang bisa kuraba
ketika masa depan terlihat suram
aku kehilangan ceritaku yang sesungguhnya
aku kehabisa senyum tawa dan canda
jika saat ini ada keajaiban
aku tidak ingin berpura-pura seakan terjadi keajaiban
apa kenyataan yang melingkupi
jika penderitaan seakan hinggap dalam setiap mimpi
cinta
realita
dan keajaiban
adalah tiga titik yang membentuk segitiga jika terhubungkan
aku membutuhkan jembatan
aku tak lagi bisa menerka tentang realita
kenyataan dan harapan sama sekali berbeda
seperti pikiran dan tindakan yang jelas tidak serupa
hatiku bimbang
saat tak ada kepastian dan jaminan yang bisa kuraba
ketika masa depan terlihat suram
aku kehilangan ceritaku yang sesungguhnya
aku kehabisa senyum tawa dan canda
jika saat ini ada keajaiban
aku tidak ingin berpura-pura seakan terjadi keajaiban
apa kenyataan yang melingkupi
jika penderitaan seakan hinggap dalam setiap mimpi
cinta
realita
dan keajaiban
adalah tiga titik yang membentuk segitiga jika terhubungkan
aku membutuhkan jembatan
untuk mendapatkan apa yang kau inginkan ada harga yang harus kau bayar. Untuk mewujudkan mimpi, ada harga yang harus kau tebus. Untuk memahami arti pengorbanan, ada harga yang harus kau penuhi. Untuk mengerti arti kehilangan, ada harga yang harus kau sadari. Untuk menemukan cinta, ada harga yang harus kau lunasi. Untuk mendapatkan kebahagiaan, ada harga yang harus kau tawar. Untuk mengobati lukamu, ada harga yang harus kau yakini
masih terus berharap
kutemukan kembali bagian yang hilang...
kutemukan kembali bagian yang hilang...
tanpa sengaja
kemerlip cahaya malam berbinar-binar
kutemukan diantara dedaunan
rerumputan
dan semilir angin di pucuk daun pisang
kulihat setitik cahaya itu beterbangan
sungguh menawan
keajaiban tuhan
kucari di dasar belukar
kudapati hatiku terurai sepi
kunang-kunang
kemerlip cahaya malam berbinar-binar
kutemukan diantara dedaunan
rerumputan
dan semilir angin di pucuk daun pisang
kulihat setitik cahaya itu beterbangan
sungguh menawan
keajaiban tuhan
kucari di dasar belukar
kudapati hatiku terurai sepi
kunang-kunang
kesabaran
menahan gemuruh dada
mengusap muka
membelai hati yang terluka
menata diri dengan pikiran terbuka
menanti
hujan yang datang setelah gerimis jatuh
menunggu keajaiban
semuanya berubah
banyak hal berubah
berkembang
tumbuh
seiring berjalannya waktu
cintaku pun bersemi
tumbuh
mekar
mengakar
seperti bunga
banyak hal berubah
berkembang
tumbuh
seiring berjalannya waktu
cintaku pun bersemi
tumbuh
mekar
mengakar
seperti bunga
aku lelah menanti pagi
aku lelah meniti hari
impian kian bersemi
namun semua berujung mimpi
dimanakah cinta kudapatkan
jika tak kutemukan kebahagiaan
aku lelah menjejakkan kaki
aku lelah melangkahkan jemari
aku ingin segera mati
aku lelah meniti hari
impian kian bersemi
namun semua berujung mimpi
dimanakah cinta kudapatkan
jika tak kutemukan kebahagiaan
aku lelah menjejakkan kaki
aku lelah melangkahkan jemari
aku ingin segera mati
suatu pagi
aku terbangun dengan setengah hati
kepala berat dan hati berduri
pikiranku terpenuhi oleh api
kesadaranku hilang ingin segera pergi
aku merindukan mati
tak ada tempat lagi
untukku memastikan
hidup tak habis sehari
aku terbangun dengan setengah hati
kepala berat dan hati berduri
pikiranku terpenuhi oleh api
kesadaranku hilang ingin segera pergi
aku merindukan mati
tak ada tempat lagi
untukku memastikan
hidup tak habis sehari
Use our secret safe tonight and are we out of sight Will our world come tumbling down Will they find our hiding place Is this our last embrace Ohh will the world stop caving in It could be wrong Could be wrong But it should've been right It could be wrong Could be wrong But let our hearts ignite It could be wrong Could be wrong Are we digging a whole It could be wrong Could be wrong This is out of control It could be wrong Could be wrong It can never last It could be wrong Could be wrong Must erase it fast It could be wrong Could be wrong But it could've been right Love is our resistance Keep us a promise they wont stop breaking us down Hold me Our lips must always be schooled If we live our life in fear I'll wait a thousand years Just to see you smile again Kill the press for love in peace You'll wake the far police We can hide the truth inside It could be wrong Could be wrong But it should've been right It could be wrong Could be wrong Let our hearts ignite It could be wrong Could be wrong Are we digging a whole It could be wrong Could be wrong This is out of control It could be wrong Could be wrong It can never last It could be wrong Could be wrong Lets erase it fast It could be wrong Could be wrong But it could've been right Love is our resistance Keep us a promise and they wont start breaking us down Hold me Our lips must always be schooled Good Night has reached his end We can pretend We must run... We must run... It's time to run Take us away from hell Protect us for the... RESISTANCE...
tak pernah kutemukan jalan lurus
melintas dua pohon beringin tua
menutup mata
meraba-raba hati
menapaki jejak kehidupan
berharap
kesucian hati menuntunku
berjalan
melintas dua pohon beringin tua
menutup mata
meraba-raba hati
menapaki jejak kehidupan
berharap
kesucian hati menuntunku
berjalan
aku memberi kebebasan pada dirinya...
karena di persimpangan ini tentu terbuka jalan
tapi aku tetap memastikan
di sini
aku masih mencintaimu...
karena di persimpangan ini tentu terbuka jalan
tapi aku tetap memastikan
di sini
aku masih mencintaimu...
hari ini
aku menengadah langit
memejamkan mata
meraba hati yang telah buta
semoga Tuhan mau membukakan pintu-Nya
Ya Allah
aku mohon pada-Mu...
mendadak
aku ingin mataku buta
karena hatiku terluka
sebilah parang bersarang dalam dada
bukan karena pengkhianatan
tapi aku tak sanggup menahan derita
cinta
seperti cahaya
menyilaukan
membutakanku...
maka
adakah oedipus sebenarnya
aku ingin menemaninya
dalam kebutaan dan kehampaan
hariku mulai kosong, tepian sudut dalam hatiku mulai bolong
ketika mataku tak menemukanmu di pagi hari
sebentuk rasa mulai terbingkai dalam hati
kehilanganmu...
begitu berat
Apakah cinta mengenal jarak jika yang dibutuhkan adalah kedekatan hati
Apakah cinta mengenal lelah jika yang dibutuhkan adalah kesetiaan
Apakah cinta mengenal benci jika yang dibutuhkan adalah pengertian
Apakah cinta mengenal api jika yang dibutuhkan hanya setetes embun
Mengapa cinta harus mengenal jarak jika yang kita membutuhkan kedekatan hati, sehingga cinta terlihat tak berjarak lagi, sejauh apa pun.
Mungkin konsep jatuh cinta itu salah, karena (jatuh) akan membuatmu terpeleset, tersungkur hingga terhempas oleh cinta. Barangkali kita telah menemukan cinta karena kita tidak akan pernah sekalipun menemukan cinta yang sama dan kau boleh menyimpannya tanpa kau tahu apakah cinta itu akan selalu terkenang atau harus kau lupakan.
Menikmati sisa malam yang tersisa, jeritan hati dan kegelisahan yang menyelimuti kuseka dengan do’a dan harapan. Tak pernah lelah kueja dengan kata mutiara tentang mimpi yang terbagi. Semoga...
Gue gak tau lagi setelah semalam dia berpesan, kepala gue langsung terisi dengan kehitaman, mata gue terisi air dan perut gue bergejolak sampai dada. Ini sungguh berat bagi gue, memahami arti pesan itu setelah gue tahu kalo dia merasa berat, menyerah. Gue disini masih mencintainya segunung. Tapi dia merasa berat karena cinta segunung terlalu jauh untuk mendaki. Please...its so hard to me
memang perlu perubahan dalam hidup gue setelah sekian lama bertahan dengan kostum yang lama akhirnya gue menemukan kostum baru yang lebih lembut semoga lebih menyenangkan...
Aku merasa, bahkan sangat merasa. Kisah cinta adalah sebuah kisah yang tidak lebih jauh berbeda dengan apa yang terjadi dalam cerita, buku, novel, dan film. Ketika pengharapan, keyakinan dan perasaan sayang menyelimuti, ada rona kebahagiaan, ada kerinduan yang membuncah, ada kegilaan dalam berpikir, ada amarah yang terbakar api cemburu, ada permainan hati. Semua rangkaian peristiwa terbalut indah dengan kata cinta. Hati berbuanga-bunga bermekaran indah di taman. Perasaan sejuk seperti tetesan air terjun dan gerimis hujan yang jatuh di atas daun. Cinta adalah romansa kehidupan dalam sebuah titik episode yang menggetarkan, mengharukan bahkan sangat mengejutkan. Ada akal yang terkelabui, ada hati yang bersemi, ada jiwa yang melayang terbawa mimpi, ada belahan jiwa yang bersemayam dalam hati. Terbayang selalu. Tapi lagi-lagi alam sadarku berkata, mimpi, pengharapan, rindu dan sejuta cinta yang terpendam dan tumbuh selebat hutan pun akan terhempas manakala cinta hanya berakhir pada cerita indah namun tiada arti jika akhirnya kenyataan paling buruk terjadi, perpisahan menjadi jawaban. Ketika berbagai istilah datang, cinta menjadi kata dengan sejuta arti yang tak mampu terdefinisikan. Seperti perasaan yang tak mampu diterjemahkan. Aku sampai pada hari dimana aku tak lagi mampu memegang hatiku, ketika keyakinan yang kumiliki selalu terbantahkan menjadi tanda tanya. Apa yang menyebabkanmu begitu yakin bahwa seseorang yang ada dalam hatimu akhirnya bisa hidup bersama. Akan tetapi kau tidak mengetahui rahasia kehidupan pada masa depan yang terjadi pada dirimu menyangkut takdir. Apakah justru aku akan sangat kecewa jika jawaban rahasia yang kuketahui adalah buruk. Berjuta kali aku berpikir, beribu kali kubayangkan dan tak kutemukan rumusnya bahwa keyakinan adalah satu-satunya alasan untuk mengetahui bukti rahasia itu. Sejenak aku malah ingin membunuh rasa itu, membiarkannya pergi dan perlahan-lahan menjadi arti kata yang lain, kukejar mimpi yang lain. Aku merasa sadar bahwa aku tidak benar-benar bisa lari dari kenyataan, bahwa apa yang tampak di depan mata jauh lebih penting dari sekedar apa yang ada dalam bayangannku nanti. Fase kehidupan terus berjalan dan aku belajar mengerti bahwa memahami hidup dan menjalaninya dengan baik adalah rumus yang sulit untuk diterapkan. Seringkali lebih terpenuhi oleh mimpi-mimpi, harapan, impian, yang mungkin hanya menjadi cerita yang belum dituliskan. Aku harus bersikeras dengan menjalaninya membangun puing-puing itu menjadi sebuah tiang yang kuat menjulang tinggi, daripada diterbangkan angan dan bayangan semu cinta sehingga aku kehilangan arahku dan tempatku berpijak di tanah, karena terlalu lama berada dia atas langit. Akhirnya aku sampai pada garis dimana aku tidak lagi terlalu megharapkan sesuatu terjadi seperti keajaiban, karena realita yang ada seakan bertolak dengan segala anganku. Percuma saja, kau bangun mimpi-impi itu dia atas angin, sama saja membiarkan diterbangkan angin tanpa kau tahu kemanakah angin membawanya. Memang rasa hati ini begitu kuat, walapun sampai air mata deras mengalir dan dada terguncang seperti gempa kau harus menerima segalanya dengan lapang hati dan penuh keikhlasan. Bukankah aku tercipta dengan nama itu, tapi aku harus banyak belajar ketika merelakan itu terasa berat jika akhirnya menjadi perpisahan. Aku tidak bisa membayangkannya lebih jauh lagi. Maka seluruh perasaanku akan terkuras habis dan hilanglah kesadaranku. Aku tak mampu lagi berpikir dan menerima logika. Selalu saja aku mencari kemungkinan-kemungkinan dan akhinya aku terbelalak dengan mata menyala-nyala dan gemuruh dada bahwa aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sungguh, aku hanya bisa berlutut dan menutup muka dan akhirnya aku bersujud sehingga mukaku menyentuh tanah. Kuserahkan semua-Nya padamu. Aku hanya berusaha membuat garis lurus sepanjang mungkin, kalaupun yang kutulis menjadi garis putus-putus dengan banyak lekukan seperti gelombang maka itulah lika-liku perjalanan hidupku menjadi bagian dari sejarah. Biarkan aku tidak mengetahui sesuatu, menjadi rahasia, daripada setelah kuketahui menjadi tersiksa olehnya. Biarkan ini menjadi mimpi kalaupun suatu saat nanti akan terbangun. Biarlah ini menjadi catatan karena suatu saat nanti mungkin kutemukan dan kubaca ulang, biarlah ini menjadi sepotong cerita dari jutaan cerita yang ada. Biarlah ini menjadi harapan seperti do’a yang selalu terkumandang layaknya adzan. Biarlah tangisan ini menjadi rintihan yang bisa menghiburku dan saksi bisu oleh para malaikat. Biarlah ini menjadi bagian yang tidak penting dan suatu saat bisa terhapuskan. Tidak ada hal yang mudah bisa kau bayangkan menjadi arti dan jawaban dari kesejatian yang kau cari selama ini, ketika kehidupan berakhir menjadi kematian maka rumusnya tidak menjadi rumit lagi. Tapi kehidupan yang dijalani tidak sekedar rumus yang perlu dihitung tapi perlu juga kau pertanggung jawabkan. Memang hati dan jiwa selalu bisa bersama, tapi seringkali berseteru memahami arti dan perasaan sendu yang berubah menjadi gerimis yang turun lewat air mata. Mungkin lebih mudah membayangkan nanti, tapi lebih rumit menerima jawabannya kemudian, bahwa tak ada jaminan. Kau berusaha mencari artinya sendiri dalam setiap tanda-tanda kehidupan. Tak ada yang berbeda dengan cinta, tak ada yang istimewa dengan perasaan rindu. Karena sebenarnya jutaan orang memilikinya, bahkan kau merasakannya sendiri begitu tertanam dalam hatimu sehingga sulit kau lepas, untuk merelakannya pergi, menghapuskannya dari ingatanmu, dan membuatnya menjadi cerita yang terkenang entah sampai kapan habisnya waktu. Maka aku harus membangun diriku untuk selalu percaya pada apa yang kumiliki, percaya pada api yang mengobarkan semangatku, percaya pada nasihat yang menyadarkanku. Percaya pada hatiku sendiri. Bahwa segalanya tidak mungkin mudah diraih selain melewati penderitaan yang begitu panjang, pengorbanan dan rintangan yang menghalang. Tapi selama matamu menatap ke depan dengan penuh keyakinan kau masih memiliki langkah kaki yang kuat, orang yang mendampingimu dan berusaha mendorongmu dari belakang. Kau tidak sendirian. Ada ribuan doa yang diam-diam selalu dititipkan ke dalam sakumu. Lewat mata kedua orang tuamu, sahabatmu, teman-temanmu. Bahwa tak ada yang tidak bisa terjadi selama kau menginginkanya terwujud dan niatmu akan direstui oleh-Nya. Amien.
$6.00 Welcome Survey After Free Registration!
Lama sekali aku teduduk termenung menatap ke depan dengan pandangan kosong, sementara pikiranku berkecamuk seperti tersesatnya jarum dalam jemari. Aku tak menemukan seceracah cahaya lagi di sana. Ketika rasaku akhirnya harus percaya. Bahwa selamanya kepastian ini adalah ketetapan. Aku hanya menginginkan satu nama itu. Semoga 1000 do’a cukup untuk mengabulkannya.
Entah, akhir-akhir ini hatiku benar-benar temaram. Ketika kulihat secercah cahaya di ujung sana, namun tetap saja hatiku tergetar oleh angin. Ketika kepastian hati membingungkan dan perasaan memaksaku memutuskan pilihan. Betapa hidup ini adalah penawaran dan sekalipun kita terpaksa memilih karena mungkin mengharapkan yang terbaik. Tapi pilihan itu seakan meredam semua keinginanku, hasratku bahkan harapan selama ini tentang keyakinan yang kumiliki. Selalu saja kedamaian hati ini yang kucari. Ketika ketenangan dengan mudah didapatkan maka pikiran ini selalu disesaki Tanya yang tak berkesudahan. Aku hanya ingin menjadi garis lurus. Kalaupun sesekali membelok bahkan menukik aku ingin menjad garis yang tak pernah terputus-putus atau garis putus dengan tanda gunting. Tapi kenyataan selalu membuatku menyerah pada arti sabar dan ikhlas. Menjalani hidup yang terbaik dengan sikap yang lebih arif. Aku tidak bisa mendemo karena pada dasarnya aku dilahirkan bukan untuk berdemo. Keadilan memang dicari dan hatiku selalu menuntut keadilan. Saat kesepian merajaiku dan imajiku berkelana dalam dunia rimba tak tentu di peta mana, aku tersesat dengan labirin kehidupan yang berliku, emosi yang sulit diredam, ambisi yang terpasung kondisi dan mungkin cita-cita yang tergantung di langit tak pernah turun menjadi tetesan hujan yang basah, aku percaya suatu saat akan indah bila waktunya tiba, tapi aku tidak bisa bertahan di persimpangan jalan. Karena arah yang berbeda memberikan perspektif berbeda. Seperti aku tak bisa menghentikan jari ini untuk menekan tuts papan tombol, apakah kau bisa menahan perasaanmu untuk tidak merasa terluka, tersakiti bahkan tertusuk dari depan. Sadarkah jiwa ini kosong dan dahaga rindu begitu menggebu sehingga perasaan selalu ingin bertemu, bahkan keinginan lebih menjadi ingin memiliki bahkan untuk selamanya. Tapi adakah kepastian hidup jika rencana itu tidak pernah kita ketahui. Usaha yang dilakukan untuk bertahan dan menyandar punggung pada tiang di tepi jalan membuat kakiku kesemutan dan ingin melangkah pergi. Tapi hatiku terpaut dan seluruh pikiranku terarah kepadanya. Kau tahu senyum dulu yang terkembang itu selalu membayangi mataku hingga tersaput basah, bukan karena kesedihan tapi karena ketakutanku tak melihat senyum itu lagi dan mataku gelap karena aku tak bisa lagi melihat rupamu. Aku hanya ingin bersama jika kukatakan bersatu terlalu berani untuk memutuskan. Menghabiskan sisa air dalam gelas itu bersama, bersama memang indah. Tapi kebersamaan itu rasanya begitu singkat dan ekor mataku hanya bisa melirik sekilas bening matamu yang indah dan aku tidak bisa berkedip selama beberapa menit hanya untuk melihat matamu, kemudian hidungmu dan turun perlahan mendekati bibirmu. Tiba-tiba kau tersenyum tipis seakan ragu dan aku menunggu reaksimu dan cubitan kecil mengarah ke lenganku. Sakit, tapi tidak terlalu menyakitkan karena setelah itu baru kutemukan senyum merekah itu terkembang seperti bunga mekar di taman musim hujan. Aku terpana, tak bisa perhatian kualihkan pada objek yang lain. Betapa rasa cinta begitu membara dan kerinduan seperti telaga yang tak pernah kering. Matamu, aku ingin menyimpannya. Tapi aku hanya bisa menyimpan bayangmu dalam memoriku. Entah sampai kapan karena kau berharap tidak perlu ada yang terhapus dalam otakku kecuali lupa. Lupa pada diriku sendiri. Bahwa mencintai adalah hal terberat dalam hidupku. Bukan saja dicintai karena cinta tak selalu sama dengan bentuk dan rupa, sesekali berpindah dan berubah dalam wujud yang lain. Tidak perlu membahas cinta. Aku hanya perlu jawaban nanti saatnya datang untuk kembali. Aku tidak bisa memastikan apa pun terjadi dalam hidupku, karena tak ada jaminan. Hidupku seperti garis yang kucoba dibuat lurus dengan tinta hitam. Tapi kau bisa mengubahnya dengan warna kesukaanmu. Saat mimpi itu datang aku tak bisa berhenti menangis. Aku khawatir pada diriku sendiri karena takut tidak lagi percaya pada apa yang kuyakini, jalan terbaik dalam hidup ini adalah menerima segalanya dengan penuh kesadaran hati pada ketentuan yang telah digariskan jauh sebelum kau lahir. Tapi aku punya harapan dan keinginan, aku punya cinta yang kuharap menjadi nyata. Aku punya harapan yang tak sekedar menjadi keinginan. Aku punya mimpi yang tak pernah cukup hanya dibagi. Aku ingin perwujudan nyata dan aku tidak bisa meminta siapa pun untuk mengabulkannya. Aku tahu bahwa semua orang punya kuasanya sendiri menentukan, tapi kepada siapakah kupercaya. Aku hanya ingin kau tahu bahwa perasaan terdalamku hanya menginginkan satu pilihan. Tapi apakah perlu disebutkan jika ternyata nanti tidak pernah terjadi dan aku menyesalinya seumur hidup karena aku telah membocorkannya. Kepada siapakah kubagi rasa ini, jika lampu temaram dan langit padam tak pernah mau mendengarku. Dan bulan seperti enggan untuk menyapa karena pagi hari mentari tak pernah mau menyapa dengan ceria hati. Hatiku gelap seperti mati lampu. Aku tidak hanya butuh listrik, aku membutuhkan generator yang kusebut sebagai penggerak motor langkahku. Jika pikiran ini seribu kali berubah, aku ingin hatiku tetap pada pendirianku. Jika kau rasa ini salah, berilah aku jalan untuk menemukannya kembali. Menemukan kedamaian hati yang kuimpikan selama ini. Tanpa keresahan dan kesedihan yang melahirkan jutaan tetes air mata. Kemudian tetesan itu mengalir menjadi arus deras yang mengalir dan membanjiri pipiku hingga basah. Bukan kehidupan ini selalu diawali dan diakhiri dengan tangis. Maka nyanyian hujan itu tidak seperti suara tangis yang terisak-isak menahan pedih. Kepiluan hati ini tak cukup hanya terwakili oleh deretan huruf ini. Kau tahu semakin dalam kaurasakan cinta itu kuat tertanam semakin kau rasakan kuatnya pedih yang tak tertangguhkan jika cinta seperti bius dan obat yang memabukkan. Aku ingin penawarnya. Maka satukanlah hatiku jika aku ingin sekali merasakannya. Aku takut ini akan menjadi harapan kosong dan aku hanya terdiam tertunduk dengan hati remuk dan penuh kegalauan hingga dalam tidurku penuh igauan, dan hilang kesadaranku sepenuhnya. Karena hidup seakan tak peranh mau memberikan tujuan atau bahkan kemungkinan untuk mendekati jalan itu. Aku ingin sekali melihat kau bahagia, aku ingin sekali melihat kau tanpa kesedihan. Jika harus kutebus semua ini dengan pengorbanan maka aku tidak menginginnkan kesia-siaan jika penyesalan sepertinya tidak ada artinya lagi. Maka waktu yang telah berlalu seperti menjadi momen sejarah yang patut dituliskan di atas prasasti bahwa cerita hidup semakin berlanjut dan episode membuka babak baru. Perjuangan selama ini memang belum terlihat hasil sedang tetesan keringat itu lebih sedikit daripada tetesan hujan yang turun dari kedipan mata. Apakah semua ini palsu. Aku terus mempertanyakan jika hidup penuh kepalsuan dan kebenaran itu hanya kebetulan semata, aku selalu menyebut namamu sambil memeluk bantal karena kutahu bahwa bayangmu selalu tersimpan di bawahnya. Pikiranku terbebas sedang hatiku terpenjara manakala kerinduan itu meluap seperti banjir yang menghantam bendungan. Maka dalan hitungan detik deburnya menghancurkan penghalang. Aku berlari mengejar kenyataanku dan garis-garis yang bisa kulewati menjadi garis lurus yang panjang. Tapi kau tahu aku butuh kepastian dan aku tak pernah mengetahui rencana itu jika garis hidupku adalah garis tangan yang bisa diramal. Aku sama sekali tidak percaya pada ramalan itu. Kemudian aku bisa menghabiskan waktu bersama di bawah rindang pohon kelapa dan angin itu berhembus perlahan menerbangkan selendangmu dan aku menangkap jika sandalmu terseret ombak karena aku hanya menginginkan menjadi pasir sehingga aku bisa selalu menjaga telapak kakimu dari duri yang membuatmu terluka. Aku ingin menjadi angin yang membelaimu lembut.