Gerimis perlahan turun membasahi hatiku, dingin. Malam semakin kelam dan temaram di pelupuk mataku. Aku tak bisa terpejam, melihatmu menyanyikan senandung rindu di penghujung malam. Aku menemukan cinta di balik sendu. Cinta yang membekas setelah kau melenguh panjang, disini kita merapat dan menyatu bersama deru nafas yang terburu-buru. Kemudian gejolak ini seperti ombak yang bergulung-gulung memintal hasrat menjadi dorongan nafsu. Aku tak ingin cinta habis semalam. Di mataku kau begitu menggairahkan bahkan di saat aku tak lagi memandang.
Aku tidak menghiraukan keramaian di sini, ekor mata yang menangkap dan mencuri perhatianku. Aku hanya peduli padamu. Di sini, kutemukan banyak angin yang berhembus, ada banyak pasang mata yang saling bertemu, akan tetapi nafasku hanya bertemu denganmu. Aku hanya ingin menciummu lebih dalam. kau masih menggelayut manja, sementara aku sibuk menopang kepalamu di dadaku. tahukah kau, seseorang di seberang sana sedari tadi melirik dengan pandangan tak suka. kemudian temannya yang berada di sampingnya tampak gelisah tak percaya melihatku, di sini kita berciuman.
Mungkin tulisan seperti ini jarang sekali kubuat, tapi aku buat karena aku menyadari sebelum terlambat. Maafkan aku. Terkadang aku begitu egois dan mementingkan diriku sendiri, aku seringkali menyalahkanmu dan tidak melihat permasalahan sebenarnya. Aku tahu, aku tidak bisa menuntut banyak. Aku harus cukup mengerti keadaan ini. Mungkin aku belum melakukan sesuatu yang terbaik untukmu, bahkan belum sama sekali. Aku kira kesalahan selalu terjadi, dan aku tahu aku salah. Aku ingin sedikit berbakti padamu, aku tahu kau punya sebentuk kasih yang berbeda yang kau berikan untukku, kau begitu mengerti dan memahamiku. Sedangkan aku hanya bisa menuntut dan menyalahkan, maafkan aku. Aku akan mencoba memperbaikinya dan bersikap lebih dewasa. Aku ingin mengucapkan ini, bahwa aku juga menyayangimu. Sangat mencintaimu.
Aku ingin berkisah malam ini, dengan secangkir teh hangat dan gerimis hujan membasahi. Saat kau pikir seseorang dengan sangat mencintaimu. Itu adalah saat kau merasa dicintai. Ada orang yang dengan harapan menantimu. Berbagi kisah dan rindu bercengkrama menghabiskan waktu bersama cinta, rintik hujan, sentuhan bibir dan desahan. Itulah saat kebersamaan. Akan tetapi tak ada yang bisa mengabadikan kebahagiaan itu selain bingkai kenangan, ketika cerita berakhir menyedihkan. Dan kau tidak bisa berpikir lagi karena kau merasa tidak ada lagi cinta, tidak ada lagi yang perlu dikenang. maka itulah titik dimana harus ada kerelaan dan tidak perlu isak tangis tertahan, tetapi aku tidak bisa menjamin. karena rasa sakit bisa sangat menyiksa dan cinta adalah cerita indah namun tak selalu berakhir indah, maka genggamlah cintamu. jangan kau biarkan dia pergi, bahkan hanya untuk sesaat.
Aku tidak bisa lagi membedakan kenyataan dan mimpi. Karena saat aku terbangun dan seketika apa yang kurasakan dalam mimpi tidak berarti apa-apa. Begitu juga dengan kenyataan, apa yang kurasakan pada masa lalu hanya tersisa sekeping kenangan yang tak begitu nyata. Sehingga apa bedanya mimpi dan kenyataan. Jika keduanya akan terlewati dan tak akan bisa kembali. Begitu juga dengan mimpi, kau tidak akan mendapati mimpi yang sama, atau kembali pada mimpi semalam yang tampak begitu nyata. Kau hanya bisa memandang kosong tanpa tahu membedakan mimpi dan nyata. Semua tampak seperti angin dan berhembus begitu saja. Aku sangat merasakan kenyataan ini saat peristiwa mimpi berlangsung, dan aku tidak mengingat apa-apa lagi saat kubuka mata dalam kehidupan nyata, atau aku tak bisa lagi mengingat kenangan indah itu karena telah terjadi di masa lalu dan mataku hanya berkedip di masa kini tanpa bisa mengingatnya kembali. Ketika aku berpikir saat ini maka aku merasakan hal ini begitu nyata walaupun sebenarnya dalam kehidupan mimpi atau kehidupan sebenarnya. Sehingga aku akan merekam semua peristiwa ini sebagai bentuk kenyataan, yang akan hilang. Kenangan, memori, ingatan, pikiran, semua akan menjadi unsur-unsur yang semakin sulit dibedakan. Saat aku tak mampu untuk memegang tanganmu, aku selalu bisa bertemu denganmu dalam mimpi. Atau saat aku benar-benar memegang tanganmu, aku selalu berharap ini akan selalu terjadi dan akan terjadi lagi di kemudian hari. Karena mimpi dan kenyataan yang kau rasakan akan berakhir dengan kehilangan yang menyedihkan. Tidak tersisa apa pun selain kesedihan dan penyesalan yang kemudian berubah menjadi semacam bentuk kebencian. Jika kehidupanmu bisa terbagi menjadi dua, maka 12 jam yang tersisa dalam hidupmu adalah mimpi. Dan mimpi itu akan menjadi mimpi yang terpanjang sampai kau menginginkan tertidur lebih lama. Mengapa aku begitu suka memandangimu, karena sebenarnya aku tak begitu kuat menyimpan keseluruhan detil mengenaimu, parasmu, sudut bibrimu, lekuk alismu, kedipan matamu. Aku tak mampu terlepas dari pandanganmu agar kutangkap dalam otakku dengan bentuk yang sama, dirimu. Saat aku berpikir hidup bersamamu adalah mimpi, aku ingin tertidur lebih lama agar mimpi itu benar-benar terjadi. Tapi aku tidak sanggup dengan kenyataan yang membuatku terpisah, antara mimpi dan nyata. Antara harapan dan kenyataan. Antara cinta dan realita. Aku tak sanggup membuka mata jika kuingat bahwa kau tidak bersamaku lagi. aku ingin kau membantuku membangun mimpi ini menjadi nyata, agar saat kau terbangun, aku bisa melihat kedipan matamu yang sama di hadapanku, masih dalam keadaan tertutup selimut. Tiba-tiba kau tersenyum dan mengajakku tidur dengan senyum manja, kembali pada mimpi kita bersama.
Sebenarnya apa sih yang kemudian kau cari, selama bertahun-tahun dan kau berusaha menemukan kebahagiaan, kebenaran. Sementara banyak jalan dan kau hampir kehilangan jalan untuk pulang kembali. Seperti yang diharapkan semua orang, cinta. Mencintai dengan penuh kasih sayang. Ada satu perasaan yang kemudian menyelimuti dan terasa sangat menyejukkan, kerinduan yang kemudian meluap seperti gejolak asmara yang tertahan.
Selama ini, selama aku bernafas dan tak mampu kuhitung detik dan jarum jam yang bergerak. Selama aku mencari kemungkinan untuk menemukan keajaiban, dan arti kebahagiaan itu sendiri. Adakah kau puas dan menikmati jalan yang kau pilih sementara kebenaran itu baru terlihat di masa depan. Sementara tak kutemukan cahaya yang menerangi jalanku. Aku diliputi rasa bimbang dan ragu tentang jalan yang kupilih.
Aku harap, selama aku masih bisa melihat jalan, melihat kemungkinan, melihat berbagai titik-titik terang. Aku masih bisa menggenggam tanganmu, merasakan sentuhan kasih dan belaian tanganmu yang menempel di pipiku, merasakan kerinduanmu. Karena aku takut semuanya kemudian hilang dan jalan itu tak nampak lagi terlihat dan gelap seperti bayang-bayang. Dan akhirnya aku tidak percaya lagi pada harapan dan mimpi.
Kebahagian, barangkali datang jika waktunya tiba. Cinta seperti anugerah akan memberi ketentraman dan kedamaian, lalu waktu berubah kemudian cinta menjadi rasa sakit yang tak terperikan tanpa penawar. Aku percaya pada keyakinan hati yang membangun dan menuntunku berjalan, melewati garis dan terjal yang membuatku ragu, kemudian merindukanmu seperti api lilin yang ingin menyambar angin. Aku ingin kau selalu bersamaku menemukan garis akhir dari perjalanan ini. Cinta.