Aku takut bukan berarti lemah, tapi jatuh dan
mencintaimu semakin mendekatkanku pada masalah. Jika rencana tentang kita
mewujud nyata dan harap ini menanti takdir. Lantas kepada siapa kita menabur
doa, sementara kuil-kuil telah sepi karena lantunan peri tak terdengar lagi.
Bahkan, gemuruh dada pun berdusta. Lalu kepada siapa aku harus percaya.
Sementara cinta menyisakan ketakutan akan kehilanganmu. Mendekap dalam sepi dan
tak habis merindukanmu. Menghitung pertemuan dan mengekalkan cinta pada
ingatanku. Pada setiap mimpi yang berusaha kurangkai, membayangkanmu hadir.
Jika, semua akan indah pada waktunya. Lantas, kapan? Ketika waktu-waktu indah
bersamamu semakin menipis. Jika keyakinanku dapat diperbarui, apakah waktu
dapat diperbarui dan cinta yang indah akan menemukan waktunya?