Film ini sukses bikin sedih. Tapi, apakah sedih berarti film
ini sudah dikatakan sukses? Ya, sukses kalo memang tujuan film ini bikin
sedih.
Buat lo yang belum nonton film Sabtu Bersama Bapak, segera
tutup blog ini. Gue bakal ceritain pengalaman gue setelah nonton film ini.
Pastinya, spoiler abis. Gue udah memperingatkan lo buat tutup halaman ini kalo
memang berniat nonton. Tapi, kalo dasarnya penasaran silakan lanjutkan membaca.
Film Sabtu Bersama bapak disutradarai oleh Monty Tiwa. Ditulis
Skenario dan penulis novelnya, Kang Adhitya Mulya. Pemain: Abimana Aryasatya,
Ira Wibowo, Deva Mahendra, Acha Septriasa.
Saat menonton, sayup-sayup terdengar isakan tangis. Baik
dari sebelah gue, atas kursi gue, maupun sudut di bawah. Suara tangisan juga
berasal dari anak kecil; mungkin masih bayi. Itu antara terbaru banget atau
memang butuh asupan asi. Tapi, gue yakin banyak yang nangis karena nonton film
Sabtu Bersama Bapak. Begitu lampu bioskop dinyalakan dan film selesai, gue juga
melihat tisu-tisu basah bertebaran. Pasti basah karena air mata, gue nggak
berani berpikir macem-macem untuk film ini. Setelah selesai nonton gue pun terdorong
untuk menuliskan reviewnya.
Gue harus melepaskan diri dari ingatan cerita dan pengalaman
gue setelah membaca novelnya. Kali ini gue hanya akan menceritakan pengalaman
setelah nonton filmnya. Karena kebetulan juga yang menulisnya adalah orang yang
sama. Here we go!
SABTU BERSAMA BAPAK berkisah pada keluarga Gunawan Garnida,
Itje, Satya, dan Cakra. Sang ayah meninggal karena kanker, maka kehidupan
keluarga dibebankan kepada Itje Sang Ibu. Namun, sang ayah mempersiapkan
pesan-pesan untuk kedua anaknya lewat sebuah video. Wasiat itu akan ditayangkan
setiap hari Sabtu ditonton Itje bersama anak-anaknya.
Sesuai pesan sang Ayah, Satya dan Cakra tumbuh menjadi pribadi
yang baik dan berprestasi. Satya yang tumbuh dengan latihan fisik; karate.
Cakra tumbuh dengan matematika. Tak heran, Satya memilih Teknik Perminyakan dan
bekerja lapangan di tambang lautan lepas. Sedangkan Cakra terjun di dunia
perbankan.
Film ini tidak hanya menceritakan kejadian nonton bareng
setiap hari Sabtu, tapi lebih pada bagaimana pesan dari video itu membesarkan
keluarga ini. Itje yang akhirnya punya bisnis rumah makan sendiri. Mimpi Satya
yang akhirnya diterima perusahan luar negeri. Mimpi Cakra menjadi Direktur
Deputi divisi Mikro Bank GA.
Pesan sang ayah menitipkan pada Itje untuk menjaga anak-anak
tumbuh dan dewasa, mendampingi wisuda, dan mendampingi anaknya menikah. Satya
kebetulan menikah lebih dulu bersama Risa dan tinggal bersama di luar negeri.
Membangun keluarga dan dibuahi dua orang anak. Sedangkan Cakra sudah menjadi
bos tapi masih menjomblo. Kita akan mengetahui bagaimana Satya dan Cakra menghadapi
persoalan hidupnya masing-masing. Bagaimana keduanya memegang teguh prinsip dan
pesan dari sang Ayah.
Film dimulai dengan sendu. Gunawan memegang surat tentang
penyakit kankernya. Umurnya sebentar lagi, terisak pedih. Sang istri, Itje tak
kuasa menahan kepedihan itu bercucuran air mata sambil mengiris-ngiris bawang
dan cabe. Perih rasanya. Gunawan sadar ajalnya dekat, dia membuat video.
Tentunya tidak diposting di Youtube. Gunawan merekam semua hal yang menurutnya
penting mengajarkan hal baik untuk kedua anaknya.
Cerita bergerak setelah Itje, Satya, dan Cakra nobar video
sang ayah hari Sabtu. Satya dan Cakra berprestasi meraih banyak piala. Sang ibu
akhirnya punya rumah makan. Lalu Satya melamar Risa dan berencana menikah.
Tapi, tidak ada acara resepsi pernikahan
Risa sudah di luar negeri dengan dua orang anak. Satya harus
LDR sama Risa karena pengeboran di laut atlantik. Risa masih gagal juga bikin
masakan enak seperti resep mertua. Ketika Satya pulang, dengan tangan cedera,
Risa mulai khawatir karena kerjaan Satya berisiko. Terlebih, tidak ditemukan
cincin di jari manisnya. Satya bilang, akan mengganti cincin pernikahan dengan yang
sama persis!
Dunia Cakra dimulai dirinya yang jomblo diejek sama bawahan
setimnya Firman dan Wati. Rpanya Salman—sesama rekan di kantor sudah mengendus Sheila
Dara Aisha, Pemeran Ayu yang cantik. Jelas, saat Cakra memulai meeting dan
menemukan Ayu di ruang rapat membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Namun, cinta Cakra harus terhalang oleh Salman. Ayu bahkan tak menyukai Cakra
yang dinilai canggung dan aneh.
Firman dan Wati adalah jaminan yang bikin film ini lucu.
Semua hal yang dilakukan kedua pemain ini berhasil membuat penonton tertawa.
Dari iseng membalas email, rusuh membantu memilih baju, usaha membantu Cakra
pedekate, sampai investigasi Wati bersama suvenir petenya. Kedua karakter ini
menggelikan. Ditambah Cakra yang kaku dan akward jelas mengundang decak kagum
dan tawa.
Setelah Gunawan meninggal karena kanker, tak habis pikir
Itje juga terserang penyakit tumor. Lebih nggak habis pikir, Itje memilih
menutup rapat kabar ini demi tidak membuat kedua anaknya khawatir. Jelas, Itje
bohong dan mengajarkan hal yang nggak baik. Itje memilih mengarang cerita pergi
ke Padang bersama teman-teman SMA.
Konflik dunia Satya adalah kenyataan bahwa dirinya telah
merencanakan matang kehidupan keluarga, Malah ditentang oleh Risa yang memilih
bekerja dan menitipkan kedua anaknya kepada pengasuh dengan dalih membantu
ekonomi keluarga. Satya juga didesak untuk dekat dengan kedua anaknya dan
memilih kerja kantoran. Konflik memuncak saat kedua anaknya hilang. Satya marah
besar dan mengatakan Risa gagal jadi seorang ibu. Satya ngamuk-ngamuk, Risa
pergi dari rumah. Jelas, Satya mulai goyah terhadap pesan-pesan sang Ayah yang
sudah semuanya diterapkan.
Cakra yang tetap usaha pedekate kepada Ayu meski dua kali
ditolak pun jadi galau karena usia kepala tiga dan diberi deadline oleh Itje
ibunya kalo tahun ini harus nyari. Bahkan, Firman dan Wati selalu update
perkembangan Ayu yang didekati Salman. Sampai tahap Salman menembak Ayu, tapi
belum ada keputusan. Cakra menilai harus
bergerak mengambil tindakan. Tapi, malam itu tetap berakhir kegagalan karena
Ayu memilih untuk berteman.
Berita Itje yang menderita penyakit itu akhirnya tiba waktu
diangkat tumornya. Percobaan pertama berhasil. Itje berharap kebohongan pertama
ini cukup sekali. Dia masih menutup rapat-rapat. Sampai Cakra curhat soal
gebetan yang gagal diraihnya itu memilih untuk dijodohkan dengan anak temannya.
Siapa yang menyangka, anak temannya Itje juga bekerja di Jakarta. Mereka pun
sepakat mempertemukan Cakra dengan anak temannya bernama Retna.
Kembali ke dunia Satya. Ditnggal Risa, Satya galau tidur
sendirian. Mandangin foto keluarga kecilnya dan keluarga besarnya. Satya
dimarahin sang Ayah di dalam mimpi. Ya, jelas banget. Hadap-hadapan
dinasehatin. Wah, dari video pindah ke mimpi. Satya bahkan dipeluk sang Ayah
karena kangen. Satya terbangun dan merasakan penyesalan. Risa kabur dari rumah malah
nginep di hotel pake kartu kredit. Satya pun nyari-nyari Risa, nanyain
kantornya ke pengasuhnya. Di saat yang sama, Satya melihat video Risa latihan
yang direkam oleh anaknya. Satya sadar salah menilai Risa. Malamnya Satya
samperin ke hotel dan ngajakin balikan di sebuah tempat makan. Mengulang adegan
melamar, tapi tidak pakai cincin. Hei! Katanya mau beli cincin yang sama!? Mana?!
Lompat ke cerita Cakra janjian ketemu yang datang malah Ayu.
Ya, betul! Ayu adalah Retna. Retna adalah Ayu. Rupanya namanya Ayu Retna
Ningsih. Wow! Sebuah kebetulan?! Dan panggilan Saka untuk Cakra adalah
panggilan kecil cadel Cakra menjadi Saka. Saka adalah Cakra. Ya sudah. Saat
pertemuan itu berlangsung intim dan Cakra menyatakan cinta, Ayu memilih
menggantungkan Cakra. Saat Cakra menelepon rupanya Itje sang ibu berada di
rumah sakit.
Kemarin diangkat tumornya, tapi balik lagi dan sekarang
berada di sebelah kiri. Itje operasi dua kali. Kali ini ketahuan. Cakra datang
berlari tergopoh-gopoh. Di saat yang sama Ayu menelepon menyatakan jawaban menerima
cinta. Wow! Gawat ya, ibu di rumah sakit dan cintanya Cakra diterima. Cakra pun
video All ke Satya dan Risa. Saat itu Itje sudah gundul! Kemudian Cakra datang
ke rumah Ayu, tapi kok mamahnya Ayu nggak ngenalin Cakra ya? Katanya kedua
orang tua ini mau menjodohkan anaknya masing-masing, tapi kok malah nggak
ngenalin ya.
Setelah operasi kedua Itje akhirnya pulih. Cakra pun
berencana menikah dengan Ayu. Satya akhirnya datang bersama Risa ke rumah.
Semua kumpul dan makan-makan. Tapi, siapa sangka Ayu bisa masak dan masakannya
seenak masakan Itje! Bahkan Risa yang belajar masak 8 tahun aja kalah! Ayu
belajar dari mana ya? Nyicipin masakan Itje aja belum pernah. Apa jangan-jangan
dia pernah mampir ke rumah makan Ibunya ya? Hm....
Film ditutup dengan Itje diapit oleh Satya dan Cakra yang
nonton video terakhir dari sang Ayah. Seperti di awal, hari Sabtu bersama
Bapak.
Kenapa nggak ada acara resepsi pernikahan Cakra dan Ayu ya?
Padahal penasaran bagaimana Firman dan Wati komentar saat salaman pengantin.
Penasaran juga bagaimana reaksi Salman ketika gebetan direbut teman sekantor. Seru
aja kalo semua pemain kumpul satu frame gitu dan akhirnya Itje benar-benar
mendampingi anaknya menikah.
Tapi, film udah selesai. Tunggu! Masih ada cuplikan rekaman
Gunawan, Itje, Satya kecil, dan Cakra kecil berkumpul di ranjang. Pertanyaanya,
siapa yang merekam?! Hayo... bibi kah?
The best jatuh pada Kang Adhitya Mulya (penulis) Deva Mahendra (pemain) Tergokil; Ernest (Firman) Jennifer Arnelita (Wati)
Begitulah pengalaman setelah nonton film Sabtu Bersama
Bapak. Bagaimana dengan pengalaman kalian setelah nonton film ini?