Seandainya aku dapat membekukan
waktu dan menahan jarum jam untuk bergerak. Lama-lamat matamu berkilat basah,
sebelum terpejam. Aku tahu, sebentar lagi terbitlah rindu. Setelah pelukan
terakhir malam itu dan ciuman panjang yang tertinggal. Kau mulai menghitung
hari, bahkan setelah pertemuan kita. Aku pun tak bisa tinggal, sementara esok
masih harus kujelang. Merindukanmu tak pernah habis semalam. Begitu pun kau
merasa tak pernah cukup menuntaskan rindu bersamaku. Aku bahagia, asal
bersamamu. Menerbitkan rindu-rindu yang panjang tentang hari-hari dan
penantian. Akan kusimpan sisa senyummu untuk kuingat, begitu pun setiap jengkal
sela parasmu. Seperti sapuan kuas dalam kanvas, aku pun melukis wajahmu dalam
benakku. Agar, aku bisa menghadirkanmu tepat saat mataku terpejam.