Pengalaman Sabtu Bersama Bapak

by - 01.12



Film ini sukses bikin sedih. Tapi, apakah sedih berarti film ini sudah dikatakan sukses? Ya, sukses kalo memang tujuan film ini bikin sedih.
Buat lo yang belum nonton film Sabtu Bersama Bapak, segera tutup blog ini. Gue bakal ceritain pengalaman gue setelah nonton film ini. Pastinya, spoiler abis. Gue udah memperingatkan lo buat tutup halaman ini kalo memang berniat nonton. Tapi, kalo dasarnya penasaran silakan lanjutkan membaca.

Film Sabtu Bersama bapak disutradarai oleh Monty Tiwa. Ditulis Skenario dan penulis novelnya, Kang Adhitya Mulya. Pemain: Abimana Aryasatya, Ira Wibowo, Deva Mahendra, Acha Septriasa.
Saat menonton, sayup-sayup terdengar isakan tangis. Baik dari sebelah gue, atas kursi gue, maupun sudut di bawah. Suara tangisan juga berasal dari anak kecil; mungkin masih bayi. Itu antara terbaru banget atau memang butuh asupan asi. Tapi, gue yakin banyak yang nangis karena nonton film Sabtu Bersama Bapak. Begitu lampu bioskop dinyalakan dan film selesai, gue juga melihat tisu-tisu basah bertebaran. Pasti basah karena air mata, gue nggak berani berpikir macem-macem untuk film ini. Setelah selesai nonton gue pun terdorong untuk menuliskan reviewnya.
Gue harus melepaskan diri dari ingatan cerita dan pengalaman gue setelah membaca novelnya. Kali ini gue hanya akan menceritakan pengalaman setelah nonton filmnya. Karena kebetulan juga yang menulisnya adalah orang yang sama. Here we go!
SABTU BERSAMA BAPAK berkisah pada keluarga Gunawan Garnida, Itje, Satya, dan Cakra. Sang ayah meninggal karena kanker, maka kehidupan keluarga dibebankan kepada Itje Sang Ibu. Namun, sang ayah mempersiapkan pesan-pesan untuk kedua anaknya lewat sebuah video. Wasiat itu akan ditayangkan setiap hari Sabtu ditonton Itje bersama anak-anaknya.
Sesuai pesan sang Ayah, Satya dan Cakra tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berprestasi. Satya yang tumbuh dengan latihan fisik; karate. Cakra tumbuh dengan matematika. Tak heran, Satya memilih Teknik Perminyakan dan bekerja lapangan di tambang lautan lepas. Sedangkan Cakra terjun di dunia perbankan.
Film ini tidak hanya menceritakan kejadian nonton bareng setiap hari Sabtu, tapi lebih pada bagaimana pesan dari video itu membesarkan keluarga ini. Itje yang akhirnya punya bisnis rumah makan sendiri. Mimpi Satya yang akhirnya diterima perusahan luar negeri. Mimpi Cakra menjadi Direktur Deputi divisi Mikro Bank GA.
Pesan sang ayah menitipkan pada Itje untuk menjaga anak-anak tumbuh dan dewasa, mendampingi wisuda, dan mendampingi anaknya menikah. Satya kebetulan menikah lebih dulu bersama Risa dan tinggal bersama di luar negeri. Membangun keluarga dan dibuahi dua orang anak. Sedangkan Cakra sudah menjadi bos tapi masih menjomblo. Kita akan mengetahui bagaimana Satya dan Cakra menghadapi persoalan hidupnya masing-masing. Bagaimana keduanya memegang teguh prinsip dan pesan dari sang Ayah.
Film dimulai dengan sendu. Gunawan memegang surat tentang penyakit kankernya. Umurnya sebentar lagi, terisak pedih. Sang istri, Itje tak kuasa menahan kepedihan itu bercucuran air mata sambil mengiris-ngiris bawang dan cabe. Perih rasanya. Gunawan sadar ajalnya dekat, dia membuat video. Tentunya tidak diposting di Youtube. Gunawan merekam semua hal yang menurutnya penting mengajarkan hal baik untuk kedua anaknya.
Cerita bergerak setelah Itje, Satya, dan Cakra nobar video sang ayah hari Sabtu. Satya dan Cakra berprestasi meraih banyak piala. Sang ibu akhirnya punya rumah makan. Lalu Satya melamar Risa dan berencana menikah. Tapi, tidak ada acara resepsi pernikahan
Risa sudah di luar negeri dengan dua orang anak. Satya harus LDR sama Risa karena pengeboran di laut atlantik. Risa masih gagal juga bikin masakan enak seperti resep mertua. Ketika Satya pulang, dengan tangan cedera, Risa mulai khawatir karena kerjaan Satya berisiko. Terlebih, tidak ditemukan cincin di jari manisnya. Satya bilang, akan mengganti cincin pernikahan dengan yang sama persis!
Dunia Cakra dimulai dirinya yang jomblo diejek sama bawahan setimnya Firman dan Wati. Rpanya Salman—sesama rekan di kantor sudah mengendus Sheila Dara Aisha, Pemeran Ayu yang cantik. Jelas, saat Cakra memulai meeting dan menemukan Ayu di ruang rapat membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun, cinta Cakra harus terhalang oleh Salman. Ayu bahkan tak menyukai Cakra yang dinilai canggung dan aneh.
Firman dan Wati adalah jaminan yang bikin film ini lucu. Semua hal yang dilakukan kedua pemain ini berhasil membuat penonton tertawa. Dari iseng membalas email, rusuh membantu memilih baju, usaha membantu Cakra pedekate, sampai investigasi Wati bersama suvenir petenya. Kedua karakter ini menggelikan. Ditambah Cakra yang kaku dan akward jelas mengundang decak kagum dan tawa.
Setelah Gunawan meninggal karena kanker, tak habis pikir Itje juga terserang penyakit tumor. Lebih nggak habis pikir, Itje memilih menutup rapat kabar ini demi tidak membuat kedua anaknya khawatir. Jelas, Itje bohong dan mengajarkan hal yang nggak baik. Itje memilih mengarang cerita pergi ke Padang bersama teman-teman SMA.
Konflik dunia Satya adalah kenyataan bahwa dirinya telah merencanakan matang kehidupan keluarga, Malah ditentang oleh Risa yang memilih bekerja dan menitipkan kedua anaknya kepada pengasuh dengan dalih membantu ekonomi keluarga. Satya juga didesak untuk dekat dengan kedua anaknya dan memilih kerja kantoran. Konflik memuncak saat kedua anaknya hilang. Satya marah besar dan mengatakan Risa gagal jadi seorang ibu. Satya ngamuk-ngamuk, Risa pergi dari rumah. Jelas, Satya mulai goyah terhadap pesan-pesan sang Ayah yang sudah semuanya diterapkan.
Cakra yang tetap usaha pedekate kepada Ayu meski dua kali ditolak pun jadi galau karena usia kepala tiga dan diberi deadline oleh Itje ibunya kalo tahun ini harus nyari. Bahkan, Firman dan Wati selalu update perkembangan Ayu yang didekati Salman. Sampai tahap Salman menembak Ayu, tapi belum  ada keputusan. Cakra menilai harus bergerak mengambil tindakan. Tapi, malam itu tetap berakhir kegagalan karena Ayu memilih untuk berteman.

Berita Itje yang menderita penyakit itu akhirnya tiba waktu diangkat tumornya. Percobaan pertama berhasil. Itje berharap kebohongan pertama ini cukup sekali. Dia masih menutup rapat-rapat. Sampai Cakra curhat soal gebetan yang gagal diraihnya itu memilih untuk dijodohkan dengan anak temannya. Siapa yang menyangka, anak temannya Itje juga bekerja di Jakarta. Mereka pun sepakat mempertemukan Cakra dengan anak temannya bernama Retna.
Kembali ke dunia Satya. Ditnggal Risa, Satya galau tidur sendirian. Mandangin foto keluarga kecilnya dan keluarga besarnya. Satya dimarahin sang Ayah di dalam mimpi. Ya, jelas banget. Hadap-hadapan dinasehatin. Wah, dari video pindah ke mimpi. Satya bahkan dipeluk sang Ayah karena kangen. Satya terbangun dan merasakan penyesalan. Risa kabur dari rumah malah nginep di hotel pake kartu kredit. Satya pun nyari-nyari Risa, nanyain kantornya ke pengasuhnya. Di saat yang sama, Satya melihat video Risa latihan yang direkam oleh anaknya. Satya sadar salah menilai Risa. Malamnya Satya samperin ke hotel dan ngajakin balikan di sebuah tempat makan. Mengulang adegan melamar, tapi tidak pakai cincin. Hei! Katanya mau beli cincin yang sama!? Mana?!
Lompat ke cerita Cakra janjian ketemu yang datang malah Ayu. Ya, betul! Ayu adalah Retna. Retna adalah Ayu. Rupanya namanya Ayu Retna Ningsih. Wow! Sebuah kebetulan?! Dan panggilan Saka untuk Cakra adalah panggilan kecil cadel Cakra menjadi Saka. Saka adalah Cakra. Ya sudah. Saat pertemuan itu berlangsung intim dan Cakra menyatakan cinta, Ayu memilih menggantungkan Cakra. Saat Cakra menelepon rupanya Itje sang ibu berada di rumah sakit.
Kemarin diangkat tumornya, tapi balik lagi dan sekarang berada di sebelah kiri. Itje operasi dua kali. Kali ini ketahuan. Cakra datang berlari tergopoh-gopoh. Di saat yang sama Ayu menelepon menyatakan jawaban menerima cinta. Wow! Gawat ya, ibu di rumah sakit dan cintanya Cakra diterima. Cakra pun video All ke Satya dan Risa. Saat itu Itje sudah gundul! Kemudian Cakra datang ke rumah Ayu, tapi kok mamahnya Ayu nggak ngenalin Cakra ya? Katanya kedua orang tua ini mau menjodohkan anaknya masing-masing, tapi kok malah nggak ngenalin ya.
Setelah operasi kedua Itje akhirnya pulih. Cakra pun berencana menikah dengan Ayu. Satya akhirnya datang bersama Risa ke rumah. Semua kumpul dan makan-makan. Tapi, siapa sangka Ayu bisa masak dan masakannya seenak masakan Itje! Bahkan Risa yang belajar masak 8 tahun aja kalah! Ayu belajar dari mana ya? Nyicipin masakan Itje aja belum pernah. Apa jangan-jangan dia pernah mampir ke rumah makan Ibunya ya? Hm....
Film ditutup dengan Itje diapit oleh Satya dan Cakra yang nonton video terakhir dari sang Ayah. Seperti di awal, hari Sabtu bersama Bapak.
Kenapa nggak ada acara resepsi pernikahan Cakra dan Ayu ya? Padahal penasaran bagaimana Firman dan Wati komentar saat salaman pengantin. Penasaran juga bagaimana reaksi Salman ketika gebetan direbut teman sekantor. Seru aja kalo semua pemain kumpul satu frame gitu dan akhirnya Itje benar-benar mendampingi anaknya menikah.
Tapi, film udah selesai. Tunggu! Masih ada cuplikan rekaman Gunawan, Itje, Satya kecil, dan Cakra kecil berkumpul di ranjang. Pertanyaanya, siapa yang merekam?! Hayo... bibi kah?
The best jatuh pada  Kang Adhitya Mulya (penulis) Deva Mahendra (pemain) Tergokil; Ernest (Firman) Jennifer Arnelita (Wati)

Begitulah pengalaman setelah nonton film Sabtu Bersama Bapak. Bagaimana dengan pengalaman kalian setelah nonton film ini?

You May Also Like

0 komentar