Kemesraan

by - 18.19

Desis ini serupa ular yang merayap kemudian menjalar, aku masih terbaring dan tak bisa bergerak. Hatiku masih terpaut pada bisikan yang membuatku tergetar. Kau begitu menyihirku seperti cinta. Aku tak berdaya dan semalaman hanya memikirkanmu. Desis nafasmu, deru jantungmu. Aku masih bisa melihat ketulusan dari kedipanmu, lalu terpejam. Dan aku mulai meraba-raba, seperti sentuhan bulu merak yang merayap saat membelai. Aku membelaimu hingga dirimu benar-benar terlelap. Saat itu, aku hanya bisa memandangimu dengan penuh cinta. Saat kau berada benar-benar dekat. Sedekat syaraf yang mengakar. Kau masih sama, tetap setia menatapku, walaupun ada derai sendu dan kerinduan yang tak habis hilang semalam. Aku ingin tetap disini, bersamamu. Kemudian bibirku mengatup untuk sesaat. Aku melihat dirimu terlelap dalam pelukanku. Seperti jarum waktu yang terkunci, lamat-lamat mataku hangat, seberkas bening air membasahi. Aku tahu bahwa kemesraan ini tak begitu lama, sehingga aku menyesapi setiap jengkal waktu yang tersisa. Gelora asmara yang begitu membuncah karena luapan rindu yang tak terkira, adalah nyanyian peri yang dikumandangkan sehabis hujan. Aku menyulam rasa rindu dari ciuman yang kau titipkan pada bibirku, membekas. Ketika bibirku mulai merekah dan nafasmu terasa di ujung lidah, aku selalu ingin menciumu dalam satu kecupan yang panjang. Namun, di tempat ini tak kutemukan lagi rinai hujan yang sama. Jarak pandangku terhalang batas waktu. 

You May Also Like

0 komentar