Merampas Jiwaku

by - 21.04

Aku tahu arti hadirku tak berarti lagi, ketika langit padam dan kerlip bintang semakin redup menyambutku datang, malam menjadi saksi berat hembusan nafasku meninggalkanmu pergi, melepas hatimu, seraya menepikan hati yang terluka. Aku bersembunyi dan berkaca di balik mataku yang basah, melihatmu melangkah. Melihatmu dalam jarak pandang terdekat untuk terakhir kali, masih kuingat nafasmu. Masih kurasakan denyutmu saat tangan kita berjumpa dan saling bersentuhan. Untuk detik yang berharga kubingkai senyum indahmu dalam sekejap mata, untuk kuingat. Jika suatu hari nanti tak kutemukan lagi bintang bersinar sama maka akan kutebus senyumu dengan lentera hati yang tak pernah padam, saat semunya telah berakhir. Hatiku lelah untuk menanti, dan mimpi akan hilang setelah pagi datang menjelang. Aku masih ingat, rasanya ketika degup jantungku berbeda, bukan saat pertama memandangmu, tapi saat setiap namamu kusebutkan. Terdengar lirih memanggil-manggil, kesunyian menjadi bahasa yg lebih akrab menemaniku, tanpa secangkir kopi. Ketika dirimu benar-benar hilang. Aku tak mampu bertahan dengan langkah kaki yg rapuh, menapaki sisa-sisa waktu, apa aku terkubur ketika jiwaku mati, menjadi bunga yang kering. Mengingatmu, akan kisah yang kupercaya. Ingatan-ingatan tentang rasa yang terselip masih saja mengusik batinku, mungkin tak mampu membuatku mati. Tapi perlahan-lahan kau telah merampas jiwaku. Dan tak pernah kau kembalikan

You May Also Like

0 komentar