Selalu Menunggu
Sebaris air yang menetes dari
embun di kaca, aku mengamati lampu-lampu kota yang mulai padam. Bahkan, aku tak
pernah tahu kenapa bisa berada di sini. Menunggumu tak pasti. Haruskah aku
mengurai rasa sakit ini seorang diri dan meneguknya perlahan hingga habis. Sementara
kamu bersembunyi dan tak pernah muncul lagi, seakan aku hanya tempatmu berlari.
Tempat menyampaikan keluh kesahmu selama ini. Harusnya aku sadar, kamu tak
pernah mau berjanji agar aku tak pernah menanti. Nyatanya, aku selalu
menunggumu, meski tak pernah kau anggap peduli.
0 komentar