Kepulan asap putih cappuccino terhidang bersama guratan cemas menunggu. Memang, menanti selalu dekat dengan ketidakpastian. Kedai kopi yang biasa ramai, sore ini tampak lengang. Hanya satu dua orang saja yang terlihat memenuhi kursi. Bahkan, tak ada gelak tawa dari barista yang biasa dia temui kala memesan green tea latte seminggu yang lalu. “Katanya, akhirnya kamu putus sama Bram. Gimana perasaanmu?” tanya Kinna khawatir. “Iya, cowok brengsek jangan pernah dikasih hati, pake alasan nggak kuat LDR....
Bertahan di bawah terik siang membakar peluhku. Ada hela saat kudorong bongkahan kayu dan piring yang berserak. Toples kaca yang retak dan sendok terpelanting jauh. Di atas aspal, kita beradu. Aku melajukan baja besi sementara kakek tua mendorong gerobak. Hantaman keras awak mobil tak terhindari membentur dagangan es cendol. Kakek tua tertatih tak sanggup berdiri. Aku mendekatinya. Kalau saja lampu di pertigaan itu tak mati. Mungkin, tragedi ini tak jadi berita. Kakek tua sesenggukan karena...