Diberdayakan oleh Blogger.

Professional Time Waster

Awalnya, kupikir dalam laut lebih dalam hati seseorang. Sehingga tak mudah kau menyentuh dasarnya. Mengetahui dalam perasaanya. Namun, aku mulai menyadari betapa luasnya langit lebih luasnya pikiran manusia, tak ada yang bisa menerka, pola pikir dan pandangan seseorang.
Hati selalu terkait emosi dan psikologi. Kedalaman hati selalu membuat orang ingin menggali lebih dalam apa yang tersembunyi. Kau selalu merahasiakannya dariku, menyembunyikan ceritamu. Banyak hal bisa terkubur dalam hati. Betapa sayangnya kau mencintaiku. Tentu kedalamannya tidak mudah diketahui.
Begitu juga dengan pikiranmu yang tidak mudah kutebak, tidak mudah kuduga, tidak mudah kutahan. Seringkali jalan pikiran selalu berbeda arah, berseberangan. Pikiran jauh lebih menguasai ketetapan hati. Dan seberapa kuat keyakinanmu terhadap perasaanmu sendiri kadang bisa runtuh seketika karena kau berubah pikiran dan meragukanya karena sebuah alasan.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar

Aku tidak begitu mengerti tentang mimpi, yang kutahu mimpi adalah serangkain konsepsi yang terbentuk berdasarkan proses ekstraksi mental, pikiran, memori, kenangan dan hasrat alam bawah sadar untuk membentuk ciptaan proyeksi dalam gambaran yang lain. Benar saja, semalam aku mimpi. Aku memang terlalu sering bermimpi, tentangmu. Dan semalam mimpi kembali membekas. Aku bertemu denganmu. Bertemu dengan seseorang yang sangat kucintai.
Tahukah, mimpi tetaplah mimpi dan kesadaran saat kau terbangun malah akan membuatmu kecewa bahkan menyesalinya.
“kenapa kau bangunkan aku?”
Aku ingin terus merasakan dalam kehidupan mimpi, tapi kusadari bahwa mimpi adalah dunia imajiner yang bersifat temporal, tidak ada yang bisa menjalani mimpi selama-lamanya. Mimpi adalah fiktif dan kenyataan adalah alam sadar yang terbentuk berdasarkan realita dan fakta.
Aku merasakan kenyataan memaksaku untuk mengakui, selamanya mimpi bukanlah keindahan yang abadi, sekalipun kau masuk lebih dalam dan merasakan kenyataan di dalamnya. Mimpi bukanlah bagian yang bisa disentuh, diraba dan dirasakan indera secara penuh.
Konsepsi mimpi tentu memiliki keterikatan secara emosional, sehingga saat kau mengalami mimpi buruk, maka keterkejutan dan ketakutan itu akan masih terasa walaupun kau telah bangkit dari tidurmu.
Aku ingin, sebatas ingin, seperti harapan kosong, bahwa mimpi terbentuk abadi dalam ingatanku bahkan dalam kenyataan sadarku. Pertemuan yang membekas dan berakhir dengan pelukan hangat akan selalu terbayang dalam otakku. Bahwa mimpi adalah luapan perasaan terdalam seseorang. Dan aku memimpikanmu jauh dari kesadaranku. Agar aku bisa selalu bertemu denganmu.
Ragaku lepas dan pikiranku melayang, hatiku terbang karena mimpi meruntuhkan akalku. Bertemu denganmu, dan kita menjalani kebersamaan yang hangat. Aku merasakan hembusan nafasmu, merasakan detak jantungmu, merasakan tatapan matamu. Aku benar-benar merasakanmu.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Suatu malam yang dingin, selepas hujan yang basah oleh gerimis. Kulihat seorang perempuan terdampar di beranda, menyembunyikan senyum. Wajahnya yang manis terbungkus matanya yang sayu. Ujung jari manisnya menjepit sepuntung rokok yang tinggal setengah. Asap kecil menguap diterbangkan angin. Di sudut bibirnya terdapat luka kecil yang mengering. Dia terlihat cemas, duduknya gusar dengan tangan kiri menopang dagu. Ada senandung sendu yang digumamkan hatinya. Guratan kesedihan terukir jelas di bawah kelopak matanya, karena garis air mata seringkali melintas di permukaan pipinya. Aku tidak melihat sinar dari matanya yang sendu. Perempuan itu seorang diri menyandar dinding putih di sebelah pintu toko. Dia mengenakan pakaian yang telah basah dan dingin. Puntung rokoknya yang terbakar mulai padam. Aku melihatnya sedikit gemetar dan giginya saling mengunci. Hembusan nafas yang berat dari hidungnya masih menyisakan kepulan asap. Rambutnya tidak terlihat karena dia mengenakan kain pembungkus kepala, tapi di lehernya terdapat seuntai kalung yang tenggelam diantara belahan dadanya. Malam menerpakan angin dan dingin. Perempuan itu terus menggigil memeluk dirinya sendiri.
Aku tidak mengenalnya, kemudian tiba-tiba aku sudah duduk sedekat ini. Merasakan hembusan nafasnya yang bercampur asap. Tapi kilatan cahaya lampu yang memantul dari matanya membuatku semakin mendekat. Aku ingin mengetahui, apa yang dirasakanya. Sebentuk kegetiran yang bisa dihabiskan bersama. Malam yang dingin saat purnama bercumbu, apakah dia mempedulikan kisah seorang perempuan yang terdampar, aku semakin merapat. Aku tidak menunggu perintah dan duduk di sebelahnya. Kunyalakan api kecil untuk membakar sisa rokoknya, tak ada kata-kata. Aku tidak perlu ungkapan manis, kita bisa saling berbicara dengan hati. Tidak perlu bahasa, cukup sederhana sebagaimana angin mengirimkan kabar rindu pada pujangga. Aku bercengkrama dengan kerinduan ini dalam waktu lama. Dia seolah tidak menolakku. Kedipan matanya yang dalam dan gerakan bibirnya yang berirama saat menghisap tembakau yang terbakar itu. Aku menyukainya.
Dia masih terdiam memaku tanpa mengakui sesuatu. Malam seperti ini selalu dingin bagiku. Padahal badanku hangat dan aku bisa sedikit memberikan api kecil lagi untuknya. Dia hanya menggelengkan kepala, dan memandangku seolah tak percaya. Sebotol minuman yang kubawa kuletakkan begitu saja di sebelahnya, berharap dia tertarik untuk meraih lalu meminumnya. Dia menghisap rokok lagi lebih dalam, cahaya putih lampu mulai meredup. Kini keremangan menyelimuti dan dia sepertinya tidak takut sama sekali, terutama terhadapku. Dia masih tidak berbicara, aku ingin dia tetap seperti itu, kemudian membilas matanya yang sayu agar tetap terjaga. Agar kita bisa bercengkrama lebih lama dan saling menatap satu sama lain tanpa perasaan.  Bagiku, kebersamaan selalu memberi arti tersendiri, walaupun kita tidak saling mengerti.
Aku menggenggam telapak tangan yang mulai beku oleh dingin. Lalu lintas jalan  mulai sepi dan sejauh pandangan mataku terasa lengang tanpa cahaya lampu. Aku tidak merokok dan sebenarnya membenci asap. Kepulannya itu seringkali membuatku tersedak hingga batuk. Tapi dia sepertinya menikmati itu dan aku tidak bisa merebut kenikmatan itu darinya. Aku tidak memiliki secangkir kopi hangat, minuman yang kubawa terlalu dingin untuk diminum. Jadi aku tidak bisa membagi kehangatan dengannya selain api, yang mungkin bisa membakar hatinya. Aku masih tidak berani bertanya atau menyebutkan nama, tidak perlu. Aku sama sekali ingin duduk di sini dan mendekatinya, itu saja. Tanpa perlu berbasa-basi dan bercerita banyak tentang kehidupan. Buat apa aku menceritakanya kembali, sedangkan kehidupan adalah cerita itu sendiri. Atau mungkin setiap orang punya cerita yang berbeda dalam hidupnya. Jadi aku lebih baik menyimpannya sendiri.
Dia terlihat pucat setelah hisapan rokoknya yang terakhir dan menatap mataku tidak biasa. Abu yang berjatuhan itu hilang tersambar angin dan lenyap begitu saja tak bersisa. Kemudian dia memegang botol minumanku dan membenturkanya ke dinding, gaduh membelah sepi ketika botol itu pecah dan berhamburan. aku mulai takut, perasaan khawatir mulai timbul. Pecahan botol yang masih dipegangnya tiba-tiba dia hunuskan kepadaku dengan mata jalang, dia tidak berteriak. Sorot matanya yang tajam bagiku lebih dari mengancam. Dia bangkit berdiri dan tangannya menepis dinding, menjaga keseimbangan agar tidak jatuh. Lalu aku sedemikian terkejut karena ujung pecahannya yang lancip ia arahkan ke perutnya sendiri. Aku terpana.
Aku tidak bisa berbuat banyak, kejadiannya sedemikian cepat. Dia tiba-tiba kalap dan hilang kesadaran, aku tidak bisa mencegahnya karena tatapan matanya yang galak. Aku hanya ingin mendekatinya, tapi ujung botol itu menakutiku. Dalam beberapa detik kudengar jeritan kesakitan dari bibirnya yang berwarna gelap. Dan aku bisa merasakan hembusan nafasnya terhenti setelah tersengal-sengal. Darah mengalir dari balik bajunya yang basah oleh darah. Aku tidak tahu, dan hanya bisa menatapnya iba. Dia tidak bergerak sama sekali.
Sayup-sayup terdengar suara begitu halus dan merdu, seperti bisikan yang dipenuhi desahan lembut dan manja, aku masih tidak percaya dan tidak mencari sumber suara. Kupikir salah dengar dan bisa saja suara itu timbul dari pikiranku sendiri.
“Mas, boleh minta apinya?”
Aku menyalakan api dan tersenyum padanya karena perempuan yang terdampar di beranda kini bisa kudengar suaranya. Aku terlalu jauh membayangkanya dan sadar bahwa dia masih di depanku dalam keadaan baik-baik saja.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku pernah merasakannya
Dengan sadar aku merasa bahwa aku sangat mencintainya
Dengan tidak sadar aku takut kehilangannya
Tapi aku tidak pernah berada diantara keduanya
Sadar dan tidak sadar

Aku tidak tahu bagaimana membuat hal itu terjadi
Ketika kesadaranku dan ketidaksadaranku terasa sama

Aku hanya perlu merasakanya
Jauh lebih lama
Atau selama-lamanya

Karena aku selalu merasa terluka bahkan jauh sebelum itu terjadi
Walaupun aku terkadang yakin suatu saat pasti terjadi

Aku tidak bisa membedakan antara nyata dan maya
Ketika perasaanku dalam mimpi dan kenyataan adalah sama
Aku mencintainya

Apakah perasaan ini akan sama
Sampai kapan pun
Aku tidak bisa menentukan takdirku sendiri

Aku hanya bisa membuat itu terjadi seolah-olah keajaiban datang
Dan keajaiban memang selalu datang

Aku tidak bisa membayangkan lagi
Jika hati dan otakku tidak bekerja

Sampai aku lupa atau lebih tepatnya berpura-pura lupa
Aku pernah sangat mencintainya
Dan berpikir mati jauh lebih baik daripada tidak bersamanya sama sekali

Karena aku tidak bisa menghilangkan rasa sakit
Jika luka yang terasa pedih pun tak terlihat nyata
Tapi begitu menyakitkan

Setiap malam aku tidak pernah berhenti memikirkannya
Bagaimana hubungan yang membentuk ketiga hal itu tersambung
Dan aku akan mendapatkan keajaiban itu menjadi takdirku

Setiap kali terbangun maka dadaku terasa sesak karena rasa takut
Kemudian aku berusaha menenangkan diri karena pikiranku dipenuhi olehnya
Bahkan lebih nyata dalam mimpi-mimpiku

Setiap kali aku gelisah dan seperti kehilangan arah
Karena aku tidak yakin pada pertanyaan yang sempat membuatku ragu
Apakah aku bisa membuatnya bahagia

Aku ingin selalu bersamamu...
always


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
banyak temanku yang bertanya: kok sekarang jarang posting blog?

kenapa?
aku menyadari kegiatan menulis sangat menyenangkan

tetapi
menulis blog
seperti mengikat perasaanku pada hal ini : tulisan

ketika aku menulis keguncangan jiwaku yang penuh emosi
saat aku membaca kembali tulisanku di blog, maka guncangan itu akan kembali terasa

ketika aku mengukir kesedihan ini dalam kata-kata
saat aku membaca kembali, maka kata-kata itu seperti mengiris bawah merah yang membuatku menitikkan air mata. dan bening kristal di mata akan perlahan-lahan menggenangi retina

ketika luapan kegembiraan itu tertanam dalam sebaris cerita
saat aku membaca kembali, maka kebahagiaan itu akan menyunggingkan senyumku dan semua hal lebih terasa indah

saat aku membaca kembali?
apakah aku tidak perlu membaca kembali?

aku menulis
maka aku mengikat perasaanku pada deretan huruf kaku yang berjiwa dan kutiupkan roh padanya
aku tidak ingin perasaanku terikat dalam tulisan-tulisanku sendiri

kata memang seringkali mewakilinya
tapi aku tidak sanggup...

membacanya kembali
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • ►  2017 (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2015 (17)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (45)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (16)
  • ►  2013 (16)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (59)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (9)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (116)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (16)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (14)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2010 (39)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ▼  Agustus (5)
      • batas pikiranmu
      • mimpi tentangmu
      • perempuan terdampar di beranda
      • always
      • saat aku membaca kembali
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (12)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates