Aku tak pernah menyangka, cerita ini akan berakhir tanpa kutahu dimana titik aku harus menghentikan perasaanku. Menjalani sisa kepiluan hati yang terkoyak lantaran kau pergi. Setelah semua yang kau coba untuk membangun rasa cinta. Lalu badai dengan mudah meruntuhkan segalanya, termasuk perasaanku. Kau, menyalakan api dan memadamkanya dalam satu tiupan sementara hatiku tak lantas padam dengan seketika. Kecuali derai air mata yang deras turun seperti hujan. Dulu, kau semanis madu di sarang lebah. Dalam waktu...
Kamu tahu, aku seperti berdiri di ambang pintu sementara kakiku terpaku untuk bergerak atau diam. Tak ada lagi jejak bisu semacam kerinduan. Aku tak tahu kemana hati ini mengarah. Sedangkan aku tak tahu apakah seseorang di sana memendam rasa yang sama. menyembunyikan perih dan kesendirian mengulas senyum yang kuanggap palsu. Jika, hati ini harus bertahan di antara kesepian. Padahal, setiap malam kusapa rembulan yang selalu hadir tengah petang. Seakan janji tak pernah ada. Apa yang...
Suatu waktu, aku ingin melintasi pikiranmu. Kemudian singgah dan menetap entah sampai kapan di hatimu. Membuka jendela dan sekadar menghirup udara dari rongga dadamu. Mengekalkan kerinduan ini yang terus bermuara pada pertemuan yang singkat. Menyusuri setiap celah tubuhmu untuk kuingat. Apakah, ini menjadi hal yang ditakutkan. Perlahan, kau akan terlepas dari ingatanku. Kemudian pergi entah kemana tak kutahu. Sementara hatiku menangis seperti tak ada kesempatan kedua. Tak ada pertemuan lagi, orbit yang melintasi garis edarku...
Barangkali, kau telah berhasil mencuri perhatianku. Bahkan, kau berhasil merampas hatiku. Setelah kita menjalani cinta yang terikat dalam hati. Kau, mampu membuatku memahami arti saling berbagi. Menjalani kisah dan jalinan cerita yang hangat. Menapaki jejak-jejak rindu yang mulai tertiup angin. Di manakah kelak jalan ini menemukan ujung sementara hatiku meraba karena tak kutemukan cahaya. Secercah harapan seakan menjadi jalan untukku kembali. Berdiri, seolah tak pernah tahu untuk apa cerita ini dimulai. Sebelum akhirnya terpaksa harus...
Lama sekali aku memandangmu, ketika serpihan rindu akan kembali terbit laksana mentari di ufuk sana. Aku ingin menyimpanmu dalam setiap detik mataku berkedip. Menyusuri setiap sudut hati yang akan kembali sepi karena kau pergi. Senyap kembali merayap saat malam kembali tergenang sepi, manakala bahasa kesunyian tak mampu terdefiniskan arti. Bahasa hati tak pernah mampu mengungkap luapan rindu yang menggebu. Hanya, keping-keping cerita di malam itu menjadi bagian yang tersisa. Di depanku, kau tersenyum manis tanpa...