Ada satu hal sulit kutepis meski pahit dalam nyata, mencintai seseorang yang tidak memiliki rasa yang sama. kau tak menunjukkan rasa benci, juga perasaan sayang. Kau selalu hadir jelas di depan mata, tapi tak pernah tertembus sayangku ke dalam hatimu. Melihat, jernih permukaan air tak bisa kulihat dalamnya perasaanmu. Saat-saat gundah menyergap dan ingatanku tentang perjanjian kita terngiang, kita akan berpisah. Bukan saja karena waktu, tapi cerita kita berakhir bersama. Bahkan tak ada pelukan akhir...
Seandainya satu malam yang tersisa, aku tak ingin datang pagi. Mengekalkan ingatanku tentangmu sebelum semuanya hilang terbilas waktu. Begitu pun perasaanku yang tegar berdiri tanpa sambutan tanganmu. Aku harus sadar tepian hati ini tak berlabuh menuju dermaga. Jika nanti ada akhir di mana kata tak sanggup menguraikan kesedihanku, aku ingin pelukan panjang sebelum terlambat. Sebelum kata sayangku terucap lamat-lamat. Membisikkan kata rindu yang tak mungkin kudengungkan di telingamu. Kita begitu dekat seolah bersama, tapi hatimu...
Batas bening yang tersaput mata kasat tak terpandang, jika hati berbekas mengikut jejak kenangan tentang luka dan hujan. Aku ingin mengakhirinya sampai di sini, meski air mata menetes tak terbendung. Tapi, masih adakah luka yang berhasil sembuh jika jatuh cinta rasanya sama juga menyakitkan ketika harus melepas pergi. Sementara kau membangun dinding di antara kita. Jarak kita tak sejauh masa lalu, tapi hati kita tak saling berdekatan. Kita itu sama seperti sepasang merpati yang masih...