Demi Janji Setia

by - 19.27

“Aku mau ngomong serius sama kamu, sambil makan malam aja.”
“Di mana?”
“Terserah kamu.”
“Di tempat favorit kita ya.”
Kau tiba-tiba mengirim pesan singkat. Tak seperti biasa. Aku pun terlonjak meraih jaket dan segera menembus jalanan yang kulihat langit mulai diselimuti mendung. Dengan kecepatan di atas rata-rata aku berusaha secepat mungkin bertemu kamu. Menepiskan keresahan yang terbit setelah membaca pesanmu.
Sepanjang jalan, aku menerka-nerka. Apa yang ingin kamu sampaikan. Pikiranku terusik dan tak fokus menatap jalanan yang cukup lengang. Begitu sampai kulihat kamu telah duduk manis menunggu sambil termangu.
Aku berjalan mendekatimu, menyapamu dengan senyum termanis yang bisa kuberikan.
“Sudah lama?”
“Baru, kok.”
Kamu sengaja menempati tempat kita. Di sudut paling pojok di bawah lampu remang dekat jendela. Tetapi dari sudut lain tempat kamu duduk, tergantung lukisan tentang hamparan langit malam dan bulan purnama. Aku menarik kursi dan duduk.
Malam itu, kau tampak berbeda. Raut muka tak bersinar seperti dahulu. Kau tersenyum canggung terkesan dipaksakan. Sekilas aku tak menemukan lagi rona cahaya mengkilat di matamu. Aku tak mengerti, apa yang terjadi. Adakah yang berubah?
“Kamu sudah pesan?”
“Belum.”
“Aku pesankan spageti carbonara, ya dan satu ice lemon tea.
“Terima kasih.”
Sengaja kupesan menu makanan istimewa kesukaanmu, juga minuman favoritmu. Aku sengaja mengajakmu ke tempat di mana kita pertama bertemu. Tempat di mana aku mulai berani menatapmu tanpa malu. Kau mengiyakan dan datang tepat waktu, bahkan lebih dulu.
Aku menatap lukisan. Kau sibuk memainkan ujung daun dari setangkai bunga mawar plastik di atas meja.
“Mau langsung, atau makan dulu?”
“Kukira, makan dulu aja.”
Aku mengenakan baju pemberianmu, sengaja kusemportkan parfum terbaru yang kamu rekomendasikan dari majalah langgananmu. Kau pun mengenakan baju yang kusuka, berwarna biru pastel dan motif kupu-kupu.
“Kamu tahu, sebenarnya kamu tak benar-benar ada di sini.”
“Kok, bisa?”
“Iya, kamu seperti kupu-kupu, hinggap dan terbang lagi...” “... dan aku akan jadi bunga keabadian untukmu, ketika kau hinggap dan mengambil saripati, tak kuizinkan lagi pergi,”
“Nggak bisa, dong”
Kali ini, kau tak beraksi sambil tertawa. Kau lebih banyak diam, sesekali melemparkan pandangan ke luar dan mengintip langit. Sedangkan kutahu langit gelap dan sebentar lagi hujan. Kau tidak tertarik lagi dengan bujuk rayuanku.
Aku berusaha menepiskan prasangka buruk dan kecemasan. Kau justru memalingkan muka untuk menghindari tatapan mataku. Atau kau memilih tertunduk dan ujung jarimu mengetuk-ngetuk ujung meja. Sejenak keheningan tercipta.
“Pertama ke sini, kamu bicara banyak soal lukisan itu.”
“Iya, lukisan itu masih sama.”
“Tapi, langit malam ini tak sama.”
Menanti menu pesanan datang, aku berusaha memancing pembicaraan kita tentang langit, lukisan, bulan purnama. Kau sama sekali tak tergerak dan tak berselera. Kulirik pasangan yang duduk di meja dekat kasir, biasanya kita men-dubbing pembicaraan mereka dan menjadikan lelucon yang mengundang tawa. Kamu membacakan dialog pertengkaran karena pasangannya terbukti selingkuh, sementara aku kerap berusaha menyangkal dan ujungnya kita tertawa bersama-sama.
Tapi, malam ini kau hanya diam membisu. Guratan wajahmu tak mampu kubaca, keresahan di sudut matamu tak sanggup kuterjemahkan.
“Jadi, katanya kamu mencoba resep baru di rumah?”
“Iya, dibantu Mama.”
“Bagaimana rasanya?”
“Enak.”
Hampir saja, rasanya frustrasi. Aku terus berusaha mendesak bibirmu agar menyunggingkan senyum semanis dulu. Tapi kau hanya menimpali pertanyaanku dengan sekadarnya. Tiba-tiba aku teringat film kesukaanku yang sengaja kubawa di dalam tas, “Before Sunset”. Langsung kuambil dan meletakannya di atas meja.
“Ini film favorit kita, sampai kita tonton tiga kali.”
“Iya, aku juga suka.”
“Kamu percaya takdir?”
“Iya, aku percaya.”
Lalu aku membahas film itu panjang lebar. Pertemuan kembali Jesse dan Celine, mereka pun bertemu lagi di Paris setelah selama 9 tahun tidak bertemu. Mereka bernostalgia dan mengenang kebersamaan di masa lalu.
Kemudian aku mengutip salah satu dialog dalam film tersebut, “Memories are wonderful things, if you don’t have to deal with the past.” Kamu setuju dan mengangguk.
Tiba-tiba pramusaji datang dengan dua piring pesanan kita. Seketika pembahasan film terhenti dan aku tersenyum. Kamu mengambil sepiring spageti. Aku memesan ayam goreng rica-rica dan segelas susu putih.
“Lebih baik, makan dulu,” katamu
Aku mengangguk, tapi tak ingin kulewatkan kesempatan ini untuk terus berbincang denganmu. Dalam satu suapan sendok yang berhasil masuk ke dalam mulut, tiba-tiba kau angkat bicara.
“Besok aku akan pergi ke Jerman.”
“Apa?!” aku nyaris tersedak, jika tak buru-buru kuteguk susu.
“Makannya, pelan-pelan dong.”
“Kenapa begitu mendadak? Kenapa nggak bilang-bilang.”
“Aku sudah bilang tentang beasiswa itu sama kamu, dulu.”
“Iya, aku pikir cuma rencana, karena kamu bilang ingin kuliah di dalam negeri saja.”
Seketika, aku kehilangan nafsu makan. Bentangan ribuah mil terpancang jauh terbayang dalam benakku. Memikirkan intensitas pertemuan yang tak akan pernah terjadi lagi.
“Tapi, kenapa akhirnya kamu terima?”
“Iya, aku merasa harus mengejar mimpiku.”
“Lalu bagaimana dengan kita?”
Sama sekali, aku tak ingin menghabiskan makanan. Sama sekali, aku merasa oksigen tiba-tiba habis di dalam ruangan. Kemudian perlahan gerimis turun di luar sana meriakkan rintik tangis dalam hati yang masih sanggup kutahan.
Aku sadar, kita kerap bertengkar. Terlebih, kita pernah bermasalah dengan masa lalu. Tapi, aku sudah meyakinkan bahwa perasaanku sudah jatuh kepadamu. Hatiku sudah bertekuk lutut di depanmu. Kita pun menjalin cinta selayaknya biasa dan dihujani kasih sayang yang melimpah.
Apakah kurang cukup bagimu?
Lalu yang terjadi hanyalah denting garpu dan sendok mewarnai kebisuan kita. Kamu juga tak bersemangat menikmati carbonara kesukaanmu. Aku hanya memainkan sendok agar terlihat sibuk, sementara hatiku mulai terkoyak dengan bayangan perpisahan.
“Tapi, kita masih bisa sama-sama, kan?”
Kamu tak langsung menjawab. Aku tahu, Jerman adalah negara impianmu. Teknologi dan keindahan negaranya membuatmu tersihir dan sering kali mengajakku. Tapi, kini kau hendak pergi seorang diri. Kamu tak membawaku serta diriku yang ditinggalkan dengan perasaan penuh kekalutan.
“Tapi, bukankah kita bisa bertemu kembali seperti Jesse dan Celine?”
Detik waktu terasa melambat. Rintik hujan menjadi terabaikan. Keramaian pengunjung lain hanya diorama bagimu. Kini, hatiku mulai membeku. Bukan saja membayangkan perpisahan, tapi aku tak sanggup untuk duduk di sini tanpamu lagi, suatu hari.
“Kamu pasti jarang pulang.”
Dia tak juga bersuara. Tanganya mengulur maju dan menyentuh tanganku. Jemarimu hinggap dan memenuhi sela jemariku. Kamu menggenggam tanganku. Terasa hangat. Tapi tak terlalu erat. Bahkan kau seperti memegang, bukan lagi menjabatku seperti berpelukan.
Bukankah genggaman tangan menunjukkan lebih dari kata cinta?
Lalu ujung jari telunjukmu menyentuh nadiku, merasakan detak yang berdebar. Kecemasan karena membayangkan kehilangananmu.
Katakan sesuatu, Sayang. Aku butuh suaramu, jawabanmu.
“Maukah kamu menjaga hatiku di sana demi janji kita, janji setia?”
“Tak ada lagi kita.”
“Tapi Jerman kan hanya persoalan jarak, Sayang?”

Kau hanya menggeleng. Menyesap es teh lemon dari ujung sedotan lalu mengerjap pelan. Aku menghela napas, mengirup udara sekuatnya menyingkirkan gusar yang tergambar di parasku. Barangkali, aku akan terlihat seperti batang kayu yang bersiap menjadi abu. Kau adalah nyala api dalam dadaku yang bukan saja berkobar tapi berakhir membakar seluruh perasaanku.

Bagaimana akhir kisah ini? Apa yang harus kulakukan untuk meyakinkan dia?

Tulis jawabanmu di kolom komentar ya... 
(*jangan lupa sertakan akun Twitter)

You May Also Like

21 komentar

  1. Bahagia, bukan kah semua orang ingin memiliki kisah yang berakhir bahagia?
    Dekap, erat, yakinkan kalau semua akan baik-baik saja. yakinkan kalau semua akan indah pada waktunya.
    Persoalan jarak? tidak jadi masalah bukan? mungkin hanya memiliki sedikit kendala saja.
    Percayalah, janji setia itu ada. Selagi kita menjaganya.
    @Bellatiarasari

    BalasHapus
  2. Akhir kisahnya kalian tetap kalian, ceweknya tetap ke Jerman, tp masih berhubungan. Kamu meyakinkannya dengan berkata "Jika itu kemauanmu aku mencoba tuk menerima, walau harus terluka, tapi percayalah, sayang, kau akan selalu ada dihatiku yg terdalam" kamu genggam jemari tangannya dan kau dekatkan ke dadamu. "Dan aku akan menjaga selalu hatimu, disini, hanya untukmu" . Dan akhirnya kalian pun LDR. Udah itu aja hhehe @maritadevi_ wish me luck yaps :))) you should pick me to get that novel. Its interesting novel yeshh... :)))

    BalasHapus
  3. kalian berdua akan bahagia, jika memang benar-benar ada cinta tulus yang kalian miliki.
    jarak hanya memisahkan raga kalian bukan cinta kalian. percayalah pada cinta dan sertakan tuhan dalam hubungan ini.
    genggam erat tangannya, cium keningnya dan bilang " kita akan baik-baik saja , kita kuat dan kita pasti bisa menjalaninya, aku janji akan menjaga cintamu dan aku juga percaya kau akan menjaga cintaku, ini janji kita, janji setia"
    @retnoretong

    BalasHapus
  4. Kisah ini harus berakhir bahagia.
    Yakinkan dia kalau jarak bukan masalah besar, karena kalian memiliki cinta yang lebih besar yang akan mengalahkan jarak.
    Yakinkan dia kalau jarak bukan alasan untuk mengakhiri hubungan, lalu untuk apa semua ini jika hanya karena jarak kalian menyerah?
    Ajak dia kebernostalgia mengingat bagaimana indahnya saat kalian saling jatuh cinta, ingatkan dia tentang kencan pertama yang canggung namun menggemaskan, ingatkan dia tentang bagaimana kalian bisa bersama sampai sekarang.
    Tetap yakinkan dia dan beri semangat, karena bagaimanapun dia dalam kondisi yang berat.
    @nabilamars.

    BalasHapus
  5. Setiap cerita pasti berakhir dgn indah, sama halnya dgn cerita diatas td. Ya, meski awalnya bnyk tantangan atau hal yg memberatkan kedua belah pihak, namun percayalah semua indah kok pada waktunya. Kalian hanya menunggu waktunya saja dan siapkan hati masing2 untuk menikmati setiap proses yg dijalani. Soal jarak gak jd masalah, meskipun terpisah ruang dan wktu, kalian msh bisa berkomunikasi lewat dunia maya kok. Kamu cukup meyakinkan pasanganmu dengan cara mengikat janji atau memiliki komitmen dlm hbngan kalian. krn dgn begitu tidak mudah bagi kalian utk saling melepaskan satu sama lain. "Ingatlah selalu pada janji yg tlh kalian sepakati."
    @malahutapeaa

    BalasHapus
  6. Jerman pada akhirnya tetap menjadi jarak mereka. Tapi janji, janji setia menunggu sampai kapanpun berhasil menunda kehancuran hubungan yang sudah di ujung tanduk itu. Mereka tidak pernah benar-benar mengakhirinya. Setidaknya untuk beberapa waktu. Janji, janji memang hampir selalu berhasil menyelesaikan (atau lebih tepatnya menunda) pecahnya konflik. - @CUTDM

    BalasHapus
  7. jarak hanya sebatas jarak, tiada arti.jarak hanyalah masalah waktu. percaya deh kalo kita sabar pasti akan berbuah indah.masa iya kamu mau kalah sama waktu :) percaya, yakin dan perduli adalah kunci LDR. kalo sudah ditanamin dalam hubungan kita 3 kunci tsb, insyaAllah kan berbuah manis. gausah lihat jarak dan perbedaan waktunya, lihat seberapa cinta kita dan seberapa besar pengorbanan kita tuk nungguin dia, masa mau kalah sama ego kita :') distance means nothing when someone means everything.. @hervyna_1706

    BalasHapus
  8. Untuk meyakinkan dia, ikhlaskan tujuannya dan nantilah ia tanpa ragu. Untuk setia, juga perlu perpisahan dalam memaknai arti pertemuan. Jamulah rindu dengan penuh sabar. Ia akan menepati janji lewat tindakan, tinggal kamu, menindaklanjutinya tanpa mencari pengganti. ^^
    @isni_wardaton

    BalasHapus
  9. Walaupun jarak memisahkan kalian itu bukanlah halangan cinta kalian berdua. Tetaplah berusah meyakinkan dia dengan cara memberi perhatian yang lebih, pengertian, dan limpahkan kasih sayangmu pada dia. Dengan begitu dia akan berfikir dan yakin bahwa kamu memang serius dengannya meskipun jarak bermil" memisahkan kalian berdua. Ingat kalian punya komitmen kan? Jalani komitmen itu sama". Karna kalau kalian saling menegur dan menjalani komitmen itu pasti kalian bisa menghadapi jarak yang terbentang luas itu. Smua itu memang butuh waktu, perlahan saja namun tetap optimis dan berusaha. Jangan lupa berdoa untuk yang terbaik bagi kalian berdua ^^ @_Anggies

    BalasHapus
  10. "Aku tahu sih kalopun aku ngomong panjang lebar sama kamu, aku ngegombal, keyakinan kamu sama aku belom tentu akan bertambah. *pegang tangannya, tatap matanya dalam2 dan sungguh2* tapi kamu mesti tahu dan selalu ingat kalo yang selama ini kita jalani,, hubungan kita selama ini, bukan suatu hal yang mudah. banyak masalah yang terjadi, naik turunnya hubungan kita. pahit manis kisah cinta itu udah kita hadapin, kita jatuh bareng, bangkit juga sama-sama, senang sedih bareng. apa kamu gak inget itu semua? kamu dengan gampang aja gitu mau ngelupain itu semua? kita mulai hubungan ini bukan dengan hal sepele kayak yang ada di FTV2 , tapi kita mulai hubungan kita dari nol. kita bangun sama-sama hubungan kita. aku tahu, jarak memang selalu jadi salah satu alasan terbesar beberapa pasangan untuk mengakhiri kisah cinta mereka, tapi kita? kita berbeda dengan mereka, kita punya kekuatan yang aku yakin kalau kita bisa ngalahin jarak itu sendiri. kita pernah sempat hampir terpisah, tapi apa yang terjadi? kita dipersatukan kembali, lagi. dan aku rasa segala hal dan peristiwa yang terjadi selama kita ngejalani hubungan kita cukup bisa ngebuat kamu berpikir ulang untuk mengakhiri hubungan kita hanya karena persoalan jarak. aku tahu, kamu pasti butuh waktu untuk semuanya, memikirkan masa depan, kelangsungan hubungan kita. hubungan kita bukan seumur jagung , bukan persoalan masalah sekadar pacaran antara cowok cewek yang masih ABG, tapi kita udah sama-sama dewasa. aku tahu kamu, aku kenal kamu, aku percaya sama kamu, kalo jalan pikiran kamu pasti udah dewasa dan kamu bisa milih apa yang terbaik untuk hubungan kita. mungkin kamu butuh waktu 2 atau 3 hari ke depan untuk mikirin ulang semuanya, dan disaat kamu udah bener-bener yakin akan keputusan kamu, apapun itu, aku hargai dan aku terima. satui hal yang harus selalu kamu ingat juga di benak kamu, aku sayang kamu sejak dari awal kita kenal, kita mulai hubungan kita, sampai saat ini, detik ini juga, bahkan mungkin sampai jarak yang akan memisahkan kita nanti. hati aku cuma satu, dan kamu pasti tahu siapa yang ada di dalamnya. jarak memnag penghalang yang cukup besar dalam suatu huibungan, tapi dngan rasa sayng aku yang besar juga sama kamu, aku pikir jarak bisa kita kalahkan sambil tetap bergandengan tangan. bukankah kita masih di satu planet yang sama , Sayang? aku selalu setia buat nunggu kamu, sekarang, besok, lusa, sampai selamanya *cium tangannya*

    @pastephanie20

    BalasHapus
  11. Kamu tak bisa menggoyahkan rencananya ke Jerman. Meski kau mengajaknya flashback tanpa bosan. Tak ada gunanya. Meski kau rasa sulit, jarak memang akan memisahkan kalian seperti membunuhmu perlahan. Dibunuh oleh rindu yg mencekik. Ingin sekali bertemu atau sekadar mendengar suaranya pun tak mampu. Meski ada banyak cara yang bisa ditempuh tp rasanya tetap tak sama. Ini bukan dia yang sesungguhnya. Bukan suara yang bisa kau dengar secara langsung dari mulutnya yang biasanya bisa kau dengar dari jarak yang dekat. Kau tak bisa lagi melihat matanya, tak bisa lagi menggenggam tangannya yang hangat. Tapi, kau harus menepati janjimu padanya yang terkasih. Buktikan bahwa kau bisa menjaga hati dan janji buatnya. Biarkan hatimu menyimpan rindu buatnya nanti ketika pulang. Dia juga memiliki hati yang sama layaknya kau yang tak rela berpisah. Relakanlah dia mengenar impiannya. Kau juga bahagia bila dia bahagia, kan? Tersenyum dan katakanlah: "aku pasti meribdukannmu. Ingat aku dan raihlah mimpimu. Pulanglah karena ada hati yang lama merindunya."

    BalasHapus
  12. aku rasa akhir dari kisah trsbut pastilah bahagia, meski pada awalnya hbngan kalian dipisahkan oleh jarak. Sedih memang jika melepas seseorang yg kita kasihi, namun jika itu demi kebahagiaannya mengapa tidak? ikhlaskan kepergiannya demi meraih segala impiannya. Kamu harus cukup sabar menunggu dia dan harus selalu menjaga hatimu utknya. Dan selama dia berada di jerman, tak usah kau takutkan, krn sejak dulu dia sudh melabuhkan hatinya padamu.
    @melkiglorya

    BalasHapus
  13. Pada akhirnya, jarak akan tetap memisahkan kalian. Jarak hanya masalah fisik. Dua hati yang saling peduli dan saling memiliki akan mengalahkan bentangan bumi yang jauh. Masalah demi masalah akan bermunculan pastinya. Tapi kalian harus meyakini bahwa ini adalah proses. Cobalah bawa dia ke memori saat betapa bahagianya kalian berhasil melewati sebuah masalah. Dan yakinkan dia kalau kekuatan cinta akan lebih hebat dari jarak yg terbentang. Good luck!
    @puspita_setyo

    BalasHapus
  14. Yang harus kamu lakukan adalah meyakinkan dia dan membuatnya tidak menyerah. Ingatkan dia tentang betapa manisnya hari2 berdua, tentang pertengkaran yang selalu berakhir dengan pelukan, tentang perjalanan yang tidak sebentar, tentang segala yang pahit dan manis. Yakinkan dia untuk tidak menyerah, untuk berjuang melawan jarak, karena rasa yang telah dibangun begitu lama tak akan pernah hilang walau dihadang jarak dan waktu, karena janji setia adalah untuk selamanya, untuk setiap nafas yang telah dan akan berhembus. Jarak tak akan bisa mengalahkan sebuah janji yang diucap dengan hati. Yakinkan dia suatu hari dia akan melihat bahwa jarak akan menyerah melihat kuatnya kalian. Karena setiap hati punya tempat berlabuh yang nyaman, punya tempat untuk selalu kembali. Setiap hati ingin berkisah bahagia, dan seharusnya memang seperti itu. Yakinkan dia untuk bersabar, hingga jerman bukan lagi tempat tinggalnya, hingga menatap matamu bukan lagi dalam mimpinya, hingga kalian mengucap janji yang lebih abadi. Hingga kisah ini tak akan berakhir bahagia, karena kalian tak akan pernah menemukan akhirnya. Sebuah janji setia akan berubah menjadi kisah bahagia.

    @erwinaerma

    BalasHapus
  15. yg harus kamu lakukan adalah mendukungnya dengan keikhlasan. karena yg kekasihmu butuhkan saat itu adalah dukungan, bukan bagamana kelanjutan kisah cinta kalian. kelak jika memang Tuhan mengizinkan, kamu dan kekasihmu pasti dipertemukan kembali dalam kisah cinta yang sama namun lebih indah. setelah kalian sama2 sukses tentunya. dan jangan lupa selalu sebut namanya dalam setiap doa seusai beribadah, tentunya juga setelah kau mendoakan kedua orang tuamu dan berdoa untuk kesuksesanmu..

    @AutumnIsaStern

    BalasHapus
  16. Kakak bilang sama dia:
    "Bertahanah untuk menjaga perasaanku di sana, jika kamu benar mencintaiku dan aku akan meneguhkan hatiku untuk selalu percaya bahwa cinta kita akan sanggup melalui ujiannya,walaupun jarak membentang jauh tak terengkuh."

    @NyiPeDe

    BalasHapus
  17. Yang harus kau lakukan adalah genggam jemari tangannya, tatap matanya, dan buat dia kembali merasakan seperti genggaman tangan pertama kali kau mengenggamnya. Lalu katakan seperti ini
    “aku akan menjadi rumah bagimu, aku akan menunggumu disini sampai kau kembali pulang. Aku tahu, Jerman itu jauh, tapi bukankah teknologi sudah canggih. Kita bisa bertukar kabar kapanpun dan dimanapun, kan?”
    Lalu katakan hal ini juga.
    “lagipula bukankah LDR hanyalah soal jarak dan kepercayaan. Jika kita saling mempercayai, lalu apa masalahnya? Kau harus percaya jika aku akan menjaga hatimu disini, seperti aku yang percaya bahwa kau akan menjaga hatiku disana, sayang”

    @intankrusita

    BalasHapus
  18. yang harus kamu lakukan adalah bertanya padanya apa dia menyayangimu atau tidak. saat kita benar2 menyayangi seseorang, jarak bukan masalah besar. dia tidak akan mudah putus asa untuk mempertahankan hubungan. tapi, ketika dia memilih untuk melepas hubungan tersebut dengan dalih jarak, mungkin dia tidak sungguh2 menyayangimu. mungkin pula dia ragu bisa menjaga hatinya selama berada jauh darimu. sibuk? itu hanya akan dijadikan alasan nantinya. kalau memang itu yang terjadi, kamulah yang harus memberi keputusan. apa kamu mau menunggunya dengan konsekuensi dia tidak benar2 menyayangimu, atau melepasnya sekarang untuk menjemput impiannya di jerman. toh seperti pepatah lama kalau kalian memang berjodoh, suatu hari nanti kalian pasti bertemu kembali. mungkin kalian akan berpisah sekarang, tapi percayalah takdir yang akan mempertemukan kalian kembali. saat itu, kamu akan tahu kalau dia adalah cinta sejatimu. jadi, jangan bimbang. bertanyalah padanya apa dia menyayangimu, sebesar kamu menyayanginya. itu saja :)

    @dust_pain

    BalasHapus
  19. Sebuah hubungan bukan hanya tentang dua hati yang saling menyukai. Bukan hanya tentang saling memiliki, berbagi kasih sayang, ada saat suka dan terluka. Tapi dua hal yang terpenting dari sebuah hubungan adalah komunikasi dan kepercayaan.
    Jadi yang harus kamu lakukan adalah biarkan dia pergi untuk mengejar cita-citanya dan yakinkan dirinya sekaligus hatimu bahwa bahwa kalian akan tetap bersama. Buat diri kalian saling percaya: jika memang kalian sungguh-sungguh saling mencintai, jarak bukanlah halangan.

    "Jika dengan pergi ke Jerman bisa membuatmu bahagia. Bisa membuatmu meraih cita-citamu. Maka pergilah. Aku disini akan menunggumu. Selalu menunggumu. Berjuanglah," ucapku memberinya semangat sekaligus untuk diriku sendiri. Meskipun begitu, aku juga tidak bisa berbohong kalau di sisi hatiku merasa sangat takut kehilangan dirinya. Aku takut saat dia kembali nanti, dia bukan dia yang aku tunggu. Dia yang berbeda. Yah, meskipun begitu, meski dua jam berdetak di dua tempat yang berbeda. Aku tetap akan menungggunya.
    Aku tersenyum padanya. Memutar pergelangan tanganku agar aku bisa menggenggam telapak tangannya yang sebentar lagi tidak akan pernah kugenggam lagi. "Jangan merasa bersalah seperti itu. Apa kamu lupa sekarang teknologi itu canggih? Dan meskipun aku melarangmu untuk tidak pergi ke Jerman, kamu pasti tetap akan pergi kan?"
    Dia mengangguk lemah. Masih tidak ada senyuman.
    Meski berat, aku harus tersenyum. Kalau aku memaksa keinginanku, aku justru semakin membuatnya sedih. Dan aku tidak ingin itu terjadi. Biar aku yang terluka, asal jangan dia.
    "Karena itulah, karena aku tahu usahaku yang itu akan sia-sia. Aku memilih untuk mendukungmu sepenuh hatiku. Lalu saat kamu sudah meraih cita-citamu, kembalilah. Saat itu kamu akan menemukan orang yang sama hebatnya atau mungkin lebih hebat darimu. Dan kujamin kamu pasti semakin jatuh hati padaku," celotehku sedikit bercanda.

    Yah begitulah mungkin menurutku. Hehehe :D
    @san_fairydevil

    BalasHapus
  20. setiap pasangan pastikan mengalami yang namanya manis dan pahit dalam menjalin suatu hubungan. termasuk pacaran jarak jauh. banyak orang yang mengeluh dengan jarak. meski berpijak di bumi dan langit yang sama namun, itu tak mudah untuk melewatinya. pacaran jarak jauh merupakan dua orang insan yang saling mengikat janji dan berkomitmen. di sini kesetiaan pun diuji. jadi, tidak sembarang orang loh yang mampu menjalaninya. so, yang harus kamu lakukan hanya mengikhalskannya pergi dan mengatakan, "sebelumnya, aku tak pernah kepikiran jika hubungan kita akan diuji seperti sekarang. ternyata Tuhan telah merancang dan aku tak dapat mengelaknya. namun, aku percaya dibalik ini semua akan ada hikmahnya. tenanglah sayang, aku tidak akan melarang kepergianmu kejarlah apa yang kamu cita-citakan. di sini, aku akan selalu support dan mendoakanmu dari jauh. meski sangat sulit untuk aku terima ini semua. namun, jika dengan berakhir dan menurutmu itu lebih baik lakukanlah. aku akan menghargai setiap keputusanmu. dan aku percaya kalau tulang rusuk dan pemiliknya tidak akan pernah tertukar. sekuat mana kita bersabar, waktu yang akan menjawabnya. someday, kamu udah sikses kembalilah pada seseorang yang telah setia menunggumu, sehingga penantianku ini akan berakhir dengan indah. ini demi janji setiaku". (@elvierayanti)

    BalasHapus
  21. Dan pada akhirnya dia tetap menuntut ilmu ke jerman.. Karena itu adalah impian dia dan cita cita nya kamu tidak dapat melarang. Kalo itu sudah kemauan dia dari dulu kamu bisa apa?
    Jarak bukan masalah ketika kita sudah berkomitmen.. Awalnya kita pastikan dulu apa tujuan kita menjalin hubungan ini kalo hanya untuk main main lebih baik di akhiri semua nya namun kalau kalian sudah berkomitmen untuk menjalani hubungan ini untuk ke jenjang yang lebih serius maka lanjutkan lah. Karena ldr tak akan terasa ketika kalian sudah mempunyai tujuan dan harus saling percaya! Tidak mempermasalahkan hal kecil dan komunikasi harus berjalan lancar. Toh mereka yang pacaran setiap hari ketemu saja ada masalah apalagi kalian yang bermasalah dengan jarak. Tapi jangan khawatir ldr itu menyenangkan karena setiap kali ada waktu bertemu kalian akan lebih menghargai waktu detik demi detik ketika bersama pasangan. Dan semua akan berjalan segimana mesti nya ketika kalian selalu bersama dan selalu yakin bahwa pasangan kalian itu akan menjaga hati nya untuk kalian.
    Terimakasih
    @MNLathief

    BalasHapus