Diberdayakan oleh Blogger.

Professional Time Waster

Kalo orang berpikir nggak bisa lari dari kenyataan, gue bisa. Ya, gue membuktikannya sendiri. Lari dari kenyataan buat gue sama dengan lari dari kehidupan nyata gue. Kehidupan Jakarta yang sibuk dan tak kenal waktu itu membuat pikiran gue lelah. Merasa terhimpit dengan beban dan tuntutan pekerjaan yang lumayan mepet deadline membuat gue berpikir, “gue mau lari dari kenyataan.”
Tapi, gimana ya lari dari kenyataan? Sekilas itu adalah pertanyaan yang sulit. Nyatanya, cukup mudah. Beberapa waktu yang lalu gue nonton film, Inner Workings (2016) Disney. Film animasi itu menceritakan kehidupan sehari-hari pegawai kantoran yang membosankan. Di mana, organ dalam tubuhnya memaksanya keluar dari rutinitas. Kemudian cara itu berhasil membangkitkan gairah hidupnya yang monoton menjadi seru dan menyenangkan. Dari film animasi itu gue langsung terinsipirasi. Rasa-rasanya memang perlu melakukan sesuatu di luar dari rutinitas. Di luar dari kebiasaan. Salah satunya, lari dari kenyataan.
kadang otak, hati, sama nafsu keinginannya beda!

Gue yang punya kenyataan hidup di sebuah kontrakan kecil sebuah rumah sewa di daerah padat penduduk dan sempit, setiap hari naik kendaraan umum. Menembus kemacetan ibu kota Jakarta. Tugas menumpuk dan deadline kerjaan yang seabreg-abreg. Pulang pergi kantor setiap hari. Dengan rutinitas yang sama. Bosan... begah dan peanut! gue butuh sesuatu yang baru! Hidup yang baru... lebih nyaman... lebih menyenangkan... lebih wah!
Mari kita wujudkan lari dari kenyataan dengan menginap! Liburan di akhir pekan selalu jadi kegiatan menarik untuk merefresh otak dan tubuh. Selain membangkitkan perasaan senang juga menyehatkan jiwa. Pengalaman baru akan jadi pengalaman seru yang tak terlupakan.
Tapi, namanya jalan-jalan selalu saja terbentur dengan urusan akomodasi. Apalagi dengan tenggat waktu yang lumayan mepet. Bisa-bisa hotel dan tempat penginapan di tujuan wisata penuh di-booking. Gue coba cari-cari di layanan pesan online hotel selalu penuh terutama di akhir pekan.
Gawat nih! Bisa-bisa rencana lari dari kenyataan gagal!
Eits... jangan mudah menyerah. Kalo konsep hotel dan penginapan seperti vila sudah penuh dipesan oleh wisatawan. Bagaimana kalo hunian seperti apartemen! Ada nggak ya yang kira-kira menyewakan apartemen. Ide yang brilian!
nginep di apartemen cuy!

Buat yang sering nyewa hotel pasti bosen dong... apartemen dengan ruangan yang lebih besar dan mewah jadi nilai penting buat liburan kamu bikin jadi lebih nyaman.
Gue akan lari dari kenyataan dengan konsep yang lebih oke. Bukan saja gue pindah tempat hunian, tapi gua akan menempati apartemen! Just wow... kapan lagi bisa tinggal di apartemen mewah!
Ya, ini saat yang tepat untuk mendapatkan pengalaman baru tinggal sambil berlibur sesantai hunian milik sendiri. Setelah gue coba cari-cari... ada terobosan cara baru booking hotel Online, Travelio.com namanya. Wah... menarik! Ternyata bisa mengajukan penawaran seperti transaksi di pasar!
bayangin punya apartemen sendiri di Bali

Gue nggak sabar untuk coba cari tempat menginap yang keren. Wait?! Apa......! Travelio.com bisa sewa apartemen! Beuh... mantap!
Sesuai dengan bayangan gue untuk mengimplementasikan ide lari dari kenyataan. Mata gue terbelalak kaget melihat pilihan apartemen yang mewah dan berkelas. Buat kamu yang pengin mengimplementasikan ide gila mengadakan Private party gue kira apartemen jadi lebih seru. Pilihannya banyak dan tersedia di berbagai kota di Indonesia. Jakarta, Bandung, Bali, bahkan Singapura dan Malaysia. Bayangin... booking apartemen bisa Anwar! Eh salah typo... nawar!
Ide gila gue langsung bermunculan di kepala untuk melengkapi daftar rundown “lari dari kenyataan” versi gue. Apa ya... coba gue ceklist
·         Beli bahan makanan dan eksperimen masak di dapur apartemen
·         Makan malam romantis di balkon/pinggir jendela dari ketinggian gedung apartemen
·         Private party mengundang teman-teman
·         Pajama’s party sleep over bersama teman-teman
·         Main Werewolf di sofa bersama teman-teman
·         Telepon delivery pizza? Why not!
·         Nonton Film dengan layar televisi yang besar!
·         Bathpool karaoke nyanyi lagu metal di bawah guyuran shower
·         Main gelembung pake sedotan dari dalam bath ub!

bisa masak-masak... yuhuu!

Apa lagi ya? Mau nyumbang ide! Boleeeh...! Nah, saatnya gue pesan apartemen. Bikin akun kemudian log in. Tentukan tanggal, kota tujuan, dan apartemen pilihan. Masukan penawaran dan ada kolom voucher... iya voucher! Berarti selain nawar, kalo pake voucher bisa murah dong!
Katakan iya! Iyaaaaaa...!
Cus gue pesan... Alhamdulillah pengajuan gue diterima! Tidak sampai menunggu 1x24 permohonan penawaran gue diterima. Respon cepat... gue kode voucher LIOMOREEDKDUMVT untuk dapetin diskon sebesar 40% (maksimal Rp 300,000,-). Nah, kalian juga bisa pak voucher itu guys!
senangnya dalam hati... nawar apartemen diterima!

Kalo ada yang lebih murah... kalo ada yang lebih mewah... kalo ada yang lebih wah! Nginep di apartemen jadi ide paling keren buat “lari dari kenyataan”. Ayooo bikin lari dari kenyataan versi kamu! Buat kamu yang udah nyobain pake voucher untuk menginap di Travelio.com bisa ceritakan pengalaman kamu ya di bawah sini... di mana? Di bawahnya yang ada kolomnya!


Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar


Film ini sukses bikin sedih. Tapi, apakah sedih berarti film ini sudah dikatakan sukses? Ya, sukses kalo memang tujuan film ini bikin sedih.
Buat lo yang belum nonton film Sabtu Bersama Bapak, segera tutup blog ini. Gue bakal ceritain pengalaman gue setelah nonton film ini. Pastinya, spoiler abis. Gue udah memperingatkan lo buat tutup halaman ini kalo memang berniat nonton. Tapi, kalo dasarnya penasaran silakan lanjutkan membaca.

Film Sabtu Bersama bapak disutradarai oleh Monty Tiwa. Ditulis Skenario dan penulis novelnya, Kang Adhitya Mulya. Pemain: Abimana Aryasatya, Ira Wibowo, Deva Mahendra, Acha Septriasa.
Saat menonton, sayup-sayup terdengar isakan tangis. Baik dari sebelah gue, atas kursi gue, maupun sudut di bawah. Suara tangisan juga berasal dari anak kecil; mungkin masih bayi. Itu antara terbaru banget atau memang butuh asupan asi. Tapi, gue yakin banyak yang nangis karena nonton film Sabtu Bersama Bapak. Begitu lampu bioskop dinyalakan dan film selesai, gue juga melihat tisu-tisu basah bertebaran. Pasti basah karena air mata, gue nggak berani berpikir macem-macem untuk film ini. Setelah selesai nonton gue pun terdorong untuk menuliskan reviewnya.
Gue harus melepaskan diri dari ingatan cerita dan pengalaman gue setelah membaca novelnya. Kali ini gue hanya akan menceritakan pengalaman setelah nonton filmnya. Karena kebetulan juga yang menulisnya adalah orang yang sama. Here we go!
SABTU BERSAMA BAPAK berkisah pada keluarga Gunawan Garnida, Itje, Satya, dan Cakra. Sang ayah meninggal karena kanker, maka kehidupan keluarga dibebankan kepada Itje Sang Ibu. Namun, sang ayah mempersiapkan pesan-pesan untuk kedua anaknya lewat sebuah video. Wasiat itu akan ditayangkan setiap hari Sabtu ditonton Itje bersama anak-anaknya.
Sesuai pesan sang Ayah, Satya dan Cakra tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berprestasi. Satya yang tumbuh dengan latihan fisik; karate. Cakra tumbuh dengan matematika. Tak heran, Satya memilih Teknik Perminyakan dan bekerja lapangan di tambang lautan lepas. Sedangkan Cakra terjun di dunia perbankan.
Film ini tidak hanya menceritakan kejadian nonton bareng setiap hari Sabtu, tapi lebih pada bagaimana pesan dari video itu membesarkan keluarga ini. Itje yang akhirnya punya bisnis rumah makan sendiri. Mimpi Satya yang akhirnya diterima perusahan luar negeri. Mimpi Cakra menjadi Direktur Deputi divisi Mikro Bank GA.
Pesan sang ayah menitipkan pada Itje untuk menjaga anak-anak tumbuh dan dewasa, mendampingi wisuda, dan mendampingi anaknya menikah. Satya kebetulan menikah lebih dulu bersama Risa dan tinggal bersama di luar negeri. Membangun keluarga dan dibuahi dua orang anak. Sedangkan Cakra sudah menjadi bos tapi masih menjomblo. Kita akan mengetahui bagaimana Satya dan Cakra menghadapi persoalan hidupnya masing-masing. Bagaimana keduanya memegang teguh prinsip dan pesan dari sang Ayah.
Film dimulai dengan sendu. Gunawan memegang surat tentang penyakit kankernya. Umurnya sebentar lagi, terisak pedih. Sang istri, Itje tak kuasa menahan kepedihan itu bercucuran air mata sambil mengiris-ngiris bawang dan cabe. Perih rasanya. Gunawan sadar ajalnya dekat, dia membuat video. Tentunya tidak diposting di Youtube. Gunawan merekam semua hal yang menurutnya penting mengajarkan hal baik untuk kedua anaknya.
Cerita bergerak setelah Itje, Satya, dan Cakra nobar video sang ayah hari Sabtu. Satya dan Cakra berprestasi meraih banyak piala. Sang ibu akhirnya punya rumah makan. Lalu Satya melamar Risa dan berencana menikah. Tapi, tidak ada acara resepsi pernikahan
Risa sudah di luar negeri dengan dua orang anak. Satya harus LDR sama Risa karena pengeboran di laut atlantik. Risa masih gagal juga bikin masakan enak seperti resep mertua. Ketika Satya pulang, dengan tangan cedera, Risa mulai khawatir karena kerjaan Satya berisiko. Terlebih, tidak ditemukan cincin di jari manisnya. Satya bilang, akan mengganti cincin pernikahan dengan yang sama persis!
Dunia Cakra dimulai dirinya yang jomblo diejek sama bawahan setimnya Firman dan Wati. Rpanya Salman—sesama rekan di kantor sudah mengendus Sheila Dara Aisha, Pemeran Ayu yang cantik. Jelas, saat Cakra memulai meeting dan menemukan Ayu di ruang rapat membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun, cinta Cakra harus terhalang oleh Salman. Ayu bahkan tak menyukai Cakra yang dinilai canggung dan aneh.
Firman dan Wati adalah jaminan yang bikin film ini lucu. Semua hal yang dilakukan kedua pemain ini berhasil membuat penonton tertawa. Dari iseng membalas email, rusuh membantu memilih baju, usaha membantu Cakra pedekate, sampai investigasi Wati bersama suvenir petenya. Kedua karakter ini menggelikan. Ditambah Cakra yang kaku dan akward jelas mengundang decak kagum dan tawa.
Setelah Gunawan meninggal karena kanker, tak habis pikir Itje juga terserang penyakit tumor. Lebih nggak habis pikir, Itje memilih menutup rapat kabar ini demi tidak membuat kedua anaknya khawatir. Jelas, Itje bohong dan mengajarkan hal yang nggak baik. Itje memilih mengarang cerita pergi ke Padang bersama teman-teman SMA.
Konflik dunia Satya adalah kenyataan bahwa dirinya telah merencanakan matang kehidupan keluarga, Malah ditentang oleh Risa yang memilih bekerja dan menitipkan kedua anaknya kepada pengasuh dengan dalih membantu ekonomi keluarga. Satya juga didesak untuk dekat dengan kedua anaknya dan memilih kerja kantoran. Konflik memuncak saat kedua anaknya hilang. Satya marah besar dan mengatakan Risa gagal jadi seorang ibu. Satya ngamuk-ngamuk, Risa pergi dari rumah. Jelas, Satya mulai goyah terhadap pesan-pesan sang Ayah yang sudah semuanya diterapkan.
Cakra yang tetap usaha pedekate kepada Ayu meski dua kali ditolak pun jadi galau karena usia kepala tiga dan diberi deadline oleh Itje ibunya kalo tahun ini harus nyari. Bahkan, Firman dan Wati selalu update perkembangan Ayu yang didekati Salman. Sampai tahap Salman menembak Ayu, tapi belum  ada keputusan. Cakra menilai harus bergerak mengambil tindakan. Tapi, malam itu tetap berakhir kegagalan karena Ayu memilih untuk berteman.

Berita Itje yang menderita penyakit itu akhirnya tiba waktu diangkat tumornya. Percobaan pertama berhasil. Itje berharap kebohongan pertama ini cukup sekali. Dia masih menutup rapat-rapat. Sampai Cakra curhat soal gebetan yang gagal diraihnya itu memilih untuk dijodohkan dengan anak temannya. Siapa yang menyangka, anak temannya Itje juga bekerja di Jakarta. Mereka pun sepakat mempertemukan Cakra dengan anak temannya bernama Retna.
Kembali ke dunia Satya. Ditnggal Risa, Satya galau tidur sendirian. Mandangin foto keluarga kecilnya dan keluarga besarnya. Satya dimarahin sang Ayah di dalam mimpi. Ya, jelas banget. Hadap-hadapan dinasehatin. Wah, dari video pindah ke mimpi. Satya bahkan dipeluk sang Ayah karena kangen. Satya terbangun dan merasakan penyesalan. Risa kabur dari rumah malah nginep di hotel pake kartu kredit. Satya pun nyari-nyari Risa, nanyain kantornya ke pengasuhnya. Di saat yang sama, Satya melihat video Risa latihan yang direkam oleh anaknya. Satya sadar salah menilai Risa. Malamnya Satya samperin ke hotel dan ngajakin balikan di sebuah tempat makan. Mengulang adegan melamar, tapi tidak pakai cincin. Hei! Katanya mau beli cincin yang sama!? Mana?!
Lompat ke cerita Cakra janjian ketemu yang datang malah Ayu. Ya, betul! Ayu adalah Retna. Retna adalah Ayu. Rupanya namanya Ayu Retna Ningsih. Wow! Sebuah kebetulan?! Dan panggilan Saka untuk Cakra adalah panggilan kecil cadel Cakra menjadi Saka. Saka adalah Cakra. Ya sudah. Saat pertemuan itu berlangsung intim dan Cakra menyatakan cinta, Ayu memilih menggantungkan Cakra. Saat Cakra menelepon rupanya Itje sang ibu berada di rumah sakit.
Kemarin diangkat tumornya, tapi balik lagi dan sekarang berada di sebelah kiri. Itje operasi dua kali. Kali ini ketahuan. Cakra datang berlari tergopoh-gopoh. Di saat yang sama Ayu menelepon menyatakan jawaban menerima cinta. Wow! Gawat ya, ibu di rumah sakit dan cintanya Cakra diterima. Cakra pun video All ke Satya dan Risa. Saat itu Itje sudah gundul! Kemudian Cakra datang ke rumah Ayu, tapi kok mamahnya Ayu nggak ngenalin Cakra ya? Katanya kedua orang tua ini mau menjodohkan anaknya masing-masing, tapi kok malah nggak ngenalin ya.
Setelah operasi kedua Itje akhirnya pulih. Cakra pun berencana menikah dengan Ayu. Satya akhirnya datang bersama Risa ke rumah. Semua kumpul dan makan-makan. Tapi, siapa sangka Ayu bisa masak dan masakannya seenak masakan Itje! Bahkan Risa yang belajar masak 8 tahun aja kalah! Ayu belajar dari mana ya? Nyicipin masakan Itje aja belum pernah. Apa jangan-jangan dia pernah mampir ke rumah makan Ibunya ya? Hm....
Film ditutup dengan Itje diapit oleh Satya dan Cakra yang nonton video terakhir dari sang Ayah. Seperti di awal, hari Sabtu bersama Bapak.
Kenapa nggak ada acara resepsi pernikahan Cakra dan Ayu ya? Padahal penasaran bagaimana Firman dan Wati komentar saat salaman pengantin. Penasaran juga bagaimana reaksi Salman ketika gebetan direbut teman sekantor. Seru aja kalo semua pemain kumpul satu frame gitu dan akhirnya Itje benar-benar mendampingi anaknya menikah.
Tapi, film udah selesai. Tunggu! Masih ada cuplikan rekaman Gunawan, Itje, Satya kecil, dan Cakra kecil berkumpul di ranjang. Pertanyaanya, siapa yang merekam?! Hayo... bibi kah?
The best jatuh pada  Kang Adhitya Mulya (penulis) Deva Mahendra (pemain) Tergokil; Ernest (Firman) Jennifer Arnelita (Wati)

Begitulah pengalaman setelah nonton film Sabtu Bersama Bapak. Bagaimana dengan pengalaman kalian setelah nonton film ini?
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Sedikit serius dulu ya
buat kamu yang suka nonton film horor, Conjuring 2 by James Wan mengingatkan gue pada film horor ‘70 dan ’80 an, seperti era “The Omen” and “Poltergeist. Gue juga suka aksen British sepanjang film.
Film ini tentu saja menceritakan pasangan pemburu hantu Ed (Patrick Wilson) and Lorraine Warren (Vera Farmiga) yang menginvestigasi dalam kasus “The Amityville Horror.” Lorraine yang punya kelebihan sebuah penglihatan itu secara alami mengalami pengalaman supranatural untuk melihat rangkaian kronologis latar belakang peristiwa. Lorraine dianugerahi kelebihan itu untuk mengetahui kasusnya sebagai sebuah tipuan atau memang “Demonic”
Kemudian cerita film berlanjut dan lompat pada kisah yang terjadi di Enfield, England. Kita akan diperkenalkan oleh keluarga Hodgson, single parent yang memiliki empat orang anak. Salah satunya bernama Janet (Madison Wolfe). Masalah kemudian diawali dengan kebiasaan dia tidur berjalan di tengah malam. Roh jahat bernama Bill Wilkins (Bob Adrian) yang merasuki tubuh Janet, mengendalikan, berbicara, bahkan mengancam.
Kejadian horor di rumah tua ini sontak menjadi populer dan bahan publikasi media massa. Kemudian utusan dari gereja Roma mendatangi sepasang Ed dan Lorraine untuk meminta pertolongan menangani kasus Janet yang dianggap sebagai next Amityville. Untuk dibuktikan apakah tipuan atau memang serangan demonic.

Di Conjuring 2 James Wan yang berkolaborasi dengan cinematographer Don Burgess—Forrest Gump—berhasil memberikan sugesti seram bikin merinding lewat trik kamera dan mainin angle perspektif. James Wan menggunakan seluruh elemen kejutan; sudut gelap, lukisan, kamar yang sempit, air menetes dari kran, suara gedor pintu, tenda kecil, ayunan, lorong. Dengan floating kamera yang bergerak itu membuat mata penonton dituntun kamera.
Beberapa scene yang gue catat filmis dan keren; Janet di balik selimut dengan senter. Janet nempel di langit-langit dinding dan Bill naik tangga. Ed di basement ngodok-ngodok benda jatuh di air yang ternyata gigi palsu.
James Wan memainkan seluruh elemen seram baik dari gambar, suara, karakter, asumsi, dan puzzle story. Kita diajak berimajinasi dan terlibat dengan nasib setiap karakter. Anjing yang memencet bel juga mengingatkan akan film “The Omen” and “The Shining," dari sudut pandang yang lebih modern.

Acting Janet (Madison Wolfe) memang bagus banget. Nggak takut rambut kusut. Wajah pun terlihat ketakutan dengan meyakinkan. Tidak perlu banyak bantuan visual effect dan CGI untuk memberikan kesan Janet yang kerasukan. Make up yang natural dan pas. Janet memberikan garansi dalam film ini seperti apa rasanya takut, seperti apa rasanya terancam, dan seperti apa rasanya menjadi Janet dalam film.
Conjuring 2 juga agak romance. Chemistry Ed (Patrick Wilson) and Lorraine Warren (Vera Farmiga) sangat kuat. Bahkan keduanya harus mengucapkan kata-kata puitis di tengah konflik yang memuncak. “Satu orang bisa mengubah segalanya,” “Aku mencintamu,” “Apa yang kamu lakukan ketika menemukan orang yang bisa percaya dengan apa yang kamu percaya?” “menikahinya”. Kalau melihat mereka berdua, tatapan matanya, gesturenya, dan timbal balik karakter membuat penonton sejenak lupa kalo sedang menonton film horor.
Film jenis "The Conjuring 2" akan punya kesan kuat. Dengan rasa kagum teknik film dan cerita yang oke. Termasuk dengan impact seram, merinding, takut, kaget, dan sedikit mencekam. Kumpulan momen suprise banyak hadir dan kejutan seram terselip di beberapa scene film. Tentu saja, cerita hantu tidak memiliki dampak yang sama kedua kalinya dari orang yang sama. Bahkan dari film yang paling menakutkan.
Nah, baru kita bahas reaksinya ya... Gimana ya kalo rumah itu ada di Indonesia
Tentu saja, punya rumah di kompleks yang sebenarnya punya, “Hook” membuat Keluarga ibu single-parent Peggy Hodgson sedikit terpinggirkan. Agak anehnya, kehidupan bertetangga mereka itu individualis banget. Tetangga yang paling dekat pun Cuma tetangga depan rumah yang bernama Vic. Peggy—janda miskin—yang punya tetangga satu dan ditinggalkan suaminya kawin lagi itu berada dalam titik terendahnya setelah Janet kedapatan merokok ditambah dengan kerasukan arwah yang merepotkan. Arwah dalam tubuhnya yang bernama Bill itu mau merebut kembali rumah dan nggak mau pergi sambil menebarkan teror.
Bill ini suka duduk di sofa tua yang udah robek-robek gitu dan hobi nyolong remot tv. Katanya sih itu sofa favorit sebelum dia menghembuskan napas terakhirnya. Agaknya, Peggy harusnya pintar ya untuk memfoto sofa itu, lalu menjualnya di toko Online. Tentu saja dengan menyembunyikan fakta sofa bekas mayat ya agar bisa terjual dan pindah ke tangan pembeli. Kalo perlu nggak Cuma itu, mobil pemadam kebakaran yang bisa jalan sendiri, tali yang biasa diiketkan ke Janet, selimut yang dibikin tenda, dan lampu “manusia bengkok” bisa dijual  ke toko Online. Mungkin masalah keuangan Peggy sedikit teratasi.
Tapi, Peggy harus khawatir dengan sekering yang tiba-tiba mati. Bisa jadi karena lupa top up token listrik. Jangan mencurigai setiap mati lampu adalah ulah hantu ya. Peggy ini harusnya bukan takut ya tapi marah dikerjain hantu. Kenapa hal itu terjadi, jelas aja masa kursi bisa pindah sendiri. Peggy capek dong kalo harus beresin rumah dua kali. Bahkan Polisi yang datang setelah laporan tetanganya itu mendengar suara gemuruh di dalam tembok sekaligus menyaksikan sendiri adegan kursi geser. Kenapa tidak kulkas atau lemari baju? Mungkin agak berat bagi hantunya. Polisi langsung kabur karena takut. Tapi, kalau hal itu terjadi di Indonesia sama sekali kita tidak akan memanggil Polisi. Paling hansip dan pak RT yang hadir duluan. Bukan minta tagihan uang kebersihan, tapi barangkali menawarkan bubuk Abate. Kita akan memanggil dukun atau orang pintar. Kalo punya kenalan pemuka Agama, kita panggil ustad atau Kiyai.
Tapi, kejadian Janet dirasuki arwah dan mengalami berbagai pengalaman Astral itu harusnya sampai kedengaran ke tetangga sebelah rumah. Piring pecah, gedor pintu keras, kaca pecah, kursi kebanting jelas berisik sekali. Ini potret keluar Peggy dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Bukan saja berita Janet bisa melayang yang diketahui setelah baca koran dan nonton tv. Mungkin, rumah Peggy Hodgson akan dijadikan lokasi uji nyali. Beruntung, jika ormas islam dan majelis taklim hadir dalam acara pagi setelah subuh untuk memberikan ceramah sekaligus menggelar tahlilan pengusiran hantu.
Bayangkan, setelah pemberitaan heboh di televisi seorang anak kecil yang punya suara kakek-kakek terkenal barangkali oleh Peggy didaftarkan ajang pencarian bakat. Minimal, rumahnya dikerubungi warga yang menaruh karangan bunga sambil selfie ria. Padahal ya, tetangga rumah Peggy itu terbilang elit lho. Rumah lebih besar. Boro-boro masih bantuan, kepo aja nggak. Cuma Vic yang peduli dengan nasib Peggy dan anak-anaknya. Masih mau memberikan nginep gratis di rumahnya tentu saja dengan bonus teror hantu dan bikin perabotan rumah hancur. Nyesel kan lho.
Kesenjangan sosial itu terasa sekali ya di kawasan kompleks rumah Peggy. Penasaran, setelah pemberitaan rumah berhantu itu kira-kira pintu rumah Peggy bakal diketuk pedagang panci keliling, debt kolektor, atau peminta sumbangan mesjid nggak ya? Atau dapat serangan fajar berupa minyak dua liter dan Sembako beras dengan selipan kaus partai. Ah rasanya nggak mungkin.
Agak baiknya, mungkin harusnya Peggy mendekatkan diri pada tuhan. Kenapa persoalan hidupnya begitu pelik dan menyulitkan. Ditinggal suami kawin lagi. Anak-anak banyak dan tidak ikut program KB. Jauh dan dikucilkan dari masyarakat. Peggy bukan saja gagal menjadi seorang ibu, tapi gagal jadi anggota masyarakat. Di bulan puasa yang penuh berkah, selain karena himpitan ekonomi mungkin Peggy bisa mencoba metode puasa untuk menghemat banyak anggaran biskuit yang gue yakin sih kalo bukan Regal itu pasti merek Roma.
Mana biskuitnyaaaaaa!!! - Malak


Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • ►  2017 (2)
    • ►  Maret (2)
  • ▼  2016 (8)
    • ▼  Desember (1)
      • #TravelioMore Lari dari Kenyataan
    • ►  Juli (1)
      • Pengalaman Sabtu Bersama Bapak
    • ►  Juni (1)
      • After Watching Conjuring 2
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2015 (17)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (45)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (16)
  • ►  2013 (16)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (59)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (9)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (116)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (16)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (14)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2010 (39)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (12)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates