Untuk Terakhir Kalinya

by - 02.19

Malam ini terasa perlahan gerimis turun membasahi bumi. Tetesan hujan itu kemudian menerpa hatiku. Dingin. Sesaat, pikiranku tersesat pada labirin tak menentu. Meresapi kegelisahan yang selalu datang menyapa. Lalu kunikmati kerinduan itu menjadi bayangan yang tampak nyata di dalam mimpi. Sungguh, saat terbangun memimpikanmu. Aku tak berdaya, kau begitu dekat seperti sangat menginginkanku. Lagi-lagi aku harus kecewa, Cuma sekadar mimpi. Apakah cinta adalah ilusi. Seperti bentuk imajinasi. Menghabiskan malam menantikan detik-detik berguguran hingga waktu cepat berlalu. Sehingga tak perlu ada tangis memecah kesunyian. Aku akan selalu memelukmu di kala rindu. Tak perlu ada orang lain. Menantikanmu datang merapat dan menatapmu lekat. Bulan seperti berkisah tentang cinta yang terbingkai indah saat temaram. Menyalakan kehangatan di antara api lilin yang bergoyang. Cinta adalah perasaan hati. Tak sekadar bertemu dalam wujud nyata. Cinta bahkan tumbuh di dalam hati, di dalam pikiranku. Mencintaimu tak sekadar bertemu raga. Tapi hatimu membuatku percaya bahwa kau akan selalu hadir di saat mataku terpejam, selalu. Hatiku terpaut olehmu. Aku hanya ingin mencintaimu seorang, untuk terakhir kalinya.

You May Also Like

0 komentar