Mestinya, Aku tak melihat

by - 22.39

Sedih ketika esok mentari akan terbit di tempat yang sama sementara tak kulihat lagi terangnya. Seperti hatiku yang terkurung oleh keraguanku sendiri. Menatapmu, dalam bayang- bayang tertutup kabut terlihat matamu sendu. Ini adalah perjumpaan yang kuhindari. Setelah sekian lama, aku berkaca dan seolah berbicara sendiri. Kau adalah jejak yang telah kuhapus, namun jejakmu masih membekas. Aku tak bisa mengelak pada garis langkah yang telah mempertemukan kita. Kau masih sama, seperti dahulu tampak bersinar dan memesona. Aku, seperti dahulu tak bisa menyembunyikan kekaguman dan ketertarikan padamu. Kini, semua seolah menjadi beban, pertemuan yang tak kuharapkan selama ini justru terjadi. Di saat, aku masih menata kembali sandaran kakiku yang patah untuk berdiri. Kau, mencoba untuk memancing kembali luka yang telah tertutup rapat. Terkenang dan terbuka perlahan, seperti lembaran poto dalam album. Kemudian bias bening di pelupuk mataku mulai terbit ketika kulihat sebuah lingkaran mengikat jari manismu. Cincin dengan mata yang berkilau. Mestinya, aku tak melihatnya. 

You May Also Like

0 komentar