Diberdayakan oleh Blogger.

Professional Time Waster


Aku terjatuh dan tak bisa bangun lagi. Ketika air mata mulai mengering di dasar hatiku. Tak ada yang tersisa kecuali dahaga dan rindu yang tak menentu. Tak ada arah jalan pulang. Tersesat dalam ruang hampa tak bersudut. Jika nanti, ada kesempatan membawaku kembali pada cinta yang sama. aku ingin kembali pada keyakinanku. Karena cinta telah menghabiskan percayaku tentang kesetiaan. Tentang waktu yang membuatku bertahan. Suatu ketika terkenang kembali aroma tubuhmu yang tercium samar-samar tak bisa kucegah dan berlari menutup mata, hatiku masih mengejarmu. Ada bayangmu yang tertinggal membekas jejak kebisuan hatiku yang bungkam karena kesepian. Menatap langit-langit kosong serta merta cahaya lampu begitu menyilaukan. Malam itu, aku memelukmu dalam dingin. mengunci rapat pintu, agar kau tak pergi. Tapi kau tetap pergi, meninggalkanku.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku tahu, di sudut kecil hatimu masih kulihat pelita kecil yang menyala bergoyang. Aku tahu, diam-diam kutitipkan salam rindu yang kuhembuskan bersama angin setiap hela nafasku. Menyebut bilangan angka yang tak terhitung sejak pertemuan denganmu. Seketika perpisahan menjadi jawaban setiap keraguanku. Mataku menghangat dan bulir bening melelehi pipi. Dari bibir kering yang kemudian basah saat kukecup mengalirkan hangatnya debur dada dan jantung yang menyatu dengan perasaan cinta yang meletup. Letupan itu kini tak terasa lagi sejak lava hangat menyembur dari mataku. Setiap malam kulirik bintang yang enggan menatap lampu. Kamarku sekejap menjadi gulita dan hatiku mulai meremang. Merindukanmu, sendiri. Apakah aku bisa menawar luka dengan cinta yang mulai hilang sementara rindu telah menjebakku pada perasaan bersalah. Menyalahkan waktu dan pertemuan yang tak pernah abadi. 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Tak kutunggu senja kembali, secercah harapan kosong mulai sirna. Lampu kota mulai temaram dan petang kini semakin muram. Jika aku menjadi orang lain untuk belajar mencari cara bagaimana menjadi diri sendiri. Seringkali aku tersesat di antara pertanyaan yang tak kutemui jawabnya. Setelah sekian lama meniti lembar bersama, aku masih ingat untuk pertama kalinya jantungku berdetak lebih cepat. Saat aku berniat untuk memanggilmu, dari seberang gagang telpon. Bertanya padamu, tentang kabar, tentang kamu. Kini, aku harus bertanya pada siapa. Ketika rindu tak bertemu alamatnya. Ketika dahaga tak bertemu telaga. Sendiri, mencari celah di sudut-sudut kota. Untuk sekadar membunuh waktu dan melewatkan masa. Membuang segala keresahan di antara bibir cangkir yang mulai dingin. aku ingin sekali, menghilang.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar

Tak terhitung berapa kali terbersit bayang wajahmu melintas di benakku, tak terukur jauh jarak untuk menggapaimu lagi. Aku kehilanganmu, itu cukup membuatku sedih menumpahkan air mata. Bukan saja semalam, waktu-waktu berganti dalam sekejap mata dan aku tidak bisa lari dari kesedihan. Selalu saja, kenangan seperti memutar waktu dan menampilkan seluruh adegan bersamamu. Saat itu, aku hanya bisa tersenyum. Kemudian waktu kembali merampas menjadi kepedihan hati yang tak terelakkan. Kau pergi, tak mampu membuat mataku melihat. Tidur tak mampu lagi kumendekap bayang dalam pelukmu selain mimpi buruk yang menghantuiku. Adakah cinta membawamu kembali, seketika jantungku berhenti saat nafasku mulai tertahan. Seperti isak tangis yang tertawan saat aku mulai merindukanmu. Dari balik tirai keresahan yang selalu menyelimuti, aku selalu bertanya. Adakah kau kan kembali dengan senyuman.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar

Semalam, aku jatuh terkulai bersimbah air mata. Memimpikanmu bersama orang lain dan aku tak bisa berbuat apa-apa selain merasakan mimpi seperti nyata. Waktu berjalan lambat dan aku tak bisa mempercepatnya seperti tiupan angin. Sementara, tetes embun dimataku basah mengalir cepat tak terhadang. Aku tak bisa membedakannya lagi. Bagiku mimpi dan nyata sama terasa menyakitkan. Kau pun pergi, bukan saja dalam hidupku. Kau juga pergi bahkan dari mimpiku, menghapus segala kenangan yang tersisa. Aku tak tahu lagi cara mengumpulkan waktu bersamamu, aku tak tahu lagi cara menghabiskan kenangan bersamamu. Ketika kau pun pergi dari sisa waktu hidupku, aku tak menemukanmu lagi bahkan dalam tidurku. Aku ingin kamu. Kembali mengisi sudut ruang hatiku yang kosong, dan menguncinya. 
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

Menunggu pagi. Akankah hujan masih terasa sama, miris diantara gerimis. Aku tak bisa mengabaikan keresahanku karena terbangun memimpikanmu. Sesaat, masa dapat terhapus. Akan tetapi kenangan begitu kuat tergambar di setiap malamku. Kemana harus kupergi jauh melangkahkan kaki, sedang jejak bayangmu masih tercetak jelas di sepanjang jalan. Menantikan pagi, yang habis perlahan bersama sisa keresahan. Aku hanya bisa bercumbu dengan bibir cangkir segelas kopi. Membayangkanmu, menikmati kehangatan yang tak bisa terulang. Seteguk, lalu habis. Tak ada malam-malam bersamamu merindukan pagi yang datang terlambat sebelum kau terlelap. Aku ingin bukan sekadar kenangan, aku ingin bersamamu menunggu pagi, terulang. 
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • ►  2017 (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2015 (17)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (45)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (16)
  • ►  2013 (16)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2012 (59)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (9)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ▼  Juni (6)
      • Kau Tetap Pergi
      • Menyalahkan Waktu
      • Menghilang
      • Adakah Kau Kembali
      • Semalam, Aku Jatuh Terkulai
      • Menunggu Pagi
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (116)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (16)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (14)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2010 (39)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (12)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates