Menyalahkan Waktu
Aku tahu, di sudut kecil hatimu masih
kulihat pelita kecil yang menyala bergoyang. Aku tahu, diam-diam kutitipkan
salam rindu yang kuhembuskan bersama angin setiap hela nafasku. Menyebut bilangan
angka yang tak terhitung sejak pertemuan denganmu. Seketika perpisahan menjadi
jawaban setiap keraguanku. Mataku menghangat dan bulir bening melelehi pipi. Dari
bibir kering yang kemudian basah saat kukecup mengalirkan hangatnya debur dada
dan jantung yang menyatu dengan perasaan cinta yang meletup. Letupan itu kini
tak terasa lagi sejak lava hangat menyembur dari mataku. Setiap malam kulirik
bintang yang enggan menatap lampu. Kamarku sekejap menjadi gulita dan hatiku
mulai meremang. Merindukanmu, sendiri. Apakah aku bisa menawar luka dengan
cinta yang mulai hilang sementara rindu telah menjebakku pada perasaan
bersalah. Menyalahkan waktu dan pertemuan yang tak pernah abadi.
0 komentar