Diberdayakan oleh Blogger.

Professional Time Waster



Single itu film jomblo in another word. Awalnya gue kebayang film Adam Sandler “50 First Dates”, bagaimana tidak, Raditya Dika, Bali, dan cewek cantik. Film komedi romantis ini dalam bayangan gue akan mengarah ke sana. Rupanya, tidak.
Film Single arahan Raditya Dika sebagai sutradara sekaligus penulis cerita. Tapi, dia tidak seorang diri pada bagian penulisan cerita karena masih ada nama Sunil Soraya dan Donny Dhirgantoro (5 cm). Melihat hal tersebut kuat dugaan campur tangan kolaborasi ini yang menyebabkan gue merasa ada yang kurang Raditya Dika dari sisi cerita. Meski diakui sendiri oleh Raditya Dika bahwa film Single merupakan garapan skenario terlama delapan bulan.
5 menit opening dengan pace lambat  dan kurang engage di dalam mobil mengawali film. Karakter masih dengan formula; cupu, sotoy, dan aneh. Raditya yang cupu, Pandji yang sotoy, dan Babe yang aneh percaya mistis. Karakter pendukung yang kali ini tampil maksimal justru Chandra Liow. Annisa Rawles malah terlihat kaku dan canggung, masih kurang blending.
Beberapa adegan terlihat repetitif; Raditya tidur memandang langit dan jam berputar, Annisa yang tampil cantik dan mata Raditya memandang diiringi soundtrack lagu. Ketika lagu itu diputar untuk kelima kalinya gue merasa film ini nyaris seperti FTV siang. Tapi, pemilihan Geisha sebagai pengisi soundtrack dinilai tepat untuk membuat penonton semakin hanyut dalam suasana.
Missing dot yang gue temukan adalah adegan acara charity di medical center dan Ebi diundang untuk tampil Open mic itu nggak ada. Kemudian terletak pada resep nasi goreng kambing. Bu Marjan yang mengidap Alzhaimer itu suka nasi goreng kambing. Bagian ini biar penonton sendiri ikut menilai.
Adegan yang kurang greget; Mobil kebut-kebutan yang berakhir jumping dan mobil Radit meledak. Sudah pasti tidak ada kotor-kotoran maupun darah, membuat adegan tidak real. Radit nggak total melawan rasa takutnya untuk skydiving, padahal eskalasi sudah naik karena berani menyuguhkan aksi ekstrem. Begitu Babe muntah dan Radit nggak jadi lompat terasa tempo jadi menurun. Pertarungan sengit Joe dan Ebi menjadi kurang greget. Adegan naro obat pencahar ke dalam minuman sudah pasti sinetron banget dan tetap dipakai, jelas ini berguna untuk membuat muka Radit yang meme-able itu hadir di layar kaca—seperti di film sebelumnya yang selalu berhasil membuat ketawa. 

Secara kualitas gambar dan scoring sudah rapi dan cantik. Pemandangan Bali menjadi daya tarik utama. Resolusi masing-masing karakter dinilai bagus. Minusnya, karakter Ebi kurang tertekan (diloncati adik nikah duluan, ditanya kapan ngasih cucu, stand up nggak lucu, kalah saing materi sama Joe) muka Radit kurang dieksploitasi di bawah tekanan ini.
Film “Single” memang dipilih karena relate dengan kehidupan pribadi Radit yang masih single, dan mungkin banyak penonton lainnya. Daya tarik film Single jelas karena dibintangi pemain yang cantik-cantik; Pevita Pierce, Elvira Devinamira (Puteri Indonesia), Annisa Rawles.
Buat kamu yang mengisi liburan akhir tahun mencari film komedi romantis, Film “Single” bisa jadi pilihan.



Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar


Cinta itu zat adiktif psikotropika. Meski bukan zat terlarang tapi kalo muncul bukan pada tempatnya juga jadi terlarang. Beda agama, misalnya. Pembahasan cinta memang nggak ada habisnya, karena alamiah dalam diri manusia. Bukan sesuatu yang dibuat dalam bentuk masal, seperti produk yang dihasilkan pabrik. Cinta berdiri sendiri.
Kalo ada cinta produk kemasan, sudah pasti sold out di pasaran.
Bagaimana kita menjelaskan cinta secara ilmiah?
Nah, kali ini ahli kimia bernama Sahrul Sani akan menjelaskan cinta dalam; Between Us.
Pertama tentu saja desire/gairah. Pemicunya terdiri dari hormon seks, testosteron dan estrogen. Lantas apa yang memancing gairah tersebut? Gairah dipicu oleh penampilan, gerak tubuh, dan preferensi. Preferensi adalah tipe ideal menurutmu. Tipe ideal gambaran sosok yang diinginkan.
Flirting menduduki 45% kemungkinan timbulnya gairah. Maka, seni berkomunikasi merupakan alat penting. Meskipun Limbad sangat tidak memerlukannya. Kemudian berat badan, penampilan, harta, preferensi seksual, dan kepintaran punya porsi hingga 55%. Tapi sejauh ini belum sampai tahap jatuh hati, baru terpancing.
Kedua adalah proses bagaimana hati bisa jatuh cinta. Seluruh perhatian dan fokus bisa tersedot memikirkannya. Mau makan, mau tidur, mau pipis teringat padanya. Setelah tertarik jadi terikat. Tiga komponen ini mulai mengambil alih, yaitu Adrenalin, Dopamin dan Serotonin. Kemudian seperti jatuh cinta pada umumnya berefek seperti kupu-kupu di perut, ulat gendon di pundak, keringat dingin dan mulut cenderung kering disertai bibir pecah-pecah. Kayak gejala sariawan ya.
Pada fase ini dia akan jadi sosok sempurna. Aktivitas logika dan nalar dikesampingkan. Cinta perlahan-lahan menjadi buta. Semua tentang dia akan jadi baik, sejahat apa pun.
Tapi, yang paling sulit dalam setiap jatuh cinta adalah menemukan Chemistry. Hal itu sulit dijelaskan karena bukan saja kecocokan, melainkan peleburan seperti larutan. Tahu, kan PDKT hanya menampilkan gambaran yang baik-baik dari sosoknya. Begitu pacaran, aib, bad habit, kelainan dari dia mulai terlihat. Akhirnya, di tengah jalan seseorang merasa hanya mengejar cinta, ketika mendapatkannya cinta tak lagi sama. Jadi, bagaimana cinta bereaksi kimia dalam diri kita?
***
Kata orang, sih hidup itu urusan duniawi, tapi bagi Fahrul-seorang chemist yang sok hegienis-juga harus kimiawi. Kalo lapar, makanan mesti bebas mikroba dan teruji. Waktu haus, dia cuma mau minum dari H2O murni. Bahkan, nih...bernapas pun harus udara steril tanpa kontaminasi kentut bau terasi. Boleh jadi Fahrul ahli banget urusan kimia, tapi nggak dengan cewek. Mahluk yang satu itu dianggapnya ribet, eksplosif, dan sangat korosif terhadap uang. Namun setelah menerapkan ilmu yang dimiliki, usahanya dalam mengerti cewek mulai membentuk ikatan yang lebih kuat dari kovalen; daya tarik-menarik antara keduanya menyebabkan suatu senyawa. Kini, tinggal satu pertanyaan yang belum terjawab, Between Us; Is It Chemistry or Love?


Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

Kalo lo terjebak pada situasi yang buruk dan nggak bisa kabur, bakal ngapain? Film No Escape sungguh menegangkan. Fokus perhatian penonton langsung dibawa ke rentetan peristiwa yang mengejutkan. Ceritanya tentang perlawanan kelompok separatis yang ingin mengkudeta sebuah kota di wilayah bagian negara.
Jack Dwyer yang diperankan oleh (Owen Wilson) bersama Annie (Lake Bell) istrinya membawa serta Lucy (Sterling Jerins) dan Beeze (Claire Geare) dua putri mereka menuju sebuah negara di Asia Tenggara. Dari awal kita tidak tahu lokasi di mana, yang kita tahu hanya Asia. Tapi di akhir cerita baru dikasih tahu.
Film dibuka dengan terbunuhnya salah satu walikota yang menyerang langsung ke rumah kediaman sesaat setelah meeting bersama orang penting.
Lalu film bergerak mundur dari 16 jam yang lalu.
Isu yang diangkat sangat krusial. Menggulingkan kekuasaan pemimpin setempat dengan menyerang segala kantor-kantor dinas dan pertahanan. Sialnya, Jack dalam rangka kepindahannya dimutasi ke negara itu. Pihak asing, Amerika dituding membantu Sang Walikota untuk melanggengkan kekuasaanya. Sehingga Jack termasuk dalam incaran mereka.
Film action thriller tidak sungkan-sungkan menyuguhkan pemandangan mengerikan. Darah, tembakan dan ledakan dimana-mana. Jack—Seorang engineering asal USA yang ingin membangun karir di negara itu malah terjebak pada konflik internal negara setempat.
Dari awal sesuatu yang buruk perlahan-lahan diselip dalam setiap adegan. Sesampainya di bandara pria misterius bernama Hammond (Pierce Brosnan) kebetulan menuju hotel yang sama mengantarnya. Tapi, hal buruk terus terjadi manakala televisi, lampu, dan telepon di kamar hotel tidak berfungsi sebagai pertanda. 
Keesokan hari Jack jalan-jalan pagi ke sebuah districk yang terdapat banyak toko-toko. Tapi, pagi itu juga meletuslah perang di districk itu. Jack terjebak tepat di antara keduanya; kelompok masa  dan aparat kepolisian lengkap dengan alat anti huru-hara.
bukan tawuran STM ya
Bentrokan pun terjadi. Aksi masa yang brutal dan pihak keamanan yang diserang mampu dipukul mundur. Jack yang terhimpit pun menghindari bentrokan tapi berujung tersesat karena peta yang dibawa terjatuh. Jack semakin kehilangan arah ketika aksi masa kocar-kacir dan menyebar luas. Jack sampai lari ke rumah-rumah warga dan mencari tempat yang aman.
Tapi adakah tempat yang aman untuknya? Sekembalinya ke hotel Jack menyaksikan salah satu panelis yang mengisi seminar bersamanya ditembak tepat di kepala oleh pimpinan kelompok masa. Jack pun jadi sasaran berikutnya.
Ketegangan dimulai dan semakin meningkat. Hotel dikepung, masa berhasil masuk dan membabu buta. Mereka menyerang semua yang dianggap pro pemerintah. Dari serangan darat lewat pasukan pemberontak, lewat udara serangan helikopter, sampai serangan lapis baja tank yang menghancurkan gedung-gedung pemerintahan.
Jack kabur dan menyamar menuju kedutaan Amerika. Sayang kantor untuknya berlindung sudah diduduki oleh kelompak masa itu.
Eskalasi ketegangan terasa dan semakin meningkat setiap menitnya. Tak ada jeda yang lama aksi pemberontak yang menyerang secara sporadis itu. Jack harus mencari jalan keluar.
Anehnya, dalam film ini tidak diperlihatkan aksi antisipasi dari pemerintah untuk menghentikan penyerangan semakin meluas. Bahkan, pemerintah tidak mengerahkan pasukan khusus atau tentara komando untuk memberangus kelompok pemberontak. Kota seakan dengan mudah dikuasai oleh mereka. Tapi, terlepas dari itu gue sebagai penonton cukup menikmati dan gregetan mengarahkan Jack untuk kabur dengan selamat.
Film ini memperlihatkan sosok ayah yang berjuang mati-matian demi keluargnya. Aksi kepindahanya di negara ini yang awalnya sempat menuai protes istrinya yang keberatan, sampai aksi serangan itu terjadi Jack tetap tegar sebagai sosok ayah. Meski sempat kehilangan fokus di tengah-tengah karena nyaris putus asa, Jack berhasil meyakinkan istri dan anak-anaknya kalo mereka akan selamat.
Kalo nonton film ini di bioskop jangan sampai kebelet pipis karena sayang banget melewatkan setiap menitnya. Jalinan ceritanya begitu kronologis dalam tempo yang cepat. Penonton tidak diberi sedikit pun waktu menarik napas lega untuk melihat kenyataan akhir Owen Wilson dalam cerita ini. Scoring audio pun mendukung suasana semakin terasa menegangkan.
Menurut gue ini adalah bagian yang paling menegangkan.
meleng dikit, mati!
Mau tahu setegang apa? Nonton aja filmnya. Pastikan lo nggak alergi darah dan pembunuhan sadis ya. 
Tapi, coba perhatikan deh  hidung Owen Wilson kenapa ya?
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • ►  2017 (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2015 (17)
    • ▼  Desember (4)
      • First Impression Single Movie
      • Cinta Larutan Kimia
      • No Escape; tinggal cari pintu Exit
      • Dino yang Baik; Arlo Trying to Earn His Mark
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (45)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (16)
  • ►  2013 (16)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (59)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (9)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (116)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (16)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (14)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2010 (39)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (12)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates