Cinta Larutan Kimia
Cinta itu zat adiktif psikotropika. Meski bukan zat
terlarang tapi kalo muncul bukan pada tempatnya juga jadi terlarang. Beda
agama, misalnya. Pembahasan cinta memang nggak ada habisnya, karena alamiah
dalam diri manusia. Bukan sesuatu yang dibuat dalam bentuk masal, seperti
produk yang dihasilkan pabrik. Cinta berdiri sendiri.
Kalo ada cinta produk kemasan, sudah pasti sold out di pasaran.
Bagaimana kita menjelaskan cinta secara ilmiah?
Nah, kali ini ahli kimia bernama Sahrul Sani akan
menjelaskan cinta dalam; Between Us.
Pertama tentu saja desire/gairah. Pemicunya terdiri dari
hormon seks, testosteron dan estrogen. Lantas apa yang memancing gairah
tersebut? Gairah dipicu oleh penampilan, gerak tubuh, dan preferensi. Preferensi
adalah tipe ideal menurutmu. Tipe ideal gambaran sosok yang diinginkan.
Flirting menduduki 45% kemungkinan timbulnya gairah. Maka,
seni berkomunikasi merupakan alat penting. Meskipun Limbad sangat tidak
memerlukannya. Kemudian berat badan, penampilan, harta, preferensi seksual, dan
kepintaran punya porsi hingga 55%. Tapi sejauh ini belum sampai tahap jatuh
hati, baru terpancing.
Kedua adalah proses bagaimana hati bisa jatuh cinta. Seluruh
perhatian dan fokus bisa tersedot memikirkannya. Mau makan, mau tidur, mau
pipis teringat padanya. Setelah tertarik jadi terikat. Tiga komponen ini mulai
mengambil alih, yaitu Adrenalin, Dopamin dan Serotonin. Kemudian seperti jatuh
cinta pada umumnya berefek seperti kupu-kupu di perut, ulat gendon di pundak,
keringat dingin dan mulut cenderung kering disertai bibir pecah-pecah. Kayak
gejala sariawan ya.
Pada fase ini dia akan jadi sosok sempurna. Aktivitas logika
dan nalar dikesampingkan. Cinta perlahan-lahan menjadi buta. Semua tentang dia
akan jadi baik, sejahat apa pun.
Tapi, yang paling sulit dalam setiap jatuh cinta adalah
menemukan Chemistry. Hal itu sulit
dijelaskan karena bukan saja kecocokan, melainkan peleburan seperti larutan.
Tahu, kan PDKT hanya menampilkan gambaran yang baik-baik dari sosoknya. Begitu
pacaran, aib, bad habit, kelainan
dari dia mulai terlihat. Akhirnya, di tengah jalan seseorang merasa hanya
mengejar cinta, ketika mendapatkannya cinta tak lagi sama. Jadi, bagaimana
cinta bereaksi kimia dalam diri kita?
***
***
Kata orang, sih hidup itu urusan duniawi, tapi bagi
Fahrul-seorang chemist yang sok hegienis-juga harus kimiawi. Kalo lapar,
makanan mesti bebas mikroba dan teruji. Waktu haus, dia cuma mau minum dari H2O
murni. Bahkan, nih...bernapas pun harus udara steril tanpa kontaminasi kentut
bau terasi. Boleh jadi Fahrul ahli banget urusan kimia, tapi nggak dengan
cewek. Mahluk yang satu itu dianggapnya ribet, eksplosif, dan sangat korosif
terhadap uang. Namun setelah menerapkan ilmu yang dimiliki, usahanya dalam
mengerti cewek mulai membentuk ikatan yang lebih kuat dari kovalen; daya
tarik-menarik antara keduanya menyebabkan suatu senyawa. Kini, tinggal satu
pertanyaan yang belum terjawab, Between Us; Is It Chemistry or Love?
2 komentar
Gue udah beli bukunya dari kapan tau. Tapi belum dibaca juga. Hahaha
BalasHapusGue selalu tertarik dengan penggabungan antara dua tema yang berbeda tapi saling berkaitan. Salah satu contohnya adalah buku Between Us. Buku ini mengaitkan antara cinta dan kimia. Menurut gue ini unik dan keran aja. Sama halnya kayak bukunya Satria Ramadhan, Love Rebound yang menggabungkan tema basket dan pecintaan.
Layaknya bakal jadi seru kalo cinta bisa berkaitan dengan kimia. Hehe
ayo baca... review ditunggu ya
BalasHapus