No Escape; tinggal cari pintu Exit
Kalo lo terjebak pada situasi yang buruk dan nggak bisa kabur, bakal
ngapain? Film No Escape sungguh menegangkan. Fokus perhatian penonton langsung dibawa
ke rentetan peristiwa yang mengejutkan. Ceritanya tentang perlawanan kelompok
separatis yang ingin mengkudeta sebuah kota di wilayah bagian negara.
Jack Dwyer yang diperankan oleh (Owen Wilson) bersama Annie (Lake Bell) istrinya
membawa serta Lucy (Sterling Jerins) dan Beeze (Claire Geare) dua
putri mereka menuju sebuah negara di Asia Tenggara. Dari awal kita tidak tahu
lokasi di mana, yang kita tahu hanya Asia. Tapi di akhir cerita baru dikasih
tahu.
Film dibuka dengan terbunuhnya salah satu walikota yang menyerang langsung
ke rumah kediaman sesaat setelah meeting bersama orang penting.
Lalu film bergerak mundur dari 16 jam yang lalu.
Isu yang diangkat sangat krusial. Menggulingkan kekuasaan pemimpin setempat
dengan menyerang segala kantor-kantor dinas dan pertahanan. Sialnya, Jack dalam
rangka kepindahannya dimutasi ke negara itu. Pihak asing, Amerika dituding
membantu Sang Walikota untuk melanggengkan kekuasaanya. Sehingga Jack termasuk
dalam incaran mereka.
Film action thriller tidak sungkan-sungkan menyuguhkan pemandangan
mengerikan. Darah, tembakan dan ledakan dimana-mana. Jack—Seorang
engineering asal USA yang ingin membangun karir di negara itu malah terjebak
pada konflik internal negara setempat.
Dari awal sesuatu yang buruk perlahan-lahan diselip dalam setiap adegan.
Sesampainya di bandara pria misterius bernama Hammond (Pierce Brosnan) kebetulan menuju hotel yang sama
mengantarnya. Tapi, hal buruk terus terjadi manakala televisi, lampu,
dan telepon di kamar hotel tidak berfungsi sebagai pertanda.
Keesokan hari Jack jalan-jalan pagi ke sebuah
districk yang terdapat banyak toko-toko. Tapi, pagi itu juga meletuslah perang di districk
itu. Jack terjebak tepat di antara keduanya; kelompok masa dan aparat kepolisian lengkap dengan alat anti
huru-hara.
bukan tawuran STM ya |
Bentrokan pun terjadi. Aksi masa yang brutal dan pihak keamanan yang
diserang mampu dipukul mundur. Jack yang terhimpit pun menghindari bentrokan
tapi berujung tersesat karena peta yang dibawa terjatuh. Jack semakin
kehilangan arah ketika aksi masa kocar-kacir dan menyebar luas. Jack sampai
lari ke rumah-rumah warga dan mencari tempat yang aman.
Tapi adakah tempat yang aman untuknya? Sekembalinya ke hotel Jack
menyaksikan salah satu panelis yang mengisi seminar bersamanya ditembak tepat
di kepala oleh pimpinan kelompok masa. Jack pun jadi sasaran berikutnya.
Ketegangan dimulai dan semakin meningkat. Hotel dikepung, masa berhasil
masuk dan membabu buta. Mereka menyerang semua yang dianggap pro pemerintah.
Dari serangan darat lewat pasukan pemberontak, lewat udara serangan helikopter,
sampai serangan lapis baja tank yang menghancurkan gedung-gedung pemerintahan.
Jack kabur dan menyamar menuju kedutaan Amerika. Sayang kantor untuknya
berlindung sudah diduduki oleh kelompak masa itu.
Eskalasi ketegangan terasa dan semakin meningkat setiap menitnya. Tak ada
jeda yang lama aksi pemberontak yang menyerang secara sporadis itu. Jack harus
mencari jalan keluar.
Anehnya, dalam film ini tidak diperlihatkan aksi antisipasi dari pemerintah
untuk menghentikan penyerangan semakin meluas. Bahkan, pemerintah tidak
mengerahkan pasukan khusus atau tentara komando untuk memberangus kelompok
pemberontak. Kota seakan dengan mudah dikuasai oleh mereka. Tapi, terlepas dari
itu gue sebagai penonton cukup menikmati dan gregetan mengarahkan Jack untuk
kabur dengan selamat.
Film ini memperlihatkan sosok ayah yang berjuang mati-matian
demi keluargnya. Aksi kepindahanya di negara ini yang awalnya sempat menuai
protes istrinya yang keberatan, sampai aksi serangan itu terjadi Jack tetap
tegar sebagai sosok ayah. Meski sempat kehilangan fokus di tengah-tengah karena
nyaris putus asa, Jack berhasil meyakinkan istri dan anak-anaknya kalo mereka
akan selamat.
Kalo
nonton film ini di bioskop jangan sampai kebelet pipis karena sayang banget
melewatkan setiap menitnya. Jalinan ceritanya begitu kronologis dalam tempo
yang cepat. Penonton tidak diberi sedikit pun waktu menarik napas lega untuk
melihat kenyataan akhir Owen Wilson dalam cerita ini. Scoring
audio pun mendukung suasana semakin terasa menegangkan.
Mau tahu setegang apa? Nonton aja filmnya. Pastikan lo nggak alergi
darah dan pembunuhan sadis ya.
Tapi, coba perhatikan deh hidung Owen Wilson kenapa ya?
0 komentar