No Escape; tinggal cari pintu Exit

by - 14.06


Kalo lo terjebak pada situasi yang buruk dan nggak bisa kabur, bakal ngapain? Film No Escape sungguh menegangkan. Fokus perhatian penonton langsung dibawa ke rentetan peristiwa yang mengejutkan. Ceritanya tentang perlawanan kelompok separatis yang ingin mengkudeta sebuah kota di wilayah bagian negara.
Jack Dwyer yang diperankan oleh (Owen Wilson) bersama Annie (Lake Bell) istrinya membawa serta Lucy (Sterling Jerins) dan Beeze (Claire Geare) dua putri mereka menuju sebuah negara di Asia Tenggara. Dari awal kita tidak tahu lokasi di mana, yang kita tahu hanya Asia. Tapi di akhir cerita baru dikasih tahu.
Film dibuka dengan terbunuhnya salah satu walikota yang menyerang langsung ke rumah kediaman sesaat setelah meeting bersama orang penting.
Lalu film bergerak mundur dari 16 jam yang lalu.
Isu yang diangkat sangat krusial. Menggulingkan kekuasaan pemimpin setempat dengan menyerang segala kantor-kantor dinas dan pertahanan. Sialnya, Jack dalam rangka kepindahannya dimutasi ke negara itu. Pihak asing, Amerika dituding membantu Sang Walikota untuk melanggengkan kekuasaanya. Sehingga Jack termasuk dalam incaran mereka.
Film action thriller tidak sungkan-sungkan menyuguhkan pemandangan mengerikan. Darah, tembakan dan ledakan dimana-mana. Jack—Seorang engineering asal USA yang ingin membangun karir di negara itu malah terjebak pada konflik internal negara setempat.
Dari awal sesuatu yang buruk perlahan-lahan diselip dalam setiap adegan. Sesampainya di bandara pria misterius bernama Hammond (Pierce Brosnan) kebetulan menuju hotel yang sama mengantarnya. Tapi, hal buruk terus terjadi manakala televisi, lampu, dan telepon di kamar hotel tidak berfungsi sebagai pertanda. 
Keesokan hari Jack jalan-jalan pagi ke sebuah districk yang terdapat banyak toko-toko. Tapi, pagi itu juga meletuslah perang di districk itu. Jack terjebak tepat di antara keduanya; kelompok masa  dan aparat kepolisian lengkap dengan alat anti huru-hara.
bukan tawuran STM ya
Bentrokan pun terjadi. Aksi masa yang brutal dan pihak keamanan yang diserang mampu dipukul mundur. Jack yang terhimpit pun menghindari bentrokan tapi berujung tersesat karena peta yang dibawa terjatuh. Jack semakin kehilangan arah ketika aksi masa kocar-kacir dan menyebar luas. Jack sampai lari ke rumah-rumah warga dan mencari tempat yang aman.
Tapi adakah tempat yang aman untuknya? Sekembalinya ke hotel Jack menyaksikan salah satu panelis yang mengisi seminar bersamanya ditembak tepat di kepala oleh pimpinan kelompok masa. Jack pun jadi sasaran berikutnya.
Ketegangan dimulai dan semakin meningkat. Hotel dikepung, masa berhasil masuk dan membabu buta. Mereka menyerang semua yang dianggap pro pemerintah. Dari serangan darat lewat pasukan pemberontak, lewat udara serangan helikopter, sampai serangan lapis baja tank yang menghancurkan gedung-gedung pemerintahan.
Jack kabur dan menyamar menuju kedutaan Amerika. Sayang kantor untuknya berlindung sudah diduduki oleh kelompak masa itu.
Eskalasi ketegangan terasa dan semakin meningkat setiap menitnya. Tak ada jeda yang lama aksi pemberontak yang menyerang secara sporadis itu. Jack harus mencari jalan keluar.
Anehnya, dalam film ini tidak diperlihatkan aksi antisipasi dari pemerintah untuk menghentikan penyerangan semakin meluas. Bahkan, pemerintah tidak mengerahkan pasukan khusus atau tentara komando untuk memberangus kelompok pemberontak. Kota seakan dengan mudah dikuasai oleh mereka. Tapi, terlepas dari itu gue sebagai penonton cukup menikmati dan gregetan mengarahkan Jack untuk kabur dengan selamat.
Film ini memperlihatkan sosok ayah yang berjuang mati-matian demi keluargnya. Aksi kepindahanya di negara ini yang awalnya sempat menuai protes istrinya yang keberatan, sampai aksi serangan itu terjadi Jack tetap tegar sebagai sosok ayah. Meski sempat kehilangan fokus di tengah-tengah karena nyaris putus asa, Jack berhasil meyakinkan istri dan anak-anaknya kalo mereka akan selamat.
Kalo nonton film ini di bioskop jangan sampai kebelet pipis karena sayang banget melewatkan setiap menitnya. Jalinan ceritanya begitu kronologis dalam tempo yang cepat. Penonton tidak diberi sedikit pun waktu menarik napas lega untuk melihat kenyataan akhir Owen Wilson dalam cerita ini. Scoring audio pun mendukung suasana semakin terasa menegangkan.
Menurut gue ini adalah bagian yang paling menegangkan.
meleng dikit, mati!
Mau tahu setegang apa? Nonton aja filmnya. Pastikan lo nggak alergi darah dan pembunuhan sadis ya. 
Tapi, coba perhatikan deh  hidung Owen Wilson kenapa ya?

You May Also Like

0 komentar