your destiny

by - 22.31


Suatu saat kau akan menyadari hal yang sangat penting dan terlambat untuk diyakini, bahwa tak ada kepastian dan jaminan apa pun. Seberapa kuat kau bertahan, debur ombak akan selalu mengahantam. Kau buat aku bertanya dan mencari tentang arti rasa. Tapi tak ada yang bisa menyembuhkan luka selain kesembuhan. Karena suatu saat kau akan mengalami hal serupa bahkan lebih. Banyak hal absurd untuk disadari, bahkan tanpa sadar aku banyak melakukan hal absurd. Entah apa yang kupikirkan saat itu karena absurditas terjadi seakan tanpa disadari. Aku tidak mengerti mengapa serangkaian peristiwa dalam hidup yang terus berjalan seakan membentuk rutinitas dan jangan-jangan kau menghabiskan banyak waktu dengan absurd. Adakah dalam sehari sesuatu berbeda terjadi di luar rutinitas. Bagaimana tanpa terpikir kau melakukan hal yang sama dalam setiap harinya. Sebenarnya apa yang kau kejar. Apa yang menjadikan dirimu begitu tertarik untuk melakukannya. Adakah hasrat dan keinginan yang mendasarinya. Inikah perjalanan hidup. Sehingga suatu saat akan terhenti karena nafasmu telah habis dan kau bahkan tidak sempat untuk menyesal. Apa arti penyesalan jika tidak ada pengampunan dan sama sekali kau tak mendapat restu serta maaf. Tidak perlu berkeluh kesah karena pada dasarnya kau diselimuti keresahan dan memaksamu bersabar. Bagaimana sebuah angkutan umum selalu berhenti dan mengesalkan di pagi hari. Tapi aku tidak terjebak pada kesalahan yang tak terelakkan. Aku terjebak pada rutinitas. Dan siapa pun tidak bisa melawan keteraturan itu seperti mengubah jadwal dan calendar. Karena setiap hari hanya tersedia 24 jam dan kau tidak punya kekuatan apa pun untuk menambahkannya. Mungkin aku hanya bisa menikmatinya, tapi seperti apa. Apakah seperti menjilat sisa coklat yang menempel di ujung jari. Musibah dan bencana terjadi seakan mengintai dan kematian bisa menghantui siapa pun. Kau perlu waspada dan mungkin mempersiapkan diri. Seperti apa raut mukamu sebelum meragang nyawa. Dimanakah tempat terakhir yang kau ingin sebelum matamu benar-benar terpejam. Rasakan hatimu, apakah sebenarnya kau benar-benar mengenali orang terdekatmu dengan penuh kesadaran. Seperti desir ombak yang menggulung-gulung pasir maka kelembutannya membuat air laut yang jernih menjadi keruh. Apakah kau akan tergenang oleh perasaanmu sendiri. Siapa yang bisa mengerti ketika tiba-tiba perasaan itu hilang dan kau kehilangan keinginanmu yang dulu. Kau masih punya kesempatan untuk berpikir, atau setidaknya sedikit mempertimbangkan karena apa yang ada saat ini adalah kesempatan. Hidup yang penuh dengan derai tangis air mata tak akan pernah cukup menebus dosa. Dan kebahagiaan yang kau cari selama ini tidak berada dalam jalan hidupmu namun berada dalam sebuah cerita dan dongeng belaka. Dalam keremangan malam kucari cahaya diantara bising dan desakan para penumpang bus malam sambil berdiri memegang tiang dan menjaga keseimbangan karena guncangan. Gemerlap kota dan lampu-lampu jalan bukan lagi kunang-kunang yang benderang. Tak ada yang abadi. Kematian seperti jemputan antar kota yang siap mendatangi kapan saja. Kupikir, kerinduan yang kuat ini harus dituntaskan dengan menemuinya. Namun pertemuan begitu singkat dan perpisahan seperti lebih bertahan lama. Adakah yang bisa mengekalkan pertemuan selain keabadian. Bayangan yang kurangkai saat ini tidak lebih dari sebuah cerita yang belum dituliskan. Jalanan kota yang lengang dan lalu lintas sepi seperti jantung kota telah mati. Aku berdiri memandang langit dan kehitaman terhampar seluruhnya karena bintang-bintang tak cukup banyak untuk membuatnya terang. Lama sekali aku ingin menemuinya, setelah lama kupendam dan aku tidak bisa menentukan jalan cerita hidupku sendiri. Aku harus menerjang hujan dan sakit untuk melaluinya. Hasilnya, mungkin tidak seberapa namun kau bisa merasakan arti perjuangan. Sekalipun kau cari jam yang tepat untuk meluangkan waktu tanpa perlu mengorbankan jadwal yang lain, maka kau tidak bisa berbuat banyak selain kecewa dan diam. Adakalanya keputusan harus diambil tanpa perlu berpikir panjang. Aku mencobanya dan ternyata tidak terlalu buruk. Keinginan itu bisa bertahan lama tapi apakah keyakinanmu sama. Ini bukan soal pilihan, tapi ini tentang kenyataan. Nyata dan tidak selalu dibedakan absurd. Banyak hal terjadi sebenarnya merupakan absurditas. Keseharianmu dalam menjalani hidup tak ubahnya absurditas, karena nyatanya tidak ada yang mengejutkan. Perasaan cinta, suka, benci, dan dendam mungkin juga absurditas karena kenyataannya kau tidak bisa memilih atau menghapus salah satunya. Manakah yang nyata menurutmu jika apa yang kau pikirkan tidak selalu sama dengan apa yang terjadi. Ketika rahasia hidup tidak pernah terkuak maka sama saja berarti kau menjalani hidup penuh absurditas. Rasanya aku ingin bahagia, kau pun begitu. Setiap orang punya cara sendiri untuk meraihnya. Namun selalu saja upayamu terhalang oleh kenyataan sebenarnya yang berseberangan. Bukannya aku menolak, tapi aku mencoba menyadari apa sebenarnya yang diinginkan. Apakah rasanya tidak adil jika semua yang terlihat di depan mata tampak bahagia, kau pun merasakannya. Coba bayangkan seandainya kau kehilangan senyum dan arti tawa sehingga mulutmu hanya membentuk kesedihan dan matamu basah tanpa terhenti. Sungguh menyedihkan hidup penuh dengan kesedihan walaupun kau pernah merasakannya. Kau belajar untuk mengerti bagaimana sesungguhnya penderitaan bisa kau sulap menjadi bahagia menurut bahasamu sendiri. Nyatanya tidak berhasil, karena pikiranmu dipengaruhi oleh pertanyaanmu sendiri tentang kebahagiaan. Kucari ketenangan dalam kelegaman malam. Tak kudapati arti cinta di sudut kota. Hanya kutemui gedung-gedung dan jembatan yang membisu saja, atau mobil-mobil yang berbunyi seperti lampu merah yang ingin bicara. Tapi tolong jangan kau paksa aku untuk merebutnya. Biarkan semuanya menjadi rahasia dan kau mengetahui setelah mengalaminya. Seperti darah yang kau ketahui setelah terluka. Rasa sakit itu mungkin tidak seberapa dengan apa yang kau ketahui setelah itu. Daripada keserakahan dan keinginan untuk menguasai maka cinta selalu ingin memiliki, dengan siapa kau bersama, merupakan pertaruhan paling besar dalam menentukan pasangan hidup selamanya tanpa banyak memilih dan berpikir. Kau tidak bisa selalu memilih dengan kenyataanmu karena kau hanya bisa bertahan dengan bersabar, karena tengisan dan bentuk penyesalan pun sepertinya tak berguna, tidak akan mengubah kenyataan hidupmu, pedih atau bahagia. Cinta selalu memaksa untuk memilih tapi kenyataan tidak menentukan pilihan karena semua yang kau alami hanya tinggal dijalani. Hanya caranya saja yang bisa kau pilih sesuka hati, sudahlah, aku lelah sekali untuk sampai pada hari tanpa aku mengharapkannya lagi. Sehingga kau tidak perlu lagi untuk menangis lebih lama. Ajari aku berdiri saat kakiku lumpuh. Dan kau akan menemukan kesia-siaan. Berjuta kali kau katakan pun kesadaraanmu selalu sama. Akhir bahagia yang kau cari selama ini tidak jauh dari sisimu karena ketenangan itu berada di dasar hatimu sendiri. Coba kau temukan. Apa yang melingkupi dirimu sehingga pikiranmu seakan terbelenggu dan kau tidak bisa lagi bertindak apa-apa. Jauhkan saja dirimu dari penderitaan itu. Kau tidak seharusnya terus-menerus disalahkan karena aku juga merasa begitu. Kenapa tidak ada yang ingin dipersalahkan jika kebenaran itu sebenarnya hanya kebetulan saja. Tapi percuma kau berdebat sekalipun, jika kau memaksaku memilih apa yang menurut hatiku benar, mungkin terasa seperti mengiris jari. Bisa saja aku menusukkan lidi ke mataku agar tak kutemui lagi rupamu dan kulihat hanya bayangan gelap. Kau mendekapku erat seakan di matamu tak ada lagi hari esok yang tersisa. Karena detik seperti lebih berharga dari sepanjang hari yang suram. Kutemukan senyum tipis sebelum akhirnya kau lepaskan tanganku perlahan. Tak perlu bicara hanya tatapanmu seakan tak merelakanku pergi. Beberapa senti saja terasa jauh dari pandangan. Aku ingin bicara dengan hatimu saja, karena bahasa lain tak mudah kuterjemahkan. Bahasa kalbu lebih menyentuh dan murni, mungkin kejujuran bersumber dari nurani. Namun kata hati tak selalu diikuti karena banyak bisikan yang mengganggu. Terkutuklah kau menyesatkan pikiranku. Sejenak, aku tak bisa berkedip karena mataku dipenuhi oleh debu sedangkan tetesan hujan itu seperti ribuan jarum yang menusuk. Barangkali tidak menyakitkan karena sebenarnya kau tidak mengungkapkannya langsung. Hanya saja kutangkap beberapa hal yang menyakitkanku. Rasa kecewa seperti tak pernah ada, jika kau tidak menyebutkan kata itu. Aku ingin lebih melupakan segalanya. Percayalah dan genggam hatimu rapat karena kau akan menemukan arti bahagia walaupun kau tergores karenanya.

You May Also Like

0 komentar