Sendirian
Tak ada garis senyum di parasku,
setelah genangan air mata membasahi pipi. Merajut kepedihan atas luka yang
mungkin tak pernah kulupakan. Kamu tahu, aku begitu besar untuk mencoba
berhenti. Tapi aku tak bisa berhenti untuk mencintaimu. Ketika kudengar
langsung dari bibirmu, itu rasanya sudah sangat menyakitkan buatku. Air mata
tumpah membanjiri malam yang akan selalu kuingat. Tentang hari kita bersama,
senyum dan tawa kita. Mungkin, Cuma tawaku. Kau tak pernah benar-benar tertawa.
Apalagi mencintaiku, aku tahu kau tak pernah mencintaiku. aku sadar, kita
saling mengerti tapi kita tak pernah saling memahami, terutama hati. Ketika segala
kurasakan dan perasaan ini mengatakan cinta kepadamu. Aku tak berhak untuk
mendapatkan cinta membalas untukku. Aku tahu, rasanya cinta sendirian. Seperti saat
aku berada di sudut gelap malam dalam keremangan lampu kamar, aku menahan sedu
dan isak tangisku. Sendirian.
0 komentar