Diberdayakan oleh Blogger.

Professional Time Waster

Saya memanggul tas di punggung dan merapat di pintu kereta Virgin Train begitu sampai di stasiun Manchester Piccadilly. Harga tiket kereta api ini sebesar 77 Poundsterling pulang-pergi. Saya turun di stasiun yang tercatat sebagai stasiun kereta paling besar dan sibuk di Manchester. Stasiun ini begitu besar dengan kereta berteknologi canggih.
Bukan di stasiun Manggarai, sumber dari sini
Setelah sampai di Piccadilly, saya bergegas menuju Old Trafford. Old Trafford terletak di pinggiran kota. Sebenarnya bisa ditempuh dengan jalan kaki, akan tetapi mengingat kondisi badan kurang fit, akhirnya saya memilih naik Metrolink.
Masuk tram dahulukan kaki kanan, sumber
Metrolink adalah angkutan umum jenis tram yang ada di kota Manchester. Saya tidak merasa kebingungan karena tersedia peta jaringan tram yang bisa didapatkan dengan mudah melalui internet, bahkan peta juga terpasang di dalam tram. Saya membeli tiket seharga 3 Poundsterling di vending mesin. Jalur menuju Old Trafford berwarna kuning ke arah Altrincham dan saya turun dekat stadion. Saya perlu berjalan kaki sekitar 10 menit untuk sampai ke sana. Hawa dingin menyelimuti menemani langkah kaki saya menuju stadion kebanggaan milik Manchester United tersebut.
Ini bukan lintasan jalur busway, sumber
Saya benar-benar kagum begitu menyaksikan “Theatre of Dreams” stadion Old Trafford dengan mata telanjang dari dekat. Jelas, di depan mata saya, stadion yang begitu megah berdiri. Sepanjang saya mengagumi Menchester United, belum pernah sekalipun terbayangkan bisa menginjakkan kaki di depan stadion ini. Bahkan, saya masih merasa ini adalah mimpi. Seluruh fans MU pasti memimpikan seperti saya, bisa hadir dan menyaksikan pertandingan tim kesayangannya secara langsung.
Old Trafford tampak depan, sumber
Bagi saya, Old Trafford adalah tempat semua fans menuju. Kali ini, saya seperti menuntaskan ibadah haji sebagai fans MU. Saya menyadari bukanlah satu-satunya, ratusan bahkan ribuan fans MU lain sebentar lagi akan memenuhi stadion ini. Orang-orang mengenakan jersey MU kebanggaan mereka. Tidak hanya itu, mereka mengenakan atribut lain seperti syal, bendera dan topi. Saya tidak bisa memendam suka cita dan rasa syukur yang begitu besar dalam kerumunan para fans. Saya tidak malu untuk bergabung bersama mereka dan merasa begitu dekat bahkan tanpa saling mengenal.
Selang beberapa menit, mereka mulai memandangi saya. Memang, saya memakai warisan budaya Indonesia yang diakui dunia, batik. Saya memilih memakai batik MU untuk memperkenalkan kepada seluruh fans bahwa Indonesia turut memberi dukungan. Bahkan tercatat, fans MU adalah terbesar di Indonesia. Fans pun ada yang tersenyum melihat saya, bahkan ada yang berani berfoto dengan fans MU berbaju batik ini. Saya pun tersenyum, bangga.
Dengan bangga; Batik Manchester United, sumber
Di sudut lain, para pendukung fanatik MU berjoget dan menari-nari di sekeliling stadion meneriakkan yel-yel "Glory Man United, Glory... glory Man United..." Mereka sudah di bawah pengawalan ketat aparat keamanan setempat. Sejumlah pasukan polisi berkuda, terutama polisi perempuan, juga dikerahkan untuk menjaga keamanan dan antisipasi jika terjadi huru-hara di dalam stadion.
Gemuruh di luar stadion sudah membahana, gegap gempita teriakan The Guardian membakar semangat sebelum pertandingan dimulai. Karena kerumunan semakin banyak, saya pun memutuskan tertib antre bersama fans lain yang sangat antusias memasuki stadion. Lalu saya memindai tiket pada mesin, kaki saya begitu mantap menginjak lantai Old Trafford. Udara dalam stadion seakan lebih segar meski penonton yang hadir berjumlah ribuan. Saya berusaha membekukan waktu dan menikmati momen menyaksikan kemegahan stadion dari dalam. Saya berdiri di antara gerbang masuk dan tribun penonton yang terdapat ruang tunggu berlantai merah. Berjalan sebentar saya sudah naik ke tribun dan menunjukkan tiket kepada salah satu staff yang mengarahkan tempat kursi saya.
“That’s your seat. See, just straight down there in south stand, on the right, two rows from the pitch, ok?”
Saking bersemangatnya, saya mengangguk cepat dan segera meninggalkan petugas yang tersenyum ramah. Suasana yang meriah, petugas yang ramah, dan keamanan yang terjamin membuat saya merasa tenang akan menikmati pertandingan.
Saya membeli tiket di tempat tersebut berdasarkan cerita dan kabar dari fans yang pernah menonton secara langsung di Old Trafford. South stand adalah posisi favorit karena pandangan mata dapat menangkap segala sudut lapangan.
Dari posisi tersebut, saya dibuat kagum karena dapat melihat tulisan “Manchester United” yang tersusun dari kursi-kursi penonton di North Stand. Secara tidak sadar saya bertepuk tangan sendiri sehingga memancing penonton yang duduk di sebelah saya mendelik aneh. Sadar dilihat, saya pun diam dengan wajah malu.
sumber

Dasar bodoh, membatin.
Saya melihat antrean penonton yang menunggu giliran masuk dekat pintu, tetapi kerumunan tersebut tidak mau bergerak. Rupanya mereka menantikan pemain-pemain masuk ke stadion. Dari posisi saya berdiri, pintu masuk para pemain hanya berjarak lima meter dan saya bisa melihat langsung tanpa perlu berdiri dari kursi. Para pemain itu memasuki stadion dengan rapi, meski para fans dapat melihat dari dekat tak serta merta membuat suasana menjadi ricuh. Saya pun hanya memandang mereka dari tempat duduk.
Sungguh, saya merasa beruntung, pengalaman ini tak mungkin disia-siakan untuk mengambil gambar. Dengan kemampuan jepretan amatir dari kamera saya, sebisa mungkin pemain yang lewat saya foto. Tidak lama saya menikmati momen tersebut karena kerumunan fans lain di sebelah pintu mendesak masuk sehingga menghalangi bidikan lensa kamera. Saya pikir, bisa melihat para pemain lagi setelah pertandingan usai karena mereka pasti melewati pintu yang sama.
Tak pernah terlintas dalam benak saya bisa duduk di kursi ini dan menyaksikan para pemain cadangan melakukan pemanasan. Danny Welbeck sibuk memainkan bola tepat di depan mata saya, Ashley Young lagi pemanasan berlari-lari kecil di tepi bersama Adnan Januzaj.
Saya tidak menyangka bisa duduk sedekat ini dengan para pemain dan lapangan. Selain itu saya baru menyadarai posisi saya duduk dekat dengan jalur masuk ke kamar ganti. Posisi ini benar-benar menguntungkan saya karena bisa menikmati aktivitas pemain dari jarak dekat.
Tentu saja, saya hadir untuk menyaksikan pertandingan, tidak mau disibukkan dengan kegiatan dokumentasi saya langsung menyimpan kamera. Mata saya kemudian menangkap tulisan “Theatre of Dreams” di tribun seberang. Dada saya bergemuruh dan rasanya ini adalah kebangkitan hasrat saya akan kecintaan terhadap MU. Rasa kagum ini begitu membuncah, mata saya menghangat tiba-tiba. Entah, pelupuk mata mendadak basah karena mimpi mewujud nyata.
Saya ingin mengabarkan pacar saya, keluarga dan teman-teman dekat. Perasaan bahagia ini hanyut dalam rasa syukur yang berlimpah. Akhirnya saya di sini, Old Traffor di antara sekitar 75.000 penonton yang memadati stadion kebanggan The Guardian.
Tulisan “Theatre of Dreams” adalah doa bagi seluruh fans, agar mereka bisa datang dan menjadi saksi pertandingan MU secara langsung.
Kali ini saya akan melihat pertandingan langsung Manchester United kontra Aston Villa di kandang sendiri. Meski tercatat akhir-akhir ini prestasi MU di bawah asuhan David Moyes kurang bersinar.Saya sebagai fans merasa kecewa kepada pelatih Menchester United sekarang. Begitu juga para fans lain yang kecewa kepada pelatih David Moyes. Kekesalan fans semakin memuncak setelah tim setan merah dipecundangi rival sekota, Manchester City dengan skor telak tertinggal 0-3 pada 26 Maret 2014.
Saya menghela napas, pertandingan kali ini rencananya fans akan menyewa pesawat menarik spanduk bertuliskan “Wrong One, Moyes Out”. Saya masih belum percaya, hal ini akan benar-benar terjadi. Fans sengaja mengumpulkan dana sebesar 1.000 poundsterling untuk menyewa pesawat tersebut. Hal itu dilakukan oleh fans sebagai bentuk protes sekaligus tanggapan secara langsung atas spanduk besar bertuliskan “Chosen One” yang telah digantung dalam Old Trafford sejak Moyes diangkat sebagai penggantinya Sir Alex Ferguson pada bulan Mei lalu. Tentu, saya ingin menjadi salah satu saksi perhelatan penting bagi karir pelatih David Moyes.
sumber
MU terpuruk di tingkat klasemen sementara Premier League dan tidak akan tampil Liga Champions musim depan. Laga kali ini begitu krusial di mata pelatih David Moyes yang berada di ujung tanduk.
Jantung saya berpacu, seseorang di sebelah saya menyerahkan koran. Saya pun membaca koran lokal Inggris Manchester Evening News, dikabarkan pesawat yang disewa fans akan terbang berputar-putar selama 15 menit di atas Stadion Old Trafford jelang pertandingan Manchester United vs Aston Villa. Artinya, sebentar lagi pesawat itu akan melintas. Buru-buru saya mengamati langit Manchester yang berwarna biru muda. Gemuruh para fans yang bersorak menantikan pesawat, sedangkan saya malah cemas. Beberapa menit kemudian suara dengung mesin pesawat terdengar samar di udara disambut dengan gemuruh fans yang lebih membahana. Saya tahu, teriakan fans adalah bentuk mengamini tulisan di spanduk tersebut. Dada saya kembali bergemuruh dan bangkit berdiri ikut meneriakkan yel-yel yang diikuti dengan tangan mengepal menyentuh dada.
sumber
Di stadion Old Trafford semua kursi bernomor. Tak satu pun penonton yang dapat mengokupasi nomor kursi orang lain. Para petugas berdiri sepanjang pertandingan menghadap penonton. Tak sedetik pun petugas menoleh ataupun mengintip jalannya pertandingan. Mereka berdedikasi untuk mengamankan stadion. Matanya terus mengawasi para penonton, takut berpotensi menimbulkan kericuhan. Jumlah petugas lebih banyak lagi di antara supporter Man United dan Aston Villa. Di bagian lain terdapat tempat khusus bagi pengguna kursi roda yang ingin menyaksikan pertandingan. Sekali lagi, saya dibuat kagum dengan fasilitas stadion ini.
Jelang dimulainya pertandingan seluruh tribun bergemuruh ketika wasit meniup peluit tanda dimulainya pertandingan. Kedua tim masih bermain aman di awal pertandingan. Tak ada peluang bagus sebelum sundulan Wayne Rooney di menit 9 masih tidak tepat ke sasaran dan jauh melalui mistar gawang.
Klub Aston Villa malah mengungguli tim setan merah di menit ketiga belas. Dari titik dua belas pas, Ashley Westwood mengambil esksekusi tendangan bebas yang susah dibendung oleh kiper David De Gea. Fans MU tercengang, saya pun terperangah melihat tim kesayangan tertinggal lebih dulu. Penonton yang lain bahkan meneriakkan kata-kata kasar melampiaskan kekecewaan di tribun penonton. Suasana semakin menegang menantikan aksi balasan dari tim Manchester. Saya pun dibuat gregetan karena serangan-serangan yang dibangun MU masih mudah terbaca, beberapa kali operan bola di lini tengah mampu direbut.
Barulah pada tujuh menit kemudian, Shinji Kagawa yang membawa bola dari sisi kiri tak diberi pengawalan ketat dari musuh sehingga mampu mengumpan bola tepat ke arah depan gawang yang langsung disambar dengan sundulan kepala Rooney. Kiper Brad Guzan terkejut dan tidak siap melakukan tindakan antisipasi sehingga gawang Aston Villa kebobolan. Saya bersorak diikuti ribuan penonton yang melihat selebrasi pemain merayakan gol. Tentu saja, saya merasa ikut meluapkan kegembiraan.
Selebrasi Rooney, sumber

Pertandingan pun dilanjutkan, tim Manchaster lebih bersemangat membangun serangan meski masih dipatahkan oleh Aston Villa. Tatapan harap-harap cemas dari tribun penonton membuat saya ikut khawatir pertandingan ditutup imbang.  
Akhirnya serangan demi serangan yang dilancarkan tim tuan rumah dijegal oleh pertahanan tim lawan, sehingga terjadilah pelanggaran. Wasit Martin Atkinson dengan tegas memberikan penalti setelah Leandro Bacuna melakukan tackle berbahaya mengenai kaki Juan Mata yang roboh di depan gawang Aston Villa. Rooney sebagai eksekutor dengan mantap menjebol gawang disambut dengan pelukan erat dari teman-teman The Guardian. Tuan rumah unggul 2-1 sampai turun minum ketika wasit meniup peluit panjang.
Saya dan ribuan penonton menyambut kemenangan tersebut dengan yel-yel penuh antusias jelang berakhirnya babak pertama. Dari tempat saya duduk, bisa terlihat jelas pemain-pemain yang telah berjuang di arena gladiator lapangan hijau meninggalkan lapangan melalui pintu. Momen tersebut saya manfaatkan untuk kembali mengambil gambar. Sang pelatih David Moyes terlihat lebih tenang dan senyum tipis mengiasi wajahnya begitu ikut mengekor di belakang pemain memasuki pintu.
Ketika babak kedua dimulai, terdapat beberapa rotasi pemain dan gaya strategi serangan. Aston Villa tim tamu malah lebih dulu memiliki dua kesempatan emas lewat Christian Benteke. Pemain dari Belgia tersebut belum maksimal memanfaatkan peluang sehingga gawang De Gea masih aman dan terjaga.
Pelatih David Moyes terlihat tegang, raut mukanya kencang dan sesekali teriak dari tepi lapangan memberikan arahan instruksi. Tangannya menunjuk-nunjuk ke gawang lawan. Berkat dorongan pelatih, akhirnya tim Red Devil mampu menambah keunggulan satu gol di menit ke-57. Pertahanan Aston Villa mulai renggang karena lini depan dikuasai oleh Manchaster dan kepanikan terjadi. Juan Mata berdiri di posisi yang nyaman ketika bola liar itu diterjang dengan kakinya merobek jala gawang Aston Villa dan mengubah kedudukan men jadi 3-1.
Sumber
Sorak sorai kegembiraan penonton kembali pecah, seluruh atribut bendera berkibar. Beberapa penonton di sebelah saya berpelukan senang karena keterpurukan MU kembali terselamatkan.
Penampilan Adnan Januzaj di lapangan membawa atmosfer baru dalam serangan MU. Dia berhasil melewati dua bek Aston Villa dan menendang bola  ke arah gawang, sayang masih mudah terbaca oleh kiper Guzan. Hal demikian pun terjadi saat tendangan Rooney masih terlalu lemah sehingga mudah berpindah ke pelukan kiper Aston Villa tersebut.
Tim tamu tak lantas terus bertahan, perlahan tapi pasti serangan-serangan Aston Villa kerap mengancam gawang MU. Namun, tendangan Benteke masih liar tak terukur ke gawang De Gea sehingga mudah keluar sasaran. Saya ingin rasanya wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Duduk di tribun menyaksikan tim kesayangan berjuang, saya tak henti-henti mendukung. Rasanya hitungan menit begitu lama, saya takut MU lengah dan berpuas diri dengan hasil sementara 3-1. Pertahanan MU kerap tak waspada menghadang serangan Aston Villa yang begitu tiba-tiba dan mengandalkan serangan balik. Kecepatan lari Benteke memang diakui karena bek kiri Manchester United tak mampu mengejarnya. Beruntung, tak ada serangan yang berhasil mengubah angka.
Tribun penonton kembali bergemuruh dengan suka cita manakala Chicharito merobek jala lawan pada menit 91. Gol pemain asal Meksiko menutup pertandingan dengan cantik lewat umpan silang yang dilepaskan oleh Januzaj.
sumber
Senang sekali pertandingan kali ini dimenangkan oleh MU dengan skor 4-1. Saya sempat mengira MU mampu ditahan imbang langsung bertepuk tangan begitu wasit meniup peluit panjang. Meski desas-desus berakhirnya karir pelatih David Moyes mewarnai selama pertandingan dengan terbangnya pesawat berspanduk tersebut, akan tetapi dengan kemenangan ini mampu menyelamatkan MU dari keterpurukan. Selalu ada harapan, bagi masa depan MU.
Saya tidak langsung berdiri dari bangku penonton. Begitu para pemain melakukan selebrasi kemenangan dan satu per satu meninggalkan lapangan, saya tetap mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto. Penonton di sebelah saya yang sempat meminjamkan koran mengajak ngobrol. "Football is my life," kata Robert. Dia datang ke stadion bersama anaknya. Baginya, seorang bapak harus menularkan kecintaan terhadap bola kepada anaknya. Jangan sampai anaknya jatuh cinta pada klub lain, katanya sambil tertawa. Antusiasme warga Inggris terhadap sepakbola memang begitu besar, terutama di Manchester.  
Saya pun bersyukur bisa menyaksikan kemegahan stadion, melihat para pemain dari dekat, dan merasakan atmosfer pertandingan klub setan merah yang saya cintai di kandang sendiri. Setelah penonton bubar, saya bersiap-siap meninggalkan stadion. Masih ada tugas bagi saya membuat laporan berita olahraga. 
Para fans MU di Indonesia pasti tidak sabar membaca liputanku dimuat di koran lokal Indonesia. Sampai jumpa.

*) liputan sebelum David Moyes turun tahta, MU vs Aston Villa pada Sabtu, 29 Maret 2014

Nantikan liputan saya bersama Mister Potato di 7 ikon kota lainnya... Ngemil eksis pergi ke Inggris!
  
Ini camilan Fans, ada logo MU! 
diperankan oleh model profesional
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Pagi ini terasa lebih indah. Yak, gue mau berlibur ke ResortWorld Sentosa Singapura. Setelah mempersiapkan perbekalan beras, gula, dan setandang pisang, Gatotkaca berangkat ke bandara. Kok, Gatotkaca nggak terbang aja?
Ceritanya, gue bangun pagi buru-buru menuju bandara lewat jalur darat. Begitu tahu lalu lintas Jakarta nggak pernah diprediksi, si Komo lewat. Lalu tiba-tiba Godzila dari arah berlawanan menyerobot jalan. Mereka beradu mulut, bukan ciuman. Terjadi chaos yang mengakibatkan kemacetan sepanjang jalan kenangan. Akhirnya Gatotkaca mengatur lalu lintas dulu. Nanggung, kalau terbang kena polusi udara, jadi Gatotkaca naik angkutan umum.
Tapi macet memang tak terhindari. Sumpah, gue deg-degan takut telat. Yoi, Gatotkaca juga punya perasaan.
Sesampainya di bandara dengan selamat, Gatotkaca ngantre seperti biasa, melalui bagian imigrasi dan pemeriksaan barang. Kemudian bapak-bapak bertubuh tegap dan tinggi memandang gue sinis, matanya mendelik tajam. Gue ngerasa tidak punya masalah sehingga berusaha bersikap biasa saja. Ternyata, orang-orang belum biasa melihat Gatotokaca.
Setelah pipis terlebih dahulu, gue menghubungi Ariev. Traveler serius yang lucu.
“Gue udah di bandara nih, Riv. Lo di mana? Gue berangkat pukul 9 pagi”
“Hahaha. Gue berangkat pukul 9 malam.”
Ternyata, kami beda jadwal keberangkatan. Gue tepok jidat sekuriti.
Baiklah, Gatotkaca juga bisa jalan sendirian. Kemudian gue diperiksa oleh petugas. Tangan, badan, ketek, paha disensor alat detektor. Begitu sampai di bawah pusar gue, alat itu berbunyi. BIP... BIP... BIP...
Dia nggak tahu, Gatotkaca kan otot kawat tulang besi, ya jelas bunyi.
“Apa ini?”
“Ini sebilah keris, Pak.” Gue menyimpan keris pusaka itu di pinggang.
“Senjata tajam tidak boleh dibawa ke pesawat.”
“Ini bukan senjata tajam, Pak?”
“Keris itu termasuk senjata tajam.”
Kami terlibat debat sengit. Petugas itu tetap bersikeras menganggap keris sebagai barang terlarang dibawa ke dalam pesawat. Padahal, seumur-umur keris itu nggak pernah dipake macam-macam. Motong bawang aja, jadinya nggak lurus. Ngupas mangga aja lama. Kenapa dia khawatir dengan keris, ya?
“Jelas, ini peraturan. Keris tidak boleh dibawa.”
“Pak, ini imitasi, tiruan!.”
“Apa?! Anda membajak keris yang asli. Anda harus ditangkap!”
Ini jelas berita buruk, keris gue ditahan di bandara. Tidak mungkin Gatotkaca berpisah dengan kerisnya. Kekuatan Gatotkaca akan berkurang jika senjata pamungkasnya terpisah, kami sudah seperti biskuit oreo dan susu. Meski diputer, dijilat pasti bakal dicelupin juga.
Belum ada sejarahnya Gatotkaca ditangkap karena kedapatan membawa keris palsu di bandara. Gue harus berkelit dan tetap menyelundupkan replika ini sampai ke Singapore.
“Saya ada penampilan kesenian di Singapura, kedutaan besar Indonesia di sana khusus mengundang saya tampil di acara kebudayaan mewakili Indonesia.” kilah gue.
“Benarkah? Kalau begitu saya coba diskusikan ke bagian keamanan dulu.”
Gue tersenyum puas. Bapak-bapak itu mendatangi pria berjas yang gue duga sebagai kepala bagian keamanan. Dia terlihat berbicara serius. Gue mengela napas berat. Sebentar lagi pesawat boarding dan tidak mau tertinggal. Nggak lucu aja gitu, Gatotkaca ketinggalan pesawat.
“Keris ini boleh dibawa, tapi disimpan di bagasi.”
“Baik, Pak. Tapi tolong jangan disimpan sembarang. Baru saja pagi tadi keris ini dimandiin kembang.” kata gue berbohong.
“Iya, saya pastikan ditempel stiker fragile.”
Beruntung, bapak itu memercayai alasan gue. Dengan segera gue masuk ke dalam pesawat agar adegan lari-lari sebelum take off tidak terjadi. Pesawat pun landing sukses. Gatotkaca naik pesawat. Ternyata, di pesawat gue duduk bersama penulis Roy Saputra yang baru saja novel Luntang-lantungnya difilm-in. Cool. Selamat ya, Bang.
Mendarat di bandara Internasional Changi Airpot, gue cemas keris gue hilang. Berkali-kali gue memastikan barang sampai di tangan gue. Bukan tangan pilot.
Di bandara ini, gue sudah dijemput dengan bapak-bapak berperawakan tinggi dan langsung mengantar ke penginapan. Gatotkaca pun check in, ganti kostum, jemur keris, dan makan dulu.


Gatot kaca bukan geret koper!
Bagaimana kelanjutan Gatotkaca di USS?

Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Gue terlonjak kegirangan begitu hasil pengumuman kuis ditayangkan. Malam itu, gue mendapatkan kabar dari @arievrahman bahwa gue disebut-sebut sebagai pemenang free trip to Resort World Sentosa.
Im chosen one!

Sejujurnya, gue ingin bersujud meluapkan rasa syukur. Di sisi lain, gue berada di dalam kamar mandi menuntaskan hasrat mulas perut gue. Tidak mungkin. Memang, sudah jadi kebiasaan kalau sedang boke* paling enak diimbangi dengan kegiatan membaca. Karena tidak ada majalah di kamar mandi gue, hapelah jadi sasarannya. Sambil cek timeline Twitter, energi yang lain gue pakai untuk memaksa sisa gas emisi dalam perut untuk segera meluncur ke bawah. Tidak perlu dibayangkan.
Kenapa awal ceritanya begini, ya?
Setelah dirasa lega, gue pun menekan tombol flush. Dan suara air itu memecah keheningan sekaligus membuka rasa senang dalam hati gue. Masalahnya, setelah gue tekan tombol itu, gue lupa naro handphone gue di mana? Jangan-jangan ikut hanyut? Astaga!
Gue panik mencari sekeliling kamar mandi yang tidak begitu luas, lebih luas bilik suara pemilu. Dalam keadaan handuk tersampir menutupi bagian bawah, gue melanjutkan pencarian handphone yang ternyata tergeletak di tempat sabun. Buru-buru gue ambil dan kembali mengenakan baju.
Setelah bersiap mengemas pakaian dan mengambil koper, tak lupa gue membawa paspor. Saking semangatnya gue lupa, berangkatnya masih lama...
Nantikan cerita gue jadi gatotkaca selama di Universal Studios Singapore
Ciat..!

[bersambung...]


Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Sayup-sayup rintik gerimis mereda, menyisakan kesunyian pada ritme kelembutan sisa hujan menguarkan aroma basah tanah. Keresahan hati berpendar manakala rindu seperti berjelaga. Sampai kapan kita akan seperti ini, berdiri pada tepian dan berharap daratan terlihat sebentar lagi, sehingga kita berdiri di dermaga yang sama menggenggam tangan. Jarak yang telah tertanam dalam ingatan tentang bilangan kilometer yang harus ditempuh, memisahkan waktu juga rindu tumbuh bermekaran di hati. Manakala sedih menatap bulan yang sama, tapi kaki berpijak di tanah yang berbeda, tidak ada pelukan. Inikah namanya cinta. Jika lebih banyak luka yang tercipta, jika tetes-tetes air mata terjun sederas Niagara. Bahkan, kau pertanyakan ketulusan, di saat pelukan panjang tentang malam itu begitu rapuh air mataku luruh dalam seluruh. Aku ragu, bukan berarti tak pernah yakin, tapi cinta kita memang tak sempurna.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Cinta, tak sekadar sebuah lirik yang dilantunkan oleh nada-nada. Melodi hatiku mengikuti ritme yang mulai mengalun. Seketika cinta menjadi ingatan. Aku pun terdiam seketika kudengar bisikan hatimu. Karena rasa cinta yang bersemayam dalam hati ini tiba-tiba mulai berontak. Aku ingin kamu.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Aku tidak mengerti, memandang kosong mata menatap jauh pandangan. Tak ada senyum, parasku datar tak membentuk cuaca. Perlahan, permukaan mata menjadi basah. Cairan bening pun terasa hangat mengalir di pipiku. Sungguh, aku masih cinta. Perasaanku tak terlukiskan tinta. Mataku seperti langit berubah merah. Dadaku terguncang karena deburan ombak terlalu kuat menabrak tepi mataku. Kau tahu, begitu sakit. Seperti sia-sia. Karena tiba-tiba saja seseorang bisa melupakan cinta. Seperti hujan, mataku menurunkan gerimis. Apakah aku bisa percaya, suatu saat cinta menjadi luka. Dan aku menangis karenanya. Apa yang salah, ketika akhirnya kau pun menyerah. Tak perlu lagi alasan jika kau akhirnya merasa bosan. Apakah masih ada harapan, aku tak tahu. Karena rasa sakit itu seperti bertepuk tanpa tangan. Menjadikan kekecewaan sebagai akhir dari cerita yang tak pernah usai. Semalam, kau pun selalu diam. Aku bertanya baru kau bersuara. Kau tampak dingin, atau mungkin tak ingin. Setelah percakapan itu berakhir yang tersisa hanya senyap karena tak ada lagi suara di seberang sana, hening. Kepalaku pening, aku berusaha menyapamu. Mengungkapkan rasa rindu yang terjebak pada jarak. Tapi kau seakan ingin segera mengakhirinya. Aku tak mengerti, bagaimana cinta menjadi solusi.  
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • ►  2017 (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2015 (17)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2014 (45)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ▼  Mei (6)
      • Liputan Langsung dari Stadion Old Trafford
      • Amazing Gatotkaca; Arrived in RWS
      • Behind The Scene; Amazing Gatotkaca in USS
      • Curahan LDR
      • Ingin Kamu
      • Bagaimana Cinta
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (16)
  • ►  2013 (16)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (59)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (9)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (116)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (16)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (14)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2010 (39)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (12)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates