Liputan Langsung dari Stadion Old Trafford
Saya memanggul
tas di punggung dan merapat di pintu kereta Virgin Train begitu sampai di stasiun Manchester Piccadilly. Harga tiket kereta api ini sebesar 77 Poundsterling pulang-pergi. Saya turun di stasiun yang tercatat sebagai stasiun kereta paling besar dan
sibuk di Manchester. Stasiun ini begitu besar dengan kereta berteknologi
canggih.
![]() |
Bukan di stasiun Manggarai, sumber dari sini |
Setelah sampai
di Piccadilly, saya bergegas menuju Old Trafford. Old Trafford terletak di
pinggiran kota. Sebenarnya bisa ditempuh dengan jalan kaki, akan tetapi
mengingat kondisi badan kurang fit, akhirnya saya memilih naik Metrolink.
![]() |
Masuk tram dahulukan kaki kanan, sumber |
Metrolink adalah angkutan umum jenis tram yang ada di kota Manchester. Saya tidak merasa
kebingungan karena tersedia peta jaringan tram yang bisa didapatkan dengan mudah
melalui internet, bahkan peta juga terpasang di dalam tram. Saya membeli tiket seharga 3 Poundsterling di vending mesin. Jalur menuju Old Trafford berwarna kuning
ke arah Altrincham dan saya turun dekat stadion. Saya perlu berjalan kaki sekitar 10 menit untuk sampai ke sana. Hawa dingin menyelimuti menemani langkah kaki saya menuju stadion kebanggaan milik Manchester United tersebut.
![]() |
Ini bukan lintasan jalur busway, sumber |
Saya benar-benar kagum begitu menyaksikan “Theatre of
Dreams” stadion Old Trafford dengan mata telanjang dari dekat. Jelas, di depan
mata saya, stadion yang begitu megah berdiri. Sepanjang saya mengagumi
Menchester United, belum pernah sekalipun terbayangkan bisa menginjakkan kaki
di depan stadion ini. Bahkan, saya masih merasa ini adalah mimpi. Seluruh fans
MU pasti memimpikan seperti saya, bisa hadir dan menyaksikan pertandingan tim
kesayangannya secara langsung.
![]() |
Old Trafford tampak depan, sumber |
Bagi saya, Old Trafford adalah tempat semua fans
menuju. Kali ini, saya seperti menuntaskan ibadah haji sebagai fans MU. Saya menyadari
bukanlah satu-satunya, ratusan bahkan ribuan fans MU lain sebentar lagi akan
memenuhi stadion ini. Orang-orang mengenakan jersey MU kebanggaan mereka. Tidak
hanya itu, mereka mengenakan atribut lain seperti syal, bendera dan topi. Saya
tidak bisa memendam suka cita dan rasa syukur yang begitu besar dalam kerumunan
para fans. Saya tidak malu untuk bergabung bersama mereka dan merasa begitu
dekat bahkan tanpa saling mengenal.
Selang beberapa menit, mereka mulai memandangi saya. Memang,
saya memakai warisan budaya Indonesia yang diakui dunia, batik. Saya memilih
memakai batik MU untuk memperkenalkan kepada seluruh fans bahwa Indonesia turut
memberi dukungan. Bahkan tercatat, fans MU adalah terbesar di
Indonesia. Fans pun ada yang tersenyum melihat saya, bahkan ada yang berani berfoto
dengan fans MU berbaju batik ini. Saya pun tersenyum, bangga.
![]() |
Dengan bangga; Batik Manchester United, sumber |
Di sudut lain, para pendukung fanatik MU berjoget dan
menari-nari di sekeliling stadion meneriakkan yel-yel "Glory Man United,
Glory... glory Man United..." Mereka sudah di bawah pengawalan ketat aparat
keamanan setempat. Sejumlah pasukan polisi berkuda, terutama polisi perempuan,
juga dikerahkan untuk menjaga keamanan dan antisipasi jika terjadi huru-hara di
dalam stadion.
Gemuruh di luar stadion sudah membahana, gegap gempita
teriakan The Guardian membakar semangat sebelum pertandingan dimulai. Karena
kerumunan semakin banyak, saya pun memutuskan tertib antre bersama fans lain
yang sangat antusias memasuki stadion. Lalu saya memindai tiket pada mesin, kaki
saya begitu mantap menginjak lantai Old Trafford. Udara dalam stadion seakan lebih
segar meski penonton yang hadir berjumlah ribuan. Saya berusaha membekukan
waktu dan menikmati momen menyaksikan kemegahan stadion dari dalam. Saya berdiri
di antara gerbang masuk dan tribun penonton yang terdapat ruang tunggu
berlantai merah. Berjalan sebentar saya sudah naik ke tribun dan menunjukkan
tiket kepada salah satu staff yang mengarahkan tempat kursi saya.
“That’s your seat. See, just straight down
there in south stand, on the right, two rows from the pitch, ok?”
Saking bersemangatnya, saya mengangguk cepat dan
segera meninggalkan petugas yang tersenyum ramah. Suasana yang meriah, petugas
yang ramah, dan keamanan yang terjamin membuat saya merasa tenang akan
menikmati pertandingan.
Saya membeli tiket di tempat tersebut berdasarkan cerita
dan kabar dari fans yang pernah menonton secara langsung di Old Trafford. South
stand adalah posisi favorit karena pandangan mata dapat menangkap segala sudut
lapangan.
Dari posisi tersebut, saya dibuat kagum karena dapat
melihat tulisan “Manchester United” yang tersusun dari kursi-kursi penonton di
North Stand. Secara tidak sadar saya bertepuk tangan sendiri sehingga memancing
penonton yang duduk di sebelah saya mendelik aneh. Sadar dilihat, saya pun diam
dengan wajah malu.
![]() |
sumber |
Dasar bodoh, membatin.
Saya melihat antrean penonton yang menunggu giliran
masuk dekat pintu, tetapi kerumunan tersebut tidak mau bergerak. Rupanya mereka
menantikan pemain-pemain masuk ke stadion. Dari posisi saya berdiri, pintu
masuk para pemain hanya berjarak lima meter dan saya bisa melihat langsung tanpa
perlu berdiri dari kursi. Para pemain itu memasuki stadion dengan rapi, meski
para fans dapat melihat dari dekat tak serta merta membuat suasana menjadi
ricuh. Saya pun hanya memandang mereka dari tempat duduk.
Sungguh, saya merasa beruntung, pengalaman ini tak mungkin
disia-siakan untuk mengambil gambar. Dengan kemampuan jepretan amatir dari kamera
saya, sebisa mungkin pemain yang lewat saya foto. Tidak lama saya menikmati
momen tersebut karena kerumunan fans lain di sebelah pintu mendesak masuk
sehingga menghalangi bidikan lensa kamera. Saya pikir, bisa melihat para pemain
lagi setelah pertandingan usai karena mereka pasti melewati pintu yang sama.
Tak pernah terlintas dalam benak saya bisa duduk di
kursi ini dan menyaksikan para pemain cadangan melakukan pemanasan. Danny
Welbeck sibuk memainkan bola tepat di depan mata saya, Ashley Young lagi
pemanasan berlari-lari kecil di tepi bersama Adnan Januzaj.
Saya tidak menyangka bisa duduk sedekat ini dengan
para pemain dan lapangan. Selain itu saya baru menyadarai posisi saya duduk
dekat dengan jalur masuk ke kamar ganti. Posisi ini benar-benar menguntungkan
saya karena bisa menikmati aktivitas pemain dari jarak dekat.
Tentu saja, saya hadir untuk menyaksikan pertandingan,
tidak mau disibukkan dengan kegiatan dokumentasi saya langsung menyimpan
kamera. Mata saya kemudian menangkap tulisan “Theatre of Dreams” di tribun
seberang. Dada saya bergemuruh dan rasanya ini adalah kebangkitan hasrat saya
akan kecintaan terhadap MU. Rasa kagum ini begitu membuncah, mata saya
menghangat tiba-tiba. Entah, pelupuk mata mendadak basah karena mimpi mewujud
nyata.
Saya ingin mengabarkan pacar saya, keluarga dan
teman-teman dekat. Perasaan bahagia ini hanyut dalam rasa syukur yang
berlimpah. Akhirnya saya di sini, Old Traffor di antara sekitar 75.000 penonton
yang memadati stadion kebanggan The Guardian.
Tulisan “Theatre of Dreams” adalah doa bagi seluruh
fans, agar mereka bisa datang dan menjadi saksi pertandingan MU secara langsung.
Kali ini saya akan melihat pertandingan langsung
Manchester United kontra Aston Villa di kandang sendiri. Meski tercatat
akhir-akhir ini prestasi MU di bawah asuhan David Moyes kurang bersinar.Saya sebagai fans merasa kecewa kepada pelatih
Menchester United sekarang. Begitu juga para fans lain yang kecewa kepada
pelatih David Moyes. Kekesalan fans semakin memuncak setelah tim setan merah dipecundangi
rival sekota, Manchester City dengan skor telak tertinggal 0-3 pada 26 Maret
2014.
Saya menghela napas, pertandingan kali ini rencananya fans
akan menyewa pesawat menarik spanduk bertuliskan “Wrong One, Moyes Out”. Saya masih
belum percaya, hal ini akan benar-benar terjadi. Fans sengaja mengumpulkan dana
sebesar 1.000 poundsterling untuk menyewa pesawat tersebut. Hal itu dilakukan oleh
fans sebagai bentuk protes sekaligus tanggapan secara langsung atas spanduk
besar bertuliskan “Chosen One” yang telah digantung dalam Old Trafford sejak
Moyes diangkat sebagai penggantinya Sir Alex Ferguson pada bulan Mei lalu. Tentu,
saya ingin menjadi salah satu saksi perhelatan penting bagi karir pelatih David
Moyes.
![]() |
sumber |
MU terpuruk di tingkat klasemen sementara Premier
League dan tidak akan tampil Liga Champions musim depan. Laga kali ini begitu
krusial di mata pelatih David Moyes yang berada di ujung tanduk.
Jantung saya berpacu, seseorang di sebelah saya
menyerahkan koran. Saya pun membaca koran lokal Inggris Manchester Evening News, dikabarkan pesawat yang disewa fans akan
terbang berputar-putar selama 15 menit di atas Stadion Old Trafford jelang
pertandingan Manchester United vs Aston Villa. Artinya, sebentar lagi pesawat
itu akan melintas. Buru-buru saya mengamati langit Manchester yang berwarna
biru muda. Gemuruh para fans yang bersorak menantikan pesawat, sedangkan saya malah
cemas. Beberapa menit kemudian suara dengung mesin pesawat terdengar samar di
udara disambut dengan gemuruh fans yang lebih membahana. Saya tahu, teriakan
fans adalah bentuk mengamini tulisan di spanduk tersebut. Dada saya kembali
bergemuruh dan bangkit berdiri ikut meneriakkan yel-yel yang diikuti dengan
tangan mengepal menyentuh dada.
![]() |
sumber |
Di stadion Old Trafford semua kursi bernomor. Tak satu
pun penonton yang dapat mengokupasi nomor kursi orang lain. Para petugas
berdiri sepanjang pertandingan menghadap penonton. Tak sedetik pun petugas menoleh
ataupun mengintip jalannya pertandingan. Mereka berdedikasi untuk mengamankan stadion.
Matanya terus mengawasi para penonton, takut berpotensi menimbulkan kericuhan.
Jumlah petugas lebih banyak lagi di antara supporter Man United dan Aston Villa.
Di bagian lain terdapat tempat khusus bagi pengguna kursi roda yang ingin
menyaksikan pertandingan. Sekali lagi, saya dibuat kagum dengan fasilitas
stadion ini.
Jelang dimulainya pertandingan seluruh tribun bergemuruh ketika wasit meniup peluit tanda dimulainya pertandingan. Kedua tim masih bermain aman di awal pertandingan. Tak
ada peluang bagus sebelum sundulan Wayne Rooney di menit 9 masih tidak tepat ke
sasaran dan jauh melalui mistar gawang.
Klub Aston Villa malah mengungguli tim setan merah di
menit ketiga belas. Dari titik dua belas pas, Ashley Westwood mengambil
esksekusi tendangan bebas yang susah dibendung oleh kiper David De Gea. Fans MU
tercengang, saya pun terperangah melihat tim kesayangan tertinggal lebih dulu. Penonton
yang lain bahkan meneriakkan kata-kata kasar melampiaskan kekecewaan di tribun
penonton. Suasana semakin menegang menantikan aksi balasan dari tim Manchester.
Saya pun dibuat gregetan karena serangan-serangan yang dibangun MU masih mudah
terbaca, beberapa kali operan bola di lini tengah mampu direbut.
Barulah pada tujuh menit
kemudian, Shinji Kagawa yang membawa bola dari sisi kiri tak diberi pengawalan
ketat dari musuh sehingga mampu mengumpan bola tepat ke arah depan gawang yang
langsung disambar dengan sundulan kepala Rooney. Kiper Brad Guzan terkejut dan
tidak siap melakukan tindakan antisipasi sehingga gawang Aston Villa kebobolan.
Saya bersorak diikuti ribuan penonton yang melihat selebrasi pemain merayakan
gol. Tentu saja, saya merasa ikut meluapkan kegembiraan.
![]() |
Selebrasi Rooney, sumber |
Pertandingan pun dilanjutkan, tim
Manchaster lebih bersemangat membangun serangan meski masih dipatahkan oleh
Aston Villa. Tatapan harap-harap cemas dari tribun penonton membuat saya ikut
khawatir pertandingan ditutup imbang.
Akhirnya serangan demi serangan
yang dilancarkan tim tuan rumah dijegal oleh pertahanan tim lawan, sehingga
terjadilah pelanggaran. Wasit Martin Atkinson dengan tegas memberikan penalti setelah
Leandro Bacuna melakukan tackle berbahaya
mengenai kaki Juan Mata yang roboh di depan gawang Aston Villa. Rooney sebagai
eksekutor dengan mantap menjebol gawang disambut dengan pelukan erat dari
teman-teman The Guardian. Tuan rumah unggul 2-1 sampai turun minum ketika wasit
meniup peluit panjang.
Saya dan ribuan penonton
menyambut kemenangan tersebut dengan yel-yel penuh antusias jelang berakhirnya
babak pertama. Dari tempat saya duduk, bisa terlihat jelas pemain-pemain yang
telah berjuang di arena gladiator lapangan hijau meninggalkan lapangan melalui
pintu. Momen tersebut saya manfaatkan untuk kembali mengambil gambar. Sang pelatih
David Moyes terlihat lebih tenang dan senyum tipis mengiasi wajahnya begitu
ikut mengekor di belakang pemain memasuki pintu.
Ketika babak kedua dimulai, terdapat
beberapa rotasi pemain dan gaya strategi serangan. Aston Villa tim tamu malah
lebih dulu memiliki dua kesempatan emas lewat Christian Benteke. Pemain dari
Belgia tersebut belum maksimal memanfaatkan peluang sehingga gawang De Gea
masih aman dan terjaga.
Pelatih David Moyes terlihat
tegang, raut mukanya kencang dan sesekali teriak dari tepi lapangan memberikan
arahan instruksi. Tangannya menunjuk-nunjuk ke gawang lawan. Berkat dorongan
pelatih, akhirnya tim Red Devil mampu
menambah keunggulan satu gol di menit ke-57. Pertahanan Aston Villa mulai
renggang karena lini depan dikuasai oleh Manchaster dan kepanikan terjadi. Juan
Mata berdiri di posisi yang nyaman ketika bola liar itu diterjang dengan
kakinya merobek jala gawang Aston Villa dan mengubah kedudukan men jadi 3-1.
Sumber |
Sorak sorai kegembiraan
penonton kembali pecah, seluruh atribut bendera berkibar. Beberapa penonton di
sebelah saya berpelukan senang karena keterpurukan MU kembali terselamatkan.
Penampilan Adnan Januzaj di
lapangan membawa atmosfer baru dalam serangan MU. Dia berhasil melewati dua bek
Aston Villa dan menendang bola ke arah
gawang, sayang masih mudah terbaca oleh kiper Guzan. Hal demikian pun terjadi
saat tendangan Rooney masih terlalu lemah sehingga mudah berpindah ke pelukan
kiper Aston Villa tersebut.
Tim tamu tak lantas terus
bertahan, perlahan tapi pasti serangan-serangan Aston Villa kerap mengancam
gawang MU. Namun, tendangan Benteke masih liar tak terukur ke gawang De Gea
sehingga mudah keluar sasaran. Saya ingin rasanya wasit meniup peluit panjang
tanda berakhirnya pertandingan. Duduk di tribun menyaksikan tim kesayangan
berjuang, saya tak henti-henti mendukung. Rasanya hitungan menit begitu lama,
saya takut MU lengah dan berpuas diri dengan hasil sementara 3-1. Pertahanan MU
kerap tak waspada menghadang serangan Aston Villa yang begitu tiba-tiba dan
mengandalkan serangan balik. Kecepatan lari Benteke memang diakui karena bek
kiri Manchester United tak mampu mengejarnya. Beruntung, tak ada serangan yang
berhasil mengubah angka.
Tribun penonton kembali
bergemuruh dengan suka cita manakala Chicharito merobek jala lawan pada menit 91. Gol pemain
asal Meksiko menutup pertandingan dengan cantik lewat umpan silang yang
dilepaskan oleh Januzaj.
sumber |
Senang sekali pertandingan kali ini dimenangkan oleh
MU dengan skor 4-1. Saya sempat mengira MU mampu ditahan imbang langsung
bertepuk tangan begitu wasit meniup peluit panjang. Meski desas-desus
berakhirnya karir pelatih David Moyes mewarnai selama pertandingan dengan
terbangnya pesawat berspanduk tersebut, akan tetapi dengan kemenangan ini mampu
menyelamatkan MU dari keterpurukan. Selalu ada harapan, bagi masa depan MU.
Saya tidak langsung berdiri
dari bangku penonton. Begitu para pemain melakukan selebrasi kemenangan dan
satu per satu meninggalkan lapangan, saya tetap mengabadikan momen tersebut
dengan mengambil foto. Penonton di sebelah saya yang sempat meminjamkan koran
mengajak ngobrol. "Football is my
life," kata Robert. Dia datang ke stadion bersama anaknya. Baginya, seorang
bapak harus menularkan kecintaan terhadap bola kepada anaknya. Jangan sampai
anaknya jatuh cinta pada klub lain, katanya sambil tertawa. Antusiasme warga
Inggris terhadap sepakbola memang begitu besar, terutama di Manchester.
Saya pun bersyukur bisa menyaksikan kemegahan stadion, melihat para pemain dari dekat,
dan merasakan atmosfer pertandingan klub setan merah yang saya cintai di kandang sendiri. Setelah penonton bubar, saya bersiap-siap
meninggalkan stadion. Masih ada tugas bagi saya membuat laporan berita olahraga.
Para fans MU di Indonesia pasti tidak sabar membaca
liputanku dimuat di koran lokal Indonesia. Sampai jumpa.
*) liputan sebelum David Moyes turun tahta, MU vs Aston Villa pada Sabtu, 29 Maret 2014
Nantikan liputan saya bersama Mister Potato di 7 ikon kota lainnya... Ngemil eksis pergi ke Inggris!
![]() |
Ini camilan Fans, ada logo MU! |
4 komentar
hahaha gokil :D
BalasHapusterima kasih, abaikan foto modelnya XD
BalasHapusFotonya jijik!
BalasHapusAsemik! Aslinya sangar, Mas :D
BalasHapus