Bagaimana Cinta
Aku tidak mengerti, memandang
kosong mata menatap jauh pandangan. Tak ada senyum, parasku datar tak membentuk
cuaca. Perlahan, permukaan mata menjadi basah. Cairan bening pun terasa hangat
mengalir di pipiku. Sungguh, aku masih cinta. Perasaanku tak terlukiskan tinta.
Mataku seperti langit berubah merah. Dadaku terguncang karena deburan ombak
terlalu kuat menabrak tepi mataku. Kau tahu, begitu sakit. Seperti sia-sia.
Karena tiba-tiba saja seseorang bisa melupakan cinta. Seperti hujan, mataku
menurunkan gerimis. Apakah aku bisa percaya, suatu saat cinta menjadi luka. Dan
aku menangis karenanya. Apa yang salah, ketika akhirnya kau pun menyerah. Tak
perlu lagi alasan jika kau akhirnya merasa bosan. Apakah masih ada harapan, aku
tak tahu. Karena rasa sakit itu seperti bertepuk tanpa tangan. Menjadikan
kekecewaan sebagai akhir dari cerita yang tak pernah usai. Semalam, kau pun
selalu diam. Aku bertanya baru kau bersuara. Kau tampak dingin, atau mungkin
tak ingin. Setelah percakapan itu berakhir yang tersisa hanya senyap karena tak
ada lagi suara di seberang sana, hening. Kepalaku pening, aku berusaha
menyapamu. Mengungkapkan rasa rindu yang terjebak pada jarak. Tapi kau seakan
ingin segera mengakhirinya. Aku tak mengerti, bagaimana cinta menjadi solusi.
0 komentar