Sisa gemblong di tangan

by - 17.10

Udara ibu kota tercemar polusi ketika pedagang gemblong mangkal di tempat biasa. Karbon monoksida bercampur di udara. Bising deru kendaraan yang bergegas saling menyalakan klakson. Di tengah hiruk pikuk klakson dan padatnya jalanan protocol Jakarta, terjadi sebuah kecelakaan. Seorang bapak yang pulang dari rutinitas bekerja, mobilnya tak sengaja menyenggol motor yang melaju kencang. Begitu mobil bapak itu menyenggol, motor langsung tak terkendali dan jatuh. Seorang anak yang kebetulan tak memakai helm itu tersungkur dan kepalanya menghantam bahu jalan. Darah merah langsung tercecer di tepi jalan.
Sore hari yang macet itu, seorang anak terkapar di tengah jalan. Pelipis kanannya berdarah. Tak ada yang mengenali anak kecil itu. Pakaian lusuh dan celana pendek yang dikenakannya tampak kumal. Dilihat lebih dekat, celana itu adalah seragam sekolah. Tak jauh dari anak kecil terkapar, teronggok sepeda motor. Sebelahnya mobil mewah terparkir begitu saja. Kemudian tergesa-gesa bapak-bapak berpakaian kemeja rapi dan berdasi keluar dari mobil mewah itu. Tangan kanannya masih menggenggam gemblong. Dengan raut pucat pasi dan keringat dingin bapak itu mendekati anak yang terkapar. Anak itu lemah tak berdaya. Dia tak sadarkan diri. Motor yang berada tak jauh darinya terlihat rusak parah. Bahkan stang kemudinya bengkok. Bapak itu langsung terduduk dengan perasaan kacau.
Dia tak mengira anak itu sudah tak sadarkan diri. Suara klakson mobil di sekitarnya semakin membuatnya cemas. Dalam perjalanan pulang seperti ini kemacetan memang tak terhindari. Tapi, siapa sangka melaju sepeda motor yang menerobos dan menyalip di antara sela-sela padatnya mobil. Menyedihkan, bapak itu masih ingat detik-detik sebelum bumper depan mobilnya menyenggol motor yang membuat oleng dan jatuh. Dengan panik, dia mengeluarkan handphone untuk melakukan panggilan darurat panggilan ambulance. Tetapi, di tengah kemacetan seperti ini tak mungkin bantuan segera datang.
Siapa sangka, anak kecil yang terkapar dan berdarah di pelipis kanannya adalah seseorang yang sangat ia cintai. Padahal, baru kemarin rasanya bapak itu menghabiskan waktu bersama anaknya sendiri. Baru kemarin, tepat di akhir pekan bapak itu menghadiahinya sepeda motor. Bahkan, dia rela membatalkan janji meeting besar perusahaanya demi bertemu anaknya yang baru naik kelas. Tak ada yang tahu, gemblong di tanganya masih tergenggam. Tak jauh dari kemacetan itu, tukang gemblong masih berjualan seperti biasa. Tak ada yang tahu gemblong yang dimakan bapak itu, tercemar polusi. Gemblong yang dimakan mengakibatkan daya konsentrasi bapak menurun dan memicu kecelakaan tunggal sore ini.
Ternyata, tak ada yang tahu gula yang dipakai untuk membuat gemblong adalah gula kimia yang berbahaya. Tak ada yang tahu cinta yang begitu besar tak mampu mencegah datangnya kematian dan celaka.


You May Also Like

0 komentar