Diberdayakan oleh Blogger.

Professional Time Waster



Tak ada garis senyum di parasku, setelah genangan air mata membasahi pipi. Merajut kepedihan atas luka yang mungkin tak pernah kulupakan. Kamu tahu, aku begitu besar untuk mencoba berhenti. Tapi aku tak bisa berhenti untuk mencintaimu. Ketika kudengar langsung dari bibirmu, itu rasanya sudah sangat menyakitkan buatku. Air mata tumpah membanjiri malam yang akan selalu kuingat. Tentang hari kita bersama, senyum dan tawa kita. Mungkin, Cuma tawaku. Kau tak pernah benar-benar tertawa. Apalagi mencintaiku, aku tahu kau tak pernah mencintaiku. aku sadar, kita saling mengerti tapi kita tak pernah saling memahami, terutama hati. Ketika segala kurasakan dan perasaan ini mengatakan cinta kepadamu. Aku tak berhak untuk mendapatkan cinta membalas untukku. Aku tahu, rasanya cinta sendirian. Seperti saat aku berada di sudut gelap malam dalam keremangan lampu kamar, aku menahan sedu dan isak tangisku. Sendirian.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Berkas cahaya senyum yang hilang, hilang terbiaskan benci di antara serpihan rasa sakit. Sakit lukaku yang terus memaksaku diam dalam sendu, sendu lara mengekalkan rindu yang berjejalan. Berjalan di antara waktu yang tak pernah berhenti terlebih kembali, kembali di antara puing-puing harapan yang terputus. Terputus oleh kebisuan sunyi yang membeku di sudut hatimu, hatimu telah pergi menjauh dari batas senja. Senja yang kulihat bersamamu saling menggenggam tangan, tangan yang berpelukan di ruas-ruas jari kita yang lembut. Kelembutan yang terhapus oleh masa lalu karena cinta tak pernah datang lagi bahkan sekalipun terucap janji, janji yang tertinggal dalam ungkapan kosong tak bermakna lagi. Lagian aku tahu, sekalipun datang kembali cintaku tak akan pernah sama. Sama terlihat maupun kaurasakan.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Di tengah tiupan angin yang melambai di suatu senja, aku melihat bayangmu. Hatiku dingin, bukan lantas ingin. Aku tidak mengerti kenapa hati begitu lelah dan rasanya ingin menyerah. Ketika kau tak pernah benar-benar pergi. Kau bisa dengan mudah menggoyahkan seluruh keteguhan hati ini. Bahkan aku masih ingat kapan terakhir kali aku berdiri dalam kesunyian. Sedang bayang-bayangmu merasuk masuk tanpa mengetuk pintu. Apa artinya aku berjuang jika seorang diri. Kita pernah punya rasa yang sama, ketika kau bilang rasanya sudah biasa saja. Aku tahu, aku harus berhenti tanpamu. Mungkin diantara cinta, masih ada seberkas benci yang terselip di sudut hati. Mencoba pergi, melepasmu. Memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengisi relung hatimu yang kosong, sejak kau pergi. Meninggalkanku seorang diri, tanpa ucapan selamat tinggal. Aku berdiri menggenggam seberkas bunga, menunggumu. Akan tetapi, aku melihat kau pergi menjauh. Aku tak pernah bertemu pada kesempatan untuk melihatmu di bagian akhir. Kau telah membuat segalanya indah selama ini kukenang menjadi akhir dari segalanya.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Bingkai hati yang mulai basah karena cuaca sedari tadi gerimis tak kunjung reda, aku menggigit bibir bawahku karena resah. Gerimis selalu membangkitkan kenangan yang telah kupendam selama sepekan ini. Jika tetesan hujan mampu menyalakan kembali kemesraan yang terlewati. Berdua bersamamu, jemari kita bersatu saling menggenggam di bawah hujan. Lalu aku meneduh, menghindari hujan dan kau pun tersenyum. Tatapan hangat yang begitu lekat lalu kau mulai mendekat sehingga aku bisa merasakan hembusan nafasmu. Aku tak bisa menjauh karena begitu terjebak pada kebisuan maka mataku tak mampu terpejam karena melihatmu, melirikmu. Memandang hujan, seperti memandang garis air mata di pipiku. Menetes, seperti gerimis. Lalu kulihat aku terjebak pada genangan kesedihanku sendiri, setelah  kepergianmu. Selamat tinggal hujan. Aku akan selalu merindukanmu.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Saat langkahku terhenti di persimpangan jalan, menatap sekitar. Lalu tak kutemukan arah dimana cahaya itu datang. Sesaat mataku terpejam dengan gurat kebingungan yang tak bisa kusembunyikan. Ketika sebuah kerinduan yang tak mampu kucegah, bahkan seperti tetes hujan di ujung daun. Aku tak mampu meraba tanda-tanda hujan ketika hatiku diliputi kegelisahan, sebentar panas lalu sebentar dingin. Mengekalkan keraguan yang datang silih menghampiri, pada setiap detik yang terampas oleh waktu. Aku semalaman memikirkanmu, entah untuk apa. Tapi aku tahu ketika tiba-tiba dadaku berguncang karena sesak, aku ingin mencoba bernafas untukmu. Saat diriku merasa terjebak pada keraguan dan semuanya samar terlihat karena mengabu. Aku hanya tahu berjalan, meski membuat jarak menjadi lebih jauh, bahkan dari bayanganku sendiri. Menemukan waktu, menemukan cahaya. Atau mungkin menemukan cinta.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar


Kadang aku bingung kemana sebenarnya angin menuju, lantas kemanakah kepergian rindu yang hilang. Aku hanya terpaku di sudut ruangan penuh ragu, jika cahaya lampu kian meredup dan aku kehilangan cahaya di malam hari. Mengapa kesedihan ini tak juga pergi ketika kucoba merangkai satu demi satu bait puisi. Kemudian kudendangkan bersama nada sendu untuk mengiringi kepergianmu. Aku tak mau secercah harapan ini hanya melukaimu, karena aku tak yakin. Apakah cinta dapat menghapus air mata, sedangkan aku tak pernah sebahagia ini karenamu. Menemukan kembali senyumku yang hilang. Apakah cerita dapat kulanjutkan menjadi memori indah untuk bingkai mimpi kita. Aku tak tahu, kemana hati ini melangkah. Karena aku takut, bukan saja kehilangan. Aku takut tak percaya lagi bahwa senyuman ini akan kudapatkan. Sejak, kau pergi tanpa pertemuan. Tanpa kalimat akhir, tanpa kau tahu telah banyak derai air mata kuhabiskan. terhenti tanpa kuakhiri.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • ►  2017 (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2015 (17)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (45)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (16)
  • ►  2013 (16)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2012 (59)
    • ▼  Desember (4)
      • Sendirian
      • Tak Akan Pernah Sama
      • Pergi Menjauh
      • Menetes seperti Gerimis
    • ►  November (9)
      • Menemukan Waktu
      • Terhenti tanpa Kuakhiri
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (116)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (16)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (14)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2010 (39)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (12)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates