­

Aku tak Percaya

22.30 / BY Edo
Ditemani sebotol teh manis. Aku pun menuangkan kegelisahanku. Bosan aku dengan penat. Aku pun lelah hingga menyerah. Pasrah. Tak ada lagi niat kecuali berserah. Dirimu sangat berarti bagiku. Tak ada jalan bagiku untuk berlari. Tak ada lagi tempat untukku bersembunyi. Hatiku telah penuh. Tak ada lagi celah. Kenapa harus berpisah. Seperti cinta yang telah mendesah. Aku pun mengalah. Kau biarkan diriku hanyut dalam kesedihan yang basah. Mata yang dibanjiri oleh duka tak pernah memberiku kesempatan...

Continue Reading

Antara Aku, Kau dan Dia

19.16 / BY Edo
Malam terbungkus dingin. hatiku terjerat di dua hati. Seandainya malam menjadi sekeping sendu yang menawan. Aku rela kau menahanku. Agar aku tak perlu memilih. Tapi matamu semakin senja dan tepian sungai selalu mengalir seperti mengiba. Aku tak sanggup. Ini tentang aku, kau dan dia. Seperti segitiga yang sama setiap sudutnya. Aku tak pernah tahu kalau perasaanku bisa hanyut diantara dua samudera. Kemanakah pusara ini akan menemukan titiknya sehingga tak perlu lagi ada yang terluka. Seandainya...

Continue Reading

Cinta Seputih Awan

22.19 / BY Edo
Apakah kau masih percaya cinta itu seputih salju. Tapi aku lebih percaya cinta itu seputih awan. Seperti gumpalan yang terbang di awang lantas tak pernah turun. Cinta bagimu salju yang dingin, kuat dan mampu bertahan. Kini salju tak pernah datang, apakah juga dengan cintamu. Ketika kau lihat awan di atas sana, berarti kau masih melihat cintaku. Salju dan awan sama putihnya. Begitu juga dengan cintaku padamu yang tak pernah ternodai. Putih bersih. Dimanakah hujan dan...

Continue Reading

Matamu Berjelaga

22.05 / BY Edo
Izinkan aku sejenak memandangmu, sayang. Sebelum kau pejamkan mata dan meninggalkanku. Aku ingin memandangmu barang sebentar, bukan untuk kulihat. Aku akan menyimpan seluruh tentangmu pada pandanganku. Ketika kau terlelap, maka aku bisa menyaksikanmu lebih lama. Tapi aku ingin melihat bola matamu yang indah. Mata teduh yang basah karena sendu. Mata seperti bola kristal yang mengkilat diterpa cahaya. Mata yang ingin kusimpan. Mata yang tak pernah padam karena dendam. Sejak kutemukan, matamu lebih indah dari batu...

Continue Reading

Menantimu Pulang

20.56 / BY Edo
Entahlah, ini mungkin hanya lambaian tangan. Ketika kau mulai melaut dan aku masih terdampar. Separuh jiwaku lepas dan membuatku terkapar. Aku akan menantikanmu kembalil. Ketika hari yang kuhabiskan hanya menunggumu menepi. Malam ini akan kuhabiskan sendiri. Biarkan bulan menjadi hiasan yang kupajang di dinding kamar. Setelah kutuangkan kegelisahanku bersama secangkir coklat. Aku tak bisa menahan perasaanku untuk segera menuntaskannya. Menelannya sehabis tegukan sekali. Mungkin kita punya bulan yang sama sepanjang malam. Tapi bulan malam ini...

Continue Reading

Aku Baru Tahu Rasanya Cinta

13.10 / BY Edo
Semalam, aku baru tahu rasanya cinta. Seperti coklat panas yang terasa hangat di lidah dan manis dikecup bibir. Aroma begitu membelai lembut hidung dan membuatku sedikit terpesona. Coklat itu seperti menatap lekat-lekat. Kau bukan saja membuatku kagum, kau begitu menarik perhatianku. Setelah kau kisahkan ceritamu. Aku tahu rasanya cinta. Melewati berbagai konflik dan tragedi, menyisakan pengertian dan arti kasih sayang. Kau setia menghitung detik untuk terus bersamaku. Menjaga perasaan ini yang terus bersemi dan kadang...

Continue Reading

Sepiku Sendiri

15.16 / BY Edo
Di sini, sepiku sendiri. Kubungkus selaput duka dengan secarik tisu yang kemudian basah kuusap saja membasuh luka. Cinta tidak seperti pisau, tapi tajam mampu menorehkan luka. Bukan lantaran kau nyanyikan senandung sendu dan rapalan doa, melainkan bait-bait titian sunyi yang teriris kepiluan hati. Di sini, hatiku terbagi. Antara cinta dan benci. Dua keping rasa yang bersatu dalam sebongkah hati yang mulai karat karena debu dan dosa. Ketika matamu seperti bola lampu yang berpijar menyala api....

Continue Reading

Cinta Tinggal Sepotong

18.55 / BY Edo
Akhirnya aku rindu pada angin dan belain lembut yang mesra serupa kain sutra yang tersulur dari benang emas. Aku rindu pada rintik air yang gemercik menerpa batu-batu kali yang menganak mengalir tepian mengantarku pada kesunyian yang tak kuketahui. Aku rindu pada deretan huruf mati yang berderet panjang terpajang di lembaran-lemabaran cerita kisah perjalanan hidupmu. Aku rindu padamu. tak bisa kutepis perasaan ini, hingga tetes terakhir di gelas menyisakan aroma yang membuatku lupa tentang waktu. Kini,...

Continue Reading

Menyiksaku

09.53 / BY Edo
Benar saja, kau tidak hanya membuatku buta. Kau juga membuatku tidak percaya lagi tentang cinta. Kau masih saja menyembunyikan rahasia. Setelah ujung belati yang kau simpan menusuk jantungku. Kau membuatku tak berdaya hingga melumpuhkan akalku. Meruntuhkan seluruh persendianku, aku tak bisa apa-apa, sembari bersimbah air mata dan aku tak bisa memejamkan mata. Lantaran darah telah menetes. Aku  lemas, kau tega membuatku tak hanya menderita, tapi tersiksa. Setiap yang kulakukan hanya untukmu, tapi kau mengacuhkanku seakan...

Continue Reading

Jangan Kau Pergi

17.47 / BY Edo
Kau bisa saja berkilah, atau beralasan. Cukup sudah kebohonganmu, aku tak suka. Kau membuatku berpikir menjadi berputar terhadap kebalikan fakta, atau menganalisa kemungkinan dan prasangka, itu membuatku nyaris putus asa. Kau bisa bicarakan hal ini pun sambil berbisik-bisik, jangan kau kubur dalam hatimu. Lelah kakiku melangkah, karena kau adalah telapak yang menahanku selama ini dari kata menyerah. Kemanakah angin harus berpulang, tiada rumah berteduh untuk sejenak singgah. Ketika rasaku bercampur menjadi arah angin yang tak...

Continue Reading

Titik Pencapaian Hidup

21.14 / BY Edo
Sebenarnya apa kisah kehidupanmu yang membuatku terpukau. Kembali kubertanya, hidup adalah sejarah, cerita dan kisah. Sejauh mana alur itu berjalan dan menuai konflik. Dimana titik balik untuk berdiri di puncak dan lupa akan daratan, atau diterbangkan angin karena tak pernah kembali berpijak di tanah. Dalam setiap detik kita bergerak dan melakukan perubahan pada garis linear atau secara variabel, di setiap titik itu ada kemungkinan dan kesempatan. Untuk berubah maju berkembang, atau tidak sama sekali, bahkan...

Continue Reading

Pelukan

13.18 / BY Edo
Aku masih merasakan nafasmu. Ketika semua darah mengalir menjadi begitu cepat. Deru nafasmu yang terasa di telingaku. Bahkan, belenggu itu mampu merengkuh bibirku. Aku ingin terus di sini, menemanimu. Ketika setiap gerakanmu mampu terlihat, dan aku tidak bisa bersembunyi, apalagi perasaanku. Aku tidak bisa lepas darimu, merindukanmu. Kau pun tak banyak bicara, hanya sesekali tertawa, atau tersenyum. Tapi aku suka, bukan dari caramu tersenyum tapi caramu menatapku, lekat, penuh cinta. Masih adakah ketidakmengertian diantara kita,...

Continue Reading

Masih Ingin Cinta

20.11 / BY Edo
Malam ini aku mulai bisa tersenyum. Kau tahu, bagiku kau adalah jelaga jernih layaknya danau di musim kemarau yang menghempaskan dahagaku. Ketika kurasa kalut dan resah jiwa, aku hanya ingin menemui dan sedikit membagi kisah denganmu. Kuakui, pengertianmu adalah kesabaranmu. Kurasa kau mampu melampauinya. Langit tetap hitam, tapi bintang tak pernah padam. Aku pun selalu senang bahkan hanya mendapat pesan atau sapaan darimu. Bahkan ketika tak bisa kulihat matamu, aku selalu mengikuti ucapanmu. Bahkan, ketika...

Continue Reading

Kau Bilang tak Usah

01.45 / BY Edo
Sepasang merpati merapatkan cengkeraman di atas ranting dan dahan. Gerimis masih turun perlahan dan bias kaca membekas menyamarkan padangan mata. Aku menatap kosong. Lampu-lampu jalanan seperti kunang-kunang di musim hujan. Adakah kau memikirkan bulan malam ini. Ketika tak kulihat lagi sinarnya tertutup mendung. Dan aku di sini masih menunggumu. Aku ingin menemuimu, tapi kau tak ingin. Aku ingin menemanimu, tapi kau bilang tak usah. Aku pun resah. Hadirku hanya untuk membuatmu sekadar melepas tawa. Mungkin,...

Continue Reading