Api dan Cinta

by - 20.56

Bulan tinggal sepotong, aku tak  bisa membagimu. Di kamar ini cinta tinggal sepotong, aku pun tak bisa membagimu. Ketika jiwamu terlepas, selaksa butir kristal putih menggenang di permukaan mataku. Aku tak memaksa. Ragamu dekat lebih dekat dari pandangan mataku, tapi jiwamu terbang melintasi jutaan kota yang mati. Aku tak bisa mengembalikanmu. Selepas senja kau rebahkan dirimu di dadaku. Melabuhkan rindu dan penat yang menyatu. Pikiran kita berkelana pada rimba imaji dan persenggamaan yang bergelora. Berurai resah dan desah. Benih-benih cinta melebur diantara kecupan hangat dan pelukan. Lalu mendadak dadamu tertegap. Air mata luruh bersama isak tangis dan kebisuan tanpa kata. Aku benci saat ini. Ketika cinta tak lagi bisa mengobati. Derai air mata seperti hujan di malam hari. Dingin. kau pun termenung seperti termangu. Aku tak bisa mereka pikiranmu, sementara hatiku koyak lantaran kau hempaskan aku seperti ini. Menyiksaku tanpa menyentuh. Kau duduk tertunduk lesu. Bagaimana kubagi perasaan seperti sepotong roti tanpa selai. Bahkan saat kau berada sedekat ini, aku tak bisa mengenalimu. Kau tidak lagi senikmat anggur dalam cawan. Semakin banyak kuminum, aku semakin kehilangan kesadaranku. Mencintaimu, lebih dari cukup menyakitkan. Untuk berpisah. Dan api mulai bergoyang di ujung lilin yang mulai habis. Aku segera meniupnya. Selamat tinggal.

You May Also Like

0 komentar