Dirimu, di Hatiku Sudah Terlalu Lama

by - 09.52

Sehangat mentari pagi. Kau pun tersenyum manis membingkai seulas pesona di antara sudut parasmu yang kukagumi. Ada getir. Kau pun menggenggam erat jemariku. Senyummu tak mampu membungkus resahmu. Tatapan matamu sendu. Aku mencoba gentar. Kau pun tak bicara, aku pun hanya terdiam berharap bisa membunuh waktu. Menikmati kebisuan yang terjebak karena perpisahan. Tak ada lagi yang bisa mengembalikannya. Ketika kau berdiri di hadapanku untuk terakhir kalinya. Kutatap matamu yang indah. Ada bias bening yang memenuhi kelopak matamu. Aku tak ingin ada tangis memecah sunyi. Aku pun menyambut tanganmu dan menggenggamnya penuh kelembutan. Jari-jari kita saling berpelukan bukan karena dingin, tapi karena ingin. Seperti tak mau dilepas, begitu erat dan keras. Dirimu, di hatiku sudah terlalu lama. Kau tak bisa meninggalkanku begitu saja. Aku tak butuh ucapan terakhir. Karena semuanya seperti sia-sia. Biarlah kunikmati akhir dari cerita ini tanpa tahu kisah apa selanjutnya yang bisa kuhadirkan untuk menemaniku, sendiri. Ada luapan yang tertawan di dadaku. Seperti gejolak untuk lebih cepat mengakhirinya. Kau lebih sekadar kenangan untuk kuingat. Kau lebih dari sekadar foto untuk kubingkai. Kau lebih sekadar detak untuk menghidupkan jantungku. Kau lebih dari sekadar darah untuk mengalir di seluruh tubuhku. Aku tak bisa melepasmu. Sungguh, aku tak sanggup. Kau membuat derai hujan kembali menerpaku. Tak sehangat pagi. 

You May Also Like

0 komentar