Surat Cinta

by - 22.00

Aku termenung beberapa saat, tanpa ditemani kata dan nada. Sendiri, mendekap sunyi dan mencoba bercengkrama dengan kesendirian. Baru saja, tidak lebih dari sejam, kuterima kirimanmu. Kugenggam sepucuk surat, ada semerbak aroma bunga. Diantara gulunganya terdapat pita berwarna merah muda merona yang kusuka. Kutahu, ada untaian rindu. Bisa kubayangkan, kalimat indah mengalun seperti nada dan puisi cinta sang pujangga yang dimabuk asmara di dalam surat itu. Terukir indah huruf yang tertulis disana. Aku masih terdiam. Belum sempat kubaca. Tapi aku tahu sebagian besar isinya. Ungkapan rasa cinta yang begitu menyentuh kalbu dan merangsang hati. Pernyataan cinta. Bukan sekali ini saja. Dia mengirimiku surat seperti ini. Telah kusimpan puluhan isi hatinya di laciku. Sementara, aku harus bisa menjaga hati. Aku telah melabuhkan hatiku di dermaga lain. Ada seseorang yang kusukai. Memang berat ketika cinta bertepuk tanpa tangan. Tak pernah tergapai selalu menggantung di angan. aku tak bisa mencintaimu, karena aku mencintainya. Apa yang harus kupilih. Dirimu, atau dirinya. Akhirnya, kulipat surat itu. Kumasukkan ke dalam amlop. Kutuliskan namanya. Cintamu kepadaku adalah cintaku kepadanya. Cinta bukan menjadi pilihan. Cinta adalah perhentian. Seperti surat, kadang cinta tak berbalas. Begitu pun cinta terkadang datang salah alamat. Kepada siapakah kukirim cinta, kepadamu atau kepadanya. Kukirim sejuta cinta, barangkali hanya satu yang kau dapat. Berharap merpati datang dengan seuntai tali terikat di kakinya membawa bingkisan kertas berisi ungkapan cinta. Cinta membuatku tak perlu malu untuk bertanya. Dimanakah alamatnya, sehingga bisa kukirimkan cinta kepadanya. Atau kepadamu. 

You May Also Like

0 komentar