Surat Undangan Pernikahan

by - 16.53

Ada surat undangan yang kuterima, kertasnya indah berukir dan bertuliskan tinta emas. Ada kau disana, tertulis. Aku tahu, itu kau. Aku pun tak bisa berbuat apa-apa selain tersenyum getir menahan dada. Kemudian kubaca perlahan penuh seksama, bukan saja namamu. Tapi kulihat ada nama lain. Nama yang tidak begitu kukenal. Dia adalah orang lain. Aku hanya bisa menghitung hari, aku juga hanya menghitung jari. Memandang kosong hamparan rumput dan pemandang alam. Aku baru tahu, sebentar lagi. Tapi aku harus sanggup menerima kenyataan ini. Kau akan menikah, sementara aku mencintaimu. Ada perasaan yang tak mudah kuredam. Mungkin harusnya aku lebih menerima. Sebentar lagi juga waktunya aku pergi. Aku tak perlu memberitahunya. Bahwa hidupku tinggal sebentar lagi. Tapi apakah aku akan bisa menerima, ketika dia menikahi orang lain. Apakah aku bisa menerima, ketika dia hidup bersama yang lain. Biarkan saja, karena hidupku tidak lama lagi. Biarkan dia bahagia. Seuntai harapan yang tergantung di langit kemudian padam dan awan bergemuruh karena hujan akan membasahi tanah. Diam-diam, aku menangis. Kemudian meraung dan berteriak histeris. Tidak menyebut namamu. Tapi nama Tuhan. Segeralah bawa aku pergi. Menjemputku.

You May Also Like

0 komentar