Dilema Cinta

by - 22.55

Kau tahu, aku tak pernah meminta untuk dilahirkan. Aku tak pernah diberi kesempatan untuk memilih. Dimana aku dilahirkan. Maka, setelah sekian lama hidup. Tentu aku ingin segera mati. Berapa banyak orang sakit hati, merasa terbuang dan percuma. Sekian banyak perasaan terhempaskan takdir. Begitu banyak pasangan pecah dan bercerai. Tak ada yang bisa menyatukan kedua insan kecuali pertemuan. Pun berakhir dengan perpisahan yang tak terelakkan. Dimana cinta, adakah bisa membuat semuanya menjadi bersatu kembali. Ketika dunia menjadi arena sandiwara dan perasaan dengan mudah dipermainkan, diperankan. Hatiku jatuh, kutemukan seonggok kesedihan menggantung di suatu malam, tetesan air mata yang tak terdengar jatuh. Kau pun tahu, berapa banyak kesedihan dan tangis menggema tak pernah terdengar kecuali sayup-sayup angin yang mulai merenda tabir kerinduan menjadi peredam rasa sakit dan kecewa. Disini, aku tak tahu. Bagaimana menghentikan pergantian waktu, semua bergilir dan berputar. Kau campakan aku. Tega. Aku hanya bisa berbincang dengan hatiku, semacam berbisik. Lalu terdengar lirih dan menyentuh. Air mata pun mengalir karena kesendirian. Kenangan menjadi duri yang merobek hati. Ingatan akan kisah yang indah menjadi perih untuk dinikmati, terlalu terluka. Untuk apa, lebih baik dilupakan. Akan tetapi semakin kau paksa diriku lenyap dari ingatanmu, hatiku telah bersemayam lama. Kau tak pernah menemukan tempat, kecuali mati. Ragaku terpasung luka akan cinta yang telah membunuhku, perlahan.

You May Also Like

0 komentar