Sungguh Aku Menyesal

by - 02.02

Aku disini, dia disana. Sebelumnya dia bilang padaku, ingin datang padaku. Aku yang memintanya datang. Karena aku ingin memberikan sesuatu padanya. Sebenarnya aku pun tahu, dia berhalangan. Ada acara yang tak bisa ditinggalkan. Dari situ, menyulut kekesalanku. Aku biarkan dia bertanya-tanya. Aku biarkan dia cemas. Aku biarkan dia khawatir. Awalnya kukira dia batalkan pergi. Karena aku tahu acara itu penting baginya. Tapi selain itu aku tak tahu apakah dia benar-benar membatalkan datang acara karenaku. Karena kesalahanku. Dan semua itu terjadi begitu cepat. Aku tak menyangka. Dia pun pergi, membatalkan janji dan hendak menemuiku. Lantas, di perjalanan. Ketika hujan lebat mengguyur dan jalan basah. Terjadilah kecelakaan. Saat kudengar kabar, hatiku runtuh. Tubuhku jatuh. Aku tak berdaya, dan aku benar-benar tak sanggup. Aku harusnya tak memaksakannya datang. Berita itu baru kudengar sedikit terlambat, dari seorang yang berusaha menyelamatkanya di jalan. Dan aku tak memiliki kesempatan lagi melihatnya untuk terakhir kalinya. Karena dia telah meninggal. Aku tak sanggup berbicara. Aku tak sanggup. Selama berhari-hari aku tak sadarkan diri. Selama berhari-hari hidupku tak normal kembali. Aku kehilangan kesadaranku. Aku kehilangan separuh jiwaku. Tidak ada yang lebih sakit dari penyesalan ini karena telah membuatmu pergi. Aku tak pernah bisa berhenti menangis, karena rasa bersalah. Betapa tidak, ketika itu aku memang kesal padanya, namun tak sepantasnya aku begitu. Aku tahu, aku terlambat untuk menyadarinya dan menyesal sejadi-jadinya setelah semuanya terjadi. Orang yang kusayang, akhirnya pergi. Tanpa pamit. Untuk selamanya. Butiran bening itu menjadi banjir yang melanda dan membasahi pipi. Aku tidak bisa menebusnya dengan apa pun. Aku Cuma bisa berdoa sambil berlinang air mata, orang yang kucintai telah pergi sebelum benar-benar datang. Aku telah membuatnya pergi di saat aku benar-benar menginginkannya datang. Maafkan aku sayang. Aku selalu mencintaimu.

You May Also Like

0 komentar