Benang Asmara

by - 21.02

Getir hati yang teriris karena pedih sementara turun perlahan gerimis, malamku kini kembali ranum bersama segelas resahku yang mengepulkan kerinduan. Di antara purnama dan selimut hitam di angkasa, aku bisa melihat binar matamu yang memudar. Kemudian perlahan-lahan lenyap. Meresap ke dalam ronngga-rongga perih hati yang terbalut luka. Cintamu adalah pujaan, seperti perhiasan. Kau begitu berharga, melebihi kata berarti. Kemudian mengalun nada-nada sendu dari bias permukaan mataku. Mengalir lagu kesedihan. Rintik-rintik hujan seakan bercengkerama sangat akrab melewati percakapan mesra, berbincang mengenai romantika cinta. Menangis, memiliki sejuta arti. Sedih, melewati jutaan rasa pelik yang menguras hati. Kini, dalam sendiri kuharap. Dalam sepi kudekap. Sisa cinta yang masih tersisa di antara puing-puing runtuhnya keyakinanku, di antara kepingan-kepingan rindu yang pecah. Aku memintal sebagian benang asmara untuk selalu terkait denganmu, membentuk lembaran kisah cinta selembut sutra. Kemudian kuselimuti dirimu penuh kehangatan. Kepada segelas resah yang basah karena tercampur gerimis. Aku ingin dicinta. 

You May Also Like

0 komentar