Nyanyian Tangis

by - 21.43

Kini lautan semakin terhisap habis lantaran mataku dangkal. Ketika kesedihan menjadi terlalu dan dasar mataku tak berair lagi. Ketika tangis pun menjalar seperti lahar dingin dan turun melewati pipi, bukan air tetapi larva pijar panas yang berasap menganak kali. Aku tak bisa mengungkap bentuk kepedihanku. Ketika rasa sayangku habis karena gelas pun pecah. Bukan separuhnya, melainkan tumpah ruah habis menyeluruh. Hatiku, sesaat kering. Jiwaku sesaat gersang. Dan mataku kembali kemarau bukan lantaran kehabisan air. Tapi karena cuaca tak lagi berpacaran denganku. Aku butuh surgamu. Ketika dahaga karena hasrat luapan kerinduan yang membuncah di tengah padang. Membentuk semacam oase yang terbayang hamparan danau. Bahkan sebenarnya sama sekali hatiku telah meradang. Kini, hanya butiran pasir yang jatuh dari mataku ketika menangis. Dan aku pun mengais butir-butir pasir itu untuk kembali kusimpan, agar aku masih bisa menangis, di kemudian hari.

You May Also Like

0 komentar