Tak Pernah Hilang

by - 16.45

Suatu pagi yang biasa, hadir semacam cahaya kembali menyapa. Tak ada yang berubah manakala rindu pun tak kunjung pulang. Seketika bagian dirimu larut dan hilang. Senyawa cinta yang kini lenyap dalam sekejap lantaran benci yang perlahan tumbuh. Tanpa kutahu ada benih-benih lain yang mengakar perih. Luka masih saja meneteskan darah sejak kau lupa akan janji manismu yang tak terucap kata. Lebih dari sekadar ungkapan bahwa janjimu telah terukir di dalam dada. Entah, apakah benci dapat tersapu angin. Seperti kenangan yang dapat terlupakan begitu saja, ingatan juga album manusia. Suatu waktu dan lupa datang silih berganti. Aku tak menemukan cinta itu kembali. Telah kurantau bilangan kota, kudaki pencakar langit gedung tinggi, kulewati lembah dalam keresahan. Di sudut hatiku masih saja kutemukan namamu, tak pernah hilang. 

You May Also Like

1 komentar

  1. diela_sunrise@yahoo.co.id21 Mei 2012 pukul 00.28

    ku suka karya yang di beri judul "tak pernah hilang" ini. karena sesuatu yang "tak pernah hilang" atau ku sebut "tak bisa hilang" bisa menimbulkan pertanyaan dalam hati tentang arti sebuah keadilan.

    BalasHapus