Aku Ingin Sembuh
Aku hanya termangu, saat mataku
bertemu pada satu surat. Surat yang indah menurutku karena terukir huruf
berwarna emas dengan pita yang menghiasinya. Kamu tahu, itu adalah surat
undangan pernikahan. Sejenak, aku membaca sebuah nama. Aku sangat hafal dengan
nama itu, nama yang sering kusebut dalam hati. Sehingga dalam sekejap mampu
membangkitkan seluruh kenangan yang terkubur dalam. Dan kenangan itu pula yang
membangkitkan bulir mata yang kucoba rendam selama ini. Aku masih selalu lemah
pada kenangan. Pada cerita yang tidak bisa kuingkari, setelah kucoba buang jauh
perasaan itu, entah mengapa surat ini dengan mudah membangkitkan lukaku yang
sempat mengering. Surat yang mungkin berlaku hanya satu hari, tapi membuka luka
besar yang kututup seribu hari yang lalu. Bahkan, aku tak berani untuk
membukanya. Atau sekadar mengetahui lokasi dimana pernikahan itu berlangsung. Aku
takut, luka yang sempat terobati akan kambuh. Aku hanya ingin sembuh.
0 komentar