­

Nyanyian Cinta dan Purnama

22.44 / BY Edo
Mungkin, ini adalah lagu terakhir yang kusenandungkan, seperti lagu gerimis pada bau tanah selepas hujan. Aku ingin kau tidak sekadar mengenangnya seperti bulan yang terkenang pagi. Kau disini, mendekapku seperti kita ingin menyatu, baumu begitu kukenal. Cinta selalu berpihak pada kenyataan, bukan pada perasaan yang selama ini kita nyanyikan. Kau pun mengerti, seberapa kuat kau mempertahankan cinta, maka akan selalu berakhir dengan kehilangan yang menyedihkan. Kau tidak saja menangisinya, kau bahkan menyesalinya. Pernah jatuh cinta....

Continue Reading

Cinta dan Keramik

00.31 / BY Edo
Cinta pada akhirnya membuat keputusan menjadi sebuah pilihan sulit untuk dikorbankan, ada sekeping hati yang patah dan setiap orang harus siap mengambil risiko. Realita kehidupan tak memberikan penawaran, karena semua hal selalu terkait dengan kondisinya. Itu tidak seperti cerita keramik yang saling berciuman. Kehidupan nyata tidak mudah untuk membuat hubungan itu tersambung begitu saja, ketika tali itu terputus suatu ketika maka kau akan dapati ukurannya menjadi lebih pendek, dan sayatan yang kau buat tentu menorehkan...

Continue Reading

UN 2011 #4

09.54 / BY Edo
Aku belum tersadar. Pikiranku masih tersesat menuju bianglala dan rimba penuh bidadari. Ketika bintang dapat dipetik dan aku bisa berputar mengelilingi bulan. Tiba-tiba kudengar suara pintu digedor paksa. Lalu terjadi kerusakan. Aku terperanjat, mataku pun terjaga. Sepasang pemuda berpakaian biasa mendekatiku. Dia berusaha menyentuhku, aku menolak. Aku menggeleng-geleng, mereka pun memaksa. Aku pun di seret. Hari ini harusnya aku ke sekolah. Masih ada ujian nasional. Tapi kulihat butiran-butiran pil itu berserakan di atas meja. Dua...

Continue Reading

UN 2011 #3

13.57 / BY Edo
Aku bingung, selepas bangun. Menggerakkan badan dan menggeliat. Kemudian keluar kamar dan mendapati orang-orang menangis. Padahal aku mau berangkat ke sekolah. Ada ujian nasional. Setelah menguap dan merapikan rambut sebentar, aku kemudian ke ruang makan. Tidak ada makanan yang dihidangkan. Mamaku tidak terlihat di dapur. Aku hanya melihat kerumunan orang di depan rumah dengan pakaian serba hitam. Apa yang terjadi. Kemanakah papaku yang berniat mengantarkanku pagi ini ke sekolah, dengan sepeda motor barunya itu. Mungkin...

Continue Reading

UN 2011 #2

08.56 / BY Edo
Pagi yang indah, kutarik selimut. Aku masih merasakanya. Hari ini ujian nasional yang kedua. Semalam aku belajar bersama denganya. Aku jadi lebih mengerti matematika. Tapi aku tak tahu gerimis semalam berubah menjadi tangisan langit yang deras. Dan aku bertahan di rumahnya hingga hujan reda. Tapi dia tidak hanya menawarkan kopi panas, dia juga menawarkan pelukan. Sampai kulihat telepon genggam miliknya berdering. Dia berbicara dengan rona cemas dan khawatir, lalu mendadak berubah menjadi sentakan ditutup dengan...

Continue Reading

UN 2011

01.32 / BY Edo
Rasa nyeri tak pernah sanggup kulepas. Apalagi luka pedih yang kau torehkan merobek hatiku. Aku tak mengerti. Setelah sekian janji dan ucapan manismu, aku begitu terlena. Hatiku hancur, berserakan. Entah tercecer dimana, barangkali sebagian terkoyak dan termakan anjing. Aku limbung, setelah perceraian kedua orang tuaku. Aku lebih mengenal murka dan teriakan. Ketika mereka berdua beradu mulut dan bertengkar dengan kasar, aku melihat Ibuku terpelanting ke lantai bersimbah air mata lalu kepalanya terbentur tembok dan cairan...

Continue Reading

Mencari Arti Puisi

02.29 / BY Edo
Suatu malam yang dingin dan udara masih berhembus sama, aku mulai berpikir tentang kesejatian dan makna. Selama ini tak dapat kutemukan arti dan makna yang selama ini kucari; puisi.Untuk apa menulis puisi, ketika tidak ada secercah cahaya makna yang mudah untuk dimengerti. Ketika harus meraba untuk memahami, puisi tak sekadar kata. Bahkan puisi tak sekadar ungkapan. Banyak pujangga dan penyair melahirkan puisi. Bahkan dari rahimnya. Aku tak mengerti ketika puisi dianggap sebagai ekspresi jiwa, pengalaman...

Continue Reading

Kamar 2046

22.46 / BY Edo
Ketika juragan turun dari mobil dan memasuki gedung pengadilan, sang supir tersenyum. Kemudian dia menelpon seseorang, tampak begitu mesra. Beberapa menit kemudian mobil yang ia kendarai telah meninggalkan gedung dan lenyap di balik keramaian jalan. Dia tahu, daripada menunggu juragan pulang, lebih baik dia memenuhi janji. Tentu dia tahu janji adalah hutang, dan harus dibayar. Karena dia tidak ingin seperti anggota dewan yang hanya pandai merangkai janji. Tidak begitu lama untuk sampai ke hotel mewah...

Continue Reading

Menantikanmu

06.49 / BY Edo
Seutas mimpi dan aku terjaga merindukanmu. Sungguh, tak ada lagi harapan. Kau merajuk dan aku mengiba. Tapi tak ada pertemuan abadi dan selalu terpisah lagi. Mendambakan kemesraan dan menjalin mimpi bersama sambil terus tergenggam penuh cinta. Saat mentari pagi bersinar maka kau pun berbinar-binar mengharapkanku. Aku pun tersenyum manja menatapmu, sekian lama. Akankah cerita kita yang terus terangkai menjadi nyata. Dan kerinduan ini menemukan telaga menemukan muara tempat kita menyuarakan janji suci di altar bahtera....

Continue Reading

Kutitipkan Rindu

01.05 / BY Edo
Kepada angin yang berhembus, kusampaikan salam dan kutitipkan rindu karena tak lagi mampu kutahan. Kau yang merasuk ke dalam jiwaku dan bersemayam di hatiku. Aku tak bisa menyentuhnya. Daun-daun yang melambaikan tangan itu pertanda. Aku hanya bisa menyaksikan tiupan angin di ujung senja, seperti yang kau ceritakan. Kau berdiri di dermaga menantiku. Merapatkan tangan dan kita menggengam jemari, di pelabuhan yang ingin segera kau temui. Tapi apakah angin telah sampai padamu. Saat kulihat badai telah...

Continue Reading

Secangkir Resah

00.09 / BY Edo
Segelas kegelisahan telah dihidangkan mengepulkan resah dan kecemasan yang membubung hingga ke langit hitam. Aku tak tahu, dengan bahasa apa aku harus meminta, secangkir petaka ini telah ada di depan mata. Kucoba untuk melawan hati atas getir dan sedih yang menuai perih, ketika dawai-dawai rindu telah karam pada ujung kelopak mata membanjiri kepiluan hati yang teriris. Hati terburai menjadi semburat titik titik bekerlipan di angkasa menemanimu. Aku ingin mengecup bibirmu dan membiarkan segala isinya tertelan...

Continue Reading

Hanya untuk Mama

22.45 / BY Edo
Mama, aku akan berusaha semampuku membuatmu bangga. Melihatku berkaca-kaca dan ingin segera berhambur memelukku penuh roha haru dan bahagia. Aku akan memberikan yang terbaik sebaik yang aku bisa, dan kau akan mengecup pipiku beberapa kali. Berikanlah doa dan restumu, aku tidak bisa bertahan tanpa itu, kasih dan cinta mama begitu besar sehingga aku terkadang tak mampu menampungnya dalam pengertianku. Aku selalu ingin berjumpa dan mencium tanganmu, membuatmu tertawa dan kita berdua saling berbagi cerita. Sepanjang...

Continue Reading

I Need You

00.43 / BY Edo
Aku tidak tahu, bagaimana membuat terkadang itu menjadi tidak selalu. Karena kupikir bahwa aku tidak menghindari itu untuk melarikan diri. Aku hanya ingin bersamamu. Kenapa hal sederhana ini bisa menjadi teramat sulit untuk dihubungkan. Dan banyak keterkaitan yang membuatku semakin jauh darimu. Ketika sejauh ini aku berlari hanya untuk bisa membuat jarak menjadi lebih singkat. Aku tidak bisa membawamu ke sini. Aku tidak mengerti apa yang salah tentang keinginanku. Ketika orang harus memandang sesuatu di...

Continue Reading

Sehangat Cinta

19.51 / BY Edo
Kau tidak perlu bicara, aku memahami isi hatimu dan mengerti kerinduanmu selama ini. Cinta tak perlu dirumuskan dengan kata-kata. Cinta adalah bahasa yang mampu dituangkan dalam bentuk sentuhan dan bahasa kalbu. Ketika aku tak bisa melihatmu karena jarakmu terlalu dekat. Kemudian kelopak matamu mengatup dan bibirmu merekah seperti bunga. Aku menyambutnya dengan bibirku yang basah. Dan aku menyentuhmu dengan lidah. Membasahi kekeringanmu selama ini. Cinta tak terkatakan telah teruntai indah bersama kecupan dan bibir yang...

Continue Reading