Diberdayakan oleh Blogger.

Professional Time Waster


Saat langkahku terhenti di persimpangan jalan, menatap sekitar. Lalu tak kutemukan arah dimana cahaya itu datang. Sesaat mataku terpejam dengan gurat kebingungan yang tak bisa kusembunyikan. Ketika sebuah kerinduan yang tak mampu kucegah, bahkan seperti tetes hujan di ujung daun. Aku tak mampu meraba tanda-tanda hujan ketika hatiku diliputi kegelisahan, sebentar panas lalu sebentar dingin. Mengekalkan keraguan yang datang silih menghampiri, pada setiap detik yang terampas oleh waktu. Aku semalaman memikirkanmu, entah untuk apa. Tapi aku tahu ketika tiba-tiba dadaku berguncang karena sesak, aku ingin mencoba bernafas untukmu. Saat diriku merasa terjebak pada keraguan dan semuanya samar terlihat karena mengabu. Aku hanya tahu berjalan, meski membuat jarak menjadi lebih jauh, bahkan dari bayanganku sendiri. Menemukan waktu, menemukan cahaya. Atau mungkin menemukan cinta.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar


Kadang aku bingung kemana sebenarnya angin menuju, lantas kemanakah kepergian rindu yang hilang. Aku hanya terpaku di sudut ruangan penuh ragu, jika cahaya lampu kian meredup dan aku kehilangan cahaya di malam hari. Mengapa kesedihan ini tak juga pergi ketika kucoba merangkai satu demi satu bait puisi. Kemudian kudendangkan bersama nada sendu untuk mengiringi kepergianmu. Aku tak mau secercah harapan ini hanya melukaimu, karena aku tak yakin. Apakah cinta dapat menghapus air mata, sedangkan aku tak pernah sebahagia ini karenamu. Menemukan kembali senyumku yang hilang. Apakah cerita dapat kulanjutkan menjadi memori indah untuk bingkai mimpi kita. Aku tak tahu, kemana hati ini melangkah. Karena aku takut, bukan saja kehilangan. Aku takut tak percaya lagi bahwa senyuman ini akan kudapatkan. Sejak, kau pergi tanpa pertemuan. Tanpa kalimat akhir, tanpa kau tahu telah banyak derai air mata kuhabiskan. terhenti tanpa kuakhiri.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Hanya waktu yang dapat membagi celah di antara kesempatan dan penyesalan. Ketika kau tak pernah punya waktu untuk berharap bahkan sekadar ingin. Tak ada yang bisa mengembalikan waktu seperti dahulu, seperti kenangan yang telah kau kubur bersama pasir di tengah pulau. Jarak antara hati dan air mata hanya terbatas pada pejaman mata, saat mengiringi luka hati yang tak pernah usai. Tapi matahari selalu terbit ketika matamu mulai terbuka, kemudian hatimu. Biarkan daun-daun basah oleh embun sementara hangat menyelimuti tubuh selama matahari bersinar. Menebarkan harapan baru di antara keringat yang tersembul di sekujur tubuhmu, menyambut esok yang lebih cerah. Meski hujan, badai pasti berlalu. Tak pernah ada waktu di mana jam berhenti karena detik berguguran bersama air matamu, tidak ada kesedihan yang abadi. Kecuali kau rindukan. Tidak ada yang tahu kedalaman laut, begitu juga hatimu.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Pagi yang dingin, aku dibangunkan deburan ombak dan buih laut yang berkejaran di bibir pantai. Lalu kuhirup aroma hujan semalam sewangi harum bunga lily. Di ujung dermaga kulihat awak kapal yang bergoyang mengikuti irama ombak. Aku terduduk di sebuah kursi kayu tua dan memandang langit. Tak pernah kurasakan setenang ini. Meraba hati yang basah karena semalam ternyata turun hujan. Indahnya, saat tubuhku menyatu bersama air laut dan menyaksikan terumbu karang dan ikan yang menakjubkan. Aku begitu dekat, bahkan ketika tarikan nafasku tercekat. Tak ada hal yang bisa kurindukan selain senyuman. Bahkan, di kedalaman air yang tak kutahu jantungku masih berdegup kencang merasakan sisa-sisa kegetiran. Hingga menjelang senja, saat kapal mulai berlabuh dan aku merapat pada tepian dermaga sambil berjalan, kusaksikan langit mega yang mulai merona merah jingga. Dan angin membelaiku mesra, tiupan anginya menerbangkan helai rambutku. Sampai kutahu, waktu tak pernah membawaku pada perhentian tentang cinta. Dirimu.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Entah, malam itu rasanya seperti oksigen mulai menipis dan aku rasanya tidak bisa bernafas. Gerimis pun tak terbendung lagi. Setelah sekian lama akhirnya aku harus merasakan ruang kedap udara. Pintu yang mulai terbuka itu pun tertutup dan aku tak bisa bernafas lagi. Aku akan terbangun esok hari tanpa melihat matahari, aku akan berteman dengan kegelapan. Kesunyian yang kucoba mulai kuakrabi menjadi keheningan alam yang kurindukan. Dinding-dinding mendengar ketukan hatiku yang menjerit tertahan, bukankah aku terbiasa dengan kesepian. Pagi akan berubah menjadi malam dan akan terus seperti itu. Maka, langit menjadi sama ketika mendung datang dan tak kulihat lagi bintang di sana. Rasanya aku masih merasakan sesak saat kutulis ulang perasaan ini. Bisikan hati yang mulai terdengar oleh burung-burung gereja.  Aku akan menantikan sang surya, saat aku benar-benar merindukan hamparan padang hijau rumput sehabis hujan. Aku terbaring di sana, menghirup udara bebas.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Apa kau sebut itu cinta, ketika gejolak dalam dadamu tak mampu kau redam. Semenjak langit terlihat indah padahal masih berwarna biru. Hitungan waktu yang terbuang karena menunggu, menanti harapan akan cuaca esok hari. Siapa bisa mengira, awan cerah di pagi hari berubah sendu dan gerimis ketika petang datang. Dan aku hanya terdiam sendiri di kesunyian malam sambil memikirkanmu, membayangkanmu. Jika suatu hari aku bertemu denganmu secara kebetulan pada waktu yang tak kuketahui. Ketika cinta datang menyapa kau tak pernah mengenal waktu. Ketika perasaan rindu datang kau tak mampu  membendung luapan rindu. Jika saja, bahasa cinta mudah dimengerti dan aku bisa bertemu denganmu. Maka, seluruh anganku tentang bayangmu yang hilang akan hadir dalam setiap mimpiku, dalam setiap pejaman mataku. Inikah rasanya cinta.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • ►  2017 (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2015 (17)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (45)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (16)
  • ►  2013 (16)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2012 (59)
    • ►  Desember (4)
    • ▼  November (9)
      • Menemukan Waktu
      • Terhenti tanpa Kuakhiri
      • Luka Pasti Berlalu
      • Dirimu
      • Bisikan Hati
      • Inikah Rasanya Cinta
      • Cinta Sendiri
      • Cinta tak Ada lagi
      • Demi Sebuah Pilihan
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (116)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (16)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (14)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2010 (39)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (12)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates