Diberdayakan oleh Blogger.

Professional Time Waster

Kasih, aku ingin memelukmu tapi tak sanggup lagi karena kini engkau jauh. Aku tahu, kucintaimu tapi tak mudah, selalu kusayangi tapi kini engkau lelah. Berapa kali kucoba kau artikan salah. Banyak hal kutunjukkan sikapku kau anggap tak peduli. Juga rindu yang selalu kuberikan kau anggap tak berarti. Sedih, mengingat begitu banyak waktu memikirkanmu. Tak membuat dirimu semakin dekat memelukku. Bahkan, kau kini meragu setelah semua cinta coba kujadikan bukti. Sedangkan, kau pikir segala bentuk sayang dan perhatianku tak lebih dari sekadar janji. Ingatkah, kali pertama bertemu, senangnya menyambutku, kau tuliskan namamu dengan ujung jari di punggungku. Kau tuliskan cinta di telapak tanganku, kusimpan satu foto kita di pigura kecil yang terpajang di dinding. Mengetuk hatiku, menitikkan haru. Lamat-lamat rindu, tapi jarak memisahkanku. Mengubur perasaanku jauh ke dasar kegelapan, tak kutemukan lagi cahaya cinta. Saat dirimu, perlahan-lahan meninggalkanku diam-diam. Jika aku bukan jalanmu, aku akan membangun jalan meski harus menghabiskan tahunan waktu dengan menabung rindu setiap hari berharap bertemu denganmu di ujung jalan. mengumpulkan kepingan rindu yang berserakan, juga luka hati yang coba kuabaikan. Aku akan terus berjalan, mencari kesempatan lain, memegang setia dan satu hati tanpa penyesalan. Meski kakiku tak pernah tahu akan berhenti di langkah ke berapa, menemukanmu. Aku tak akan pulang. 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kau sempurnakan senyuman, kau lengkapi kerenggangan jemariku dan tangan kita berpelukan dengan jemarimu. Dengarkanlah, suara hati ini mengutarakan kejujuran tentang senandung rindu yang tak pernah habiskan keresahan yang selalu datang. Cinta yang selalu terbayang, akan garis bibirmu, helai rambutmu yang tersangkut di daun telinga, terselip bulu mata yang jatuh di pipi, rona merah kala dirimu tersipu malu, derai tawa saat dirimu senang. Buatku, mencintai lebih dari sekadar biasa, melewati batas-batas ragu, tentang harapan yang timbul tak memberikan jeda. Merindu lalu hati terbayang hadirnya dirimu. Mendekapku dalam lamunan. Menyeretku pada ingatan dan masa-masa kita bersama menari di bawah hujan, menghindari genangan, menggenggam erat tangan. Masih kurasakan getar dada yang sama saat memelukmu lama. Juga denyut yang seharus tak kusentuh, menerbitkan bias-bias bening di peluk mata. Tak sanggup kubayangkan bahwa selalu ada akhir dari setiap cerita. Aku paling takut untuk menghadapi bahwa kenyataan tak bisa memaksa cintamu untuk terus kumiliki. Saat, sebuah nama hadir selain diriku mengisi sudut hatimu.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Adakah sebuah rasa di mana aku jatuh pada lubang yang sama, lubang hati yang sama. aku mencintaimu lebih dari sekali. Aku jatuh hati kepadamu lebih kuat dari ini. Bukan saja jatuh pada pandangan pertama, tapi jatuh pada penglihatan berikutnya. Pada setiap tatapan matamu di pagi hari, saat senyummu benar-benar mekar seperti bunga selepas terbitnya mentari. Dengan ketulusan hati menyambut pelukanmu, merekam senyumanmu, mengingat kedipan matamu. Aku tahu, telah mengecewakanmu berulang kali, menyakiti hatimu lebih banyak dari sekali. Tapi, aku bahagia bersamamu. Tertawa bersamamu, senang bersamamu. Aku tak bisa menghitung tetesan yang jatuh kala sedih dan pelupuk mataku basah karena takut kehilanganmu. Masih adakah kesempatan yang tersisa, masih adakah kesempatan kedua, ketiga, selanjutnya. Aku takut, kau lelah berdiri dan tegar untuk bertahan dengan semua ini. Adakah rindu yang bisa kubayar menuntaskan sakit hati yang sering kali kutorehkan. Adakah luka hati yang bisa kusembuhkan dengan seribu janji, juga manisnya cinta yang pudar. Kucintai dirimu lebih dari hitungan hari, kusayangi dirimu lebih banyak dari jutaan tahun cahaya, kucoba menyimpul ikatan sayangku kepadamu agar setiap hari bisa menyuburkan cinta mengabadi. Agar kelak perasaanku tak pernah kedaluarsa dan mati. Jika aku salah, mengartikan sikapmu, pengertianmu, ketidakpekaanku menghadapimu. Satu doa dalam dekap, berharap kau merasakan getar di dadaku menerjemahkan perasaan cintaku yang tak mudah untuk kau artikan. Lebih dari sekadar maaf atas segala kekuranganku yang tak bisa kusampaikan.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Bahagialah kepada dirimu yang masih merasakan cinta meski harus menghitung waktu untuk berakhir. Jika sisa waktu untuk mencintai tak lebih dari hitungan hari. Biarkan perasaan ini menjadi lebih kuat dari biasanya, meninggalkan bekas dan jejak kenangan yang indah. Kau, bukanlah mantan, tapi pernah kucintai. Masih harus kuhitung suatu rasa yang pernah singgah di hati. Namamu, terselip rindu meski tak kumiliki. Kucinta dirimu namun perih. Kusayang dirimu tapi sakit. kurindukan engkau namun pedih. Kuingin sisa waktu mencintaimu jadi lebih indah. Salahkah bila aku cintaimu. Semoga aku masih bisa mencintaimu lagi. Mengulang perasaan yang sebenarnya kuhindari. Tapi, ini rasanya masih cinta. Ini rasanya masih indah kurasa. Aku tahu, ada hari di mana aku harus bisa melepasmu pergi. Izinkanlah aku menikmati setiap hitungan detik bersamamu. Izinkan aku merekam setiap kenangan yang kita lalui bersama. Izinkan aku pada kesempatan yang tak pernah terulang untuk membuat ingatan yang akan menjadi lebih dari sekadar kenangan. Cintaimu memang indah, meski rasa sakit. apalah arti cinta, jika tak pernah dirasakan bersama. Aku mengerti, kau telah mengajarkanku cinta. Cinta dalam kesendirian.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Cinta buta itu adalah ketika kamu bisa jatuh dan mencintai seseorang tanpa melihat kenyataanya. Dia itu tidak mencintaimu, artinya kamu jatuh cinta sendirian. Cinta bertepuk sebelah tangan, tak ada nyaring tak ada bunyi. Cinta semacam ini, cinta yang membutakan hati. Lebih banyak memaksakan kehendak dan merasa harus memiliki. Pernah dengar, kan, cinta tak harus memiliki? Cinta memang dimiliki, tapi cintanya tak bisa dipaksa sehati. Jika dia tak mencintaimu, lalu untuk apa menunggu. Untuk apa merindukan seseorang yang tak merindukanmu. Untuk apa mencintai seseorang yang tak mencintaimu. Untuk apa memikirkan bahkan kepada seseorang yang tak mempedulikanmu. Seharusnya, cinta mendekatkan dirimu pada kesadaran. Bahwa cinta melahirkan kasih sayang dan pengertian yang besar. Bahwa pada akhirnya cintalah yang memilih kepada siapa hati yang terpilih. Jika kamu merasa cintamu buta, cobalah untuk membuka mata. Buka mata hati untuk melihat lebih jelas, kepada siapakah cintamu layak dan pantas untuk diberikan. Bukan kepada hati yang telah disia-siakan. Buta, adalah bentuk hati yang terselimuti kegelapan karena memandang cinta bisa diraih, cinta bisa dibentuk, cinta bisa ditimbulkan. Pada kenyataanya, cinta lahir dengan sendirinya. Cinta butuh mata hati untuk melihat lebih jelas, biarkan cinta memilih.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi...
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam,
Sejak dengar lagu ini, gue selalu belajar berenang. Bisa jadi sewaktu-waktu gue jatuh terus nggak bisa bangun, setidaknya gue masih usaha buat berenang, meski lautan sangat luas dan akhirnya gue tenggelam.
Pernah nggak, sih, kepikiran tentang konstituen relasi keterkaitan logis sebuah hubungan dalam pendekatan analisis humanistis. Kayak judul skripsi, ya.
Gue aja bingung, dosen pembimbing juga pasti nolak usulan judul gue.
Erich Fromm, yang disebut sebagai Neo-Freudian. Dalam bukunya yang terkenal, The Art Of Loving (1995), dia menyatakan bahwa cinta adalah suatu kebutuhan dasar manusia untuk keluar dari kesepian dan kesendirian.
Daripada bingung, gue coba pecah dalam beberapa faktor kerangka sub bagian.
Proses pendekatan dalam fungsi kategori PDKT menjadi modal dalam membangun interaksi yang lebih intim, terjadi lekatan pada proses penyesuaian dan adaptasi seluruh informasi detail menyerap ketertarikan sublim.
Dalam hal ini, penyatuan dua faktor x dan y membentuk pola chemistry
Selanjutnya, terlibat interaksi intim, saling mengenal, jadian. Falling in love. Belum cukup sampai di situ, kemesraan di awal-awal, saling mengisi dan cinta terasa manis.
Terjadilah gesekan yang menimbulkan konflik, perselisihan paham, kecemburuan, ketidakadilan, ego bahkan konfrontasi.
Cinta diuji, bertahan atau tinggalkan.
Pada akhir yang tragis, cinta menjadi kehilangan yang tak terelakkan. Broken heart.
Ribuan hari aku menunggumu... jutaan lagu yang kucipta untukmu
Semuanya jadi sia-sia. Tak ada gunanya. Putus ya putus aja. Penjelasan apa pun tak berguna. Perasaan pun tak pernah sama lagi. Kekecewaan, penyesalan tak menyelamatkan.
Teori cinta menurut psikologi humanistik berpangkal pada kesadaran emosional. Pemenuhan kebutuhan dasar sampai aktualisasi diri dan kebahagian menjadi pangkal teori tentang cinta. Cinta bukan semata-mata berdasarkan seks, melainkan suatu pemuasan emosional dengan hasil suatu kebahagiaan.

What do you think? Let me know
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Entah, embun pagi saat hujan tak datang lagi. Seikat mawar layu berada di dalam botol tak juga terkena terpaan sinar mentari. Akankah sepanjang hari, aku tak menemukan cahaya itu datang. Manakala rindu sehabis hujan datang kemarau di esok hari. Kapan tawa itu senyum terkembang menjadi garis tipis sendu yang mengalun tanpa rindu. Pertemuan pun berakhir menjadi perpisahan, bahkan waktu tak berpihak. Langit pagi akan selalu ditemui, akankah perasaan tetap sama sehangat mentari? Diam-diam aku mencuri cahaya, di balik awan sebelum fajar. Tetapi, aku kehilangan kehangatan senyum darimu, sepanjang hari melewati kota dan berjalan-jalan menghabiskan waktu bersama. Berakhir pada dialog singkat pagi yang terlihat kilatan basah di matamu. Aku tak bisa mencegah karena kehabisan waktu, dan sisa sepanjang hari terasa dingin sehabis hujan. Tak ada yang tahu, dalam hitungan waktu dan perputaran jam menghentikan langkah denyut jantungku. Tak ada salam perpisahan, tak ada lambaian tangan, tak ada pelukan hangat yang bisa kukenang. Janji seakan usang seperti buih ombak yang terbawa di bibir pantai. 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kepada hati yang tak pernah lelah merindukan. Aku menitipkan surat tentang kehangatan pagi yang menyelipkan rindu di antara pejaman mata. Saat aku masih mengingat setiap peristiwa manis bersamamu. Mengingat perhatian-perhatian kecil yang ditujukan kepadaku. Ada waktu yang bergulir dan cinta tak semestinya berakhir. Aku ingin surat itu tak pernah salah, karena hati ini tak kehilangan arah. Sejak, aku mencintaimu bukan saja ketulusan. Aku mencintaimu karena kesempatan hati memilih cinta kepadamu. Di antara puing-puing harapan dan luka yang kulupakan. Kau datang, seperti oasis tengah gurun, sementara kemarau berkepanjangan melanda hatiku. Lebih dari sekadar tetes hujan dan tanah beraroma basah karena ketulusanmu menguarkan manisnya cinta. Cinta yang semestinya. Di antara pagi yang selalu kunanti, aku selalu ingin senyummu. Selalu ingin mengingat perhatianmu. Selalu ingin menghabiskan waktu bersamamu. Selalu ingin mengingat waktu yang tersisa akan terasa manis untuk dikenang. Kepada hati yang tak pernah lelah mencintai, aku menitipkan surat ketulusan daun yang tak pernah bertanya pada embun kapan semestinya jatuh. Karena aku jatuh mencintaimu, tanpa pernah bertanya mengapa.  
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Aku merindukan pejaman matamu terbuka dan menatapmu dengan senyum menyambut pagi, membelaimu. Menyusuri lekuk parasmu dengan ujung jari menyelipkan helai rambut yang terurai. Hangat mentari menelusup lewat ventilasi dan kau malas bergerak. Aku masih menyisir rambutmu dengan jemari dan menatapmu mesra. Tak pernah aku merasa bosan, melihat dirimu terbaring dan bebas kulihat setiap jengkal wajahmu. Mennyentuh pipimu yang lembut, mengecup malu-malu. Matamu masih malas untuk terbuka dan aku mengusap-usap dahi dan ujung rambut yang tergerai. Matamu yang lentik dan kusuka, sorot mata teduh yang kucintai. Setiap pagi, aku tak pernah merasa bosan mencintaimu. Menyambutmu dengan senyum saat matamu terbuka, menjelang hari penuh cinta dan kehangatan hatimu yang selalu terasa jauh di dasar lubuk dadaku. Tempat di mana detak jantungku selalu bergetar, setiap menyebut namamu
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Menutup hari yang lelah. Aku tersenyum dalam hatiku pun. Saat ini tak ada yang lebih indah selain aku dan kau saling memahami, jauh lebih sederhana dari arti kata cinta. Tak perlu puisi, ungkapan. Aku tahu, kau cukup mengerti. Sekalipun kukatakan sekali, kau akan lebih mengerti. Aku merindukanmu, sayang. meski pertemuan singkat tak mampu menebus kerinduanku, serupa hujan di tanah gersang, mampu menyiram dahagaku akan senyuman. akankah langit masih sama, akankah hujan turun lagi, tak perlu kau risaukan. cintaku tak pernah berkurang, meski sulit dipahami. aku ingin menggenggam tanganmu lebih lama, aku ingin selalu menjadi pagi yang menyambutmu kala membuka mata, aku ingin lebih dari sekadar pelukan, kasih yang hangat darimu terus mengisi hatiku.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kau tahu, saat terlintas banyak gambaran tentang berbagai kondisi di pikiranku. Kurasa, aku menjadi bingung. Semua orang berada di sekitar, aku tidak mengenalnya. Semua orang sibuk dengan rutinitas kerja, aku tidak begitu mengenalnya. Semua orang bergerak mengikuti ambisi dan naluri, sementara aku terjebak pada kebingunganku sendiri. Kelak, semua hal tak bisa dijelaskan bagaimana seseorang bisa terhubung satu sama lain. Suatu malam, di sela waktu aku menghubungimu dan bercerita banyak tentang hal. Sementara tak ada yang tersisa, selain waktu semakin habis. Begitu banyak orang lalu-lalang, lewat, melintas, tapi tahukah pada akhirnya kita tak saling terhubung karena waktu kita terbatas. Relasi yang terbangun hanya terdiri beberapa orang saja dengan waktu yang tersisa. Aku senang, bisa menghabiskan waktu denganmu. Aku senang merasa dicintai. Aku senang punya waktu untuk berbagi banyak hal denganmu. Aku senang mendapat berbagai perhatian kecil darimu, kecemasanmu, keraguanmu, kekhawatiranmu. Entah mengapa, saat aku merasa kesepian bahkan di tempat yang sangat ramai, aku hanya ingin berada di sisimu dan memelukmu. Menikmati setiap momen, detik demi detik yang tidak akan pernah terulang. Selama, aku tahu banyak hal dan kemungkinan yang terjadi di masa depan. Aku tahu, cintamu begitu besar. Aku takut, suatu saat, cintamu malah membawamu pergi dariku. Aku takut tidak ada yang tersisa di ingatanmu, tentangku. Memikirkan, waktu demi waktu berganti dan banyak hal mulai mengisi pikiranmu. Aku takut, merasakan diriku dilupakan. Aku takut, bagaimana akhirnya tidak dipedulikan. Aku bersyukur, kamu mau menjadi seseorang yang mengisi celah hatiku dan menyayangiku dengan tulus.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku tahu, rasanya terbelenggu keniscayaan hati terperangkap oleh kerinduan tak bisa mewujud lalu pada pertemuan. Memimpikan perjumpaan, selalu saja berakhir menjadi nanti dan kapan-kapan. Jangan pernah lelah meretas rindu meski terlalu sering kau tabung dalam kotak masa depan. Ingatlah, jarak hanya ruang sela di antara dua kaki kita, berpijak pada tanah yang berbeda. Selama, hati kita terucap janji mengikat rasa tentang cinta yang hangat dan manis. Selama, rindu tak pernah usang sementara hati membaja karena penantian panjang. Aku tersiksa, Sayang. Ingatanku tentangmu, begitu juga kecupan panjang terakhir yang selalu kukenang. Menayangkan pelukan di petang malam saat mataku lelap terpejam, tetapi itu hanya mimpi. Aku ingin menemuimu, bercerita tentang rindu dan harapan, tentang kisah yang selalu kuulang. Masa depan yang tak pernah bisa kita jaga, ruang rindu yang selalu sesak oleh namamu. Aku lelah sayang, ingin bersandar pada bahumu dan tanganmu memelukku dari belakang, meleburkan rindu dalam titik temu.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Kapan terakhir kali kau nyatakan cinta. Merasakan kerinduan dan lubuk hati terpenjara oleh perasaan yang tak terdefinisikan. Ketika kamus tak mampu membendung perasaanmu untuk diungkapkan. Saat itulah cinta seperti syair yang dikumandangkan. Kemudian awal selalu saja bertemu akhir dan kisah cinta teramat tragis menjadi kehilangan yang tak terelakkan. Bagi kau yang baru terjatuh karena cinta, nikmatilah. Karena kau bisa jatuh. Maka kau pun bisa bangkit. Saat dirimu terhempas dan dadamu berdarah-darah karena hatimu telah terlalu terluka. Obat yang membuatmu tenang adalah keyakinanmu. Ketika kau percaya bisa untuk bertahan karena cinta, maka kau bisa berusaha untuk melepas cinta. Aku yakin, kenangan tertinggal kenangan, selebihnya arah laju rindu bermuara pada cinta yang baru. Untuk kembali menikmati cinta yang tertinggal, maka pergilah ke mana hati membawamu pergi.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Gue menganggap mengenal seseorang seperti membaca buku, ada beberapa lembar yang mudah dilewati, ada beberapa lembar yang berjalan perlahan satu per satu lembar, bahkan ada yang merasa harus tutup buku di lembar pertama. Mengenal seseorang berarti mencoba memahami, berpikir dari berbagai sudut pandang. Tidak boleh benar-benar langsung menge-judge atau mengambil kesimpulan dari beberapa potongan informasi mengenai dia. Saat ini, gue juga masih membaca tentang diri sendiri, agar gue tidak salah.
Pernah nggak sih, kamu merasa benar-benar seperti mengenal seseorang padahal baru kali pertama bertemu?
Tentunya, mengenal seseorang itu tidak mudah, ada berbagai upaya. Ada adaptasi, toleransi, pengertian. Seperti kita banyak menemukan seseorang fake, berkepribadian ganda. Seperti berapa banyak seseorang yang hanya memanfaatkan atau tidak tulus, oportunis. Banyak macamnya, seperti banyak macamnya kepribadian. Banyak hal relasi dibangun didasarkan atas kepentingan, kesenangan, keinginan.
Memang tidak mudah untuk mengenal seseorang, ada mood, kecenderungan sikap dan perilaku. Bahkan, ada watak karakter dan kebiasaan. Jadi, harus pandai-pandai menentukan posisi. Posisi pun ada struktural, fungsional. Banyak orang juga banyak cara mengenal seseorang.
Berapa banyak sih, kamu merasa benar-benar mengenali seseorang?
Teman-teman, saudara, sanak famili. Kerabat dekat, teman jauh, teman dekat. Berbagai jenis relasi, hubungan antarmanusia membentuk keterikatan dan keterkaitan peran yang berhubungan sehingga membentuk interaksi. Bahasanya formal beud.
Kadang, gue ngerasa harus mengalah. Gue juga ngerasa kadang berada di bawah. Di lain waktu gue tahu seseorang menertawakan bahkan merendahkan. Tapi, gue pikir sedang mengenal seseorang. Jadi, sebenarnya gue punya beberapa catatan tentang seseorang berdasarkan penilaian gue selama berinteraksi dengannya. Namanya, manusia kan nggak sempurna. Gue berusaha untuk tidak seolah-olah menjadi seseorang yang merasa paling benar atau paling baik. Dengan adanya catatan itu, gue punya semacam database sehingga gue punya porsi tertentu untuk berhubungan.
Balik lagi, waktu gue terbatas dan semua hal tentang relasi di atas menghabiskan waktu. Balik lagi dengan masalah prioritas. Terkadang, gue jadi mikir menghabiskan waktu dengan siapa nih seharusnya? Paling banyak waktu yang gue habisin dengan siapa?
Jika mengenal seseorang seperti membaca buku, dan teman yang paling the best adalah buku. Artinya buku sama dengan teman. Berapa buku yang dibaca berulang-ulang, berapa buku yang paling disayang dirawat dengan baik. Berapa buku yang terpaksa harus disumbangkan, berapa buku yang hanya ditumpuk tidak dibaca.
So many books, so little time. So many people, so little time. My time is my life.
Gue membuat korelasi yang berhubungan. Selama ini gue banyak menghabiskan waktu dengan buku, membaca dan berinteraksi dengan orang. Gue punya waktu untuk menghabiskan bersama orang-orang untuk berkumpul, bercanda, bercakap-cakap, tertawa.

Lantas, berapa banyak buku yang cuma kamu pinjam lantas tidak kamu baca? Berapa banyak yang tulus kamu beli dan kamu baca berulang-ulang?
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Kita mirip ya, berarti jodoh dong. Hahaha. Rasanya pengin ketawa aja kalo gue denger kalimat itu. Jodoh, ada di tangan Tuhan. Misteri banget ya, kalo mau nemu jodoh, sih, jangan duduk di pintu. Semakin misteri.
Pedekate lama eh cuma dianggap teman, kasian. Udah pedekate cepat jadian, eh cuma dianggap pelarian. Gue masih nggak ngerti konsep jodoh. Kalo keburu lewat sebelum ketemu jodoh, gimana? Apes dong hidup nggak nemu jodoh?
Istilah kerennya, sih, tulang rusuk? Jadi emangnya kalo jodoh dari tulang rusuk, apa kabar yang poligami, tulang rusuk siapa yang dipake banyak banget?
Pacaran lama, putus-putus juga. Udah nikah, cerai juga. Jodohnya ke mana?
Kalo nyapu yang bersih biar dapet istri cakep, nyapu nggak bersih dapat suami brewok? Bener nggak tuh?
Sampai harus kawin karena deadline, sampai terpaksa mencintai daripada menanggung beban tak laku, sampai harus jadi simpanan, sampai rela dimadu, sampai cinta dipermainkan.
Katanya, sih. kalo jodoh nggak bakal ke mana? Emang mau ke mana, sih?
Biasanya jodoh dikaitkan dengan bertemunya pasangan atau belahan jiwa, ahzeg. Berarti seseorang yang memilih sendiri artinya tak bertemu dengan jodohnya.
Menurut gue jodoh itu seperti sepatu, karena diciptakan sepasang. Kalau kita diciptakan sepasang, berarti matinya pun sepasang, dikubur nggak sendirian. Nggak mungkin juga dong sampai cerai atau ketuker sama yang lain. Karena ukuran sepatu sama.
Adam diciptain sendirian, terus kesepian maka diciptain hawa. Untung Adam nggak berpikir poligami, bisa diciptain hawa sampai tiga, tulang rusuknya tinggal dikit.
Jadi sebenarnya jodoh itu sebentuk apa? Mitos!

Punya pandangan lain? Share komen yuk...
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Perjalanan pulang, di antara lalu-lalang mobil yang melintasi jalan. Gue bertanya, “ke mana sih semua ini?”
Bahkan, mobil satu sama lain tak saling mengenal. Gue duduk di kursi membayangkan, takdir berjalan mengikuti ceritanya. Adakah pertemuan itu satu bentuk takdir, juga perpisahan? Di antara banyak pilihan, konsekuensi dan kesempatan, gue bertanya lalu jika kau pergi itu satu bentuk takdir? Awalnya suka jadi benci, dari temu jadi rindu, dari sayang lalu menghilang.
Gue merasa waktu nggak banyak buat gue menemukan semua jawaban dari pertanyaan yang muncul.
Kenapa gue dilahirkan di sini? Dan banyak pertanyaan yang muncul kemudian.
Sampai pembaca terjebak pada halaman ini dan membaca tulisan gue.
Waktu sangat terbatas, bahkan sampai tak sempat. Gue hanya bertemu beberapa orang saja hari ini, di antara juga seperti yang biasa gue temui. Terkadang gue juga bertemu orang baru, dan orang lama kemudian pergi. Satu per satu, waktu seolah merampas beberapa hal dalam hidup. Waktu buat gue menimbulkan kecemasan, karena kalo nggak sekarang kapan lagi?
Banyak hal yang belum diselesaikan, banyak tenggat waktu yang terpaksa mundur kembali, banyak maaf yang menjadi wajar, banyak kesalahan yang dimaklumi.
Sebenarnya, apakah gue bisa mencurangi waktu ketika gue merasa belum puas. Sampai setiap doa ulang tahun selalu panjang umur. Berapa banyak kebaikan yang gue perbuat untuk orang lain dan membahagiakan orang-orang di sekeliling. Dan berapa banyak justru gue mengecewakan dan melakukan kesalahan?
Sepertinya, akhirnya gue dikalahkan waktu. Terlelap tidur karena lelah, terpaksa memejamkan mata karena perih. Tak ada lagi yang bisa dilakukan ketika tubuh tak kuat lagi berdiri. Akhirnya raga menjadi lemah dan jatuh sakit, dan jantung pun berhenti berdenyut karena kesempatan hidup telah berakhir.
Semua orang pasti takut mati, dan semua orang berusaha hidup dengan mengabaikan datangnya kematian. Ketika waktu tiba takdir pun bicara mencabut nyawa.

Sudahkah merasa benar-benar hidup?
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • ►  2017 (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2015 (17)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2014 (45)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (7)
    • ▼  Maret (16)
      • Jangan Kau Pergi
      • Sebuah Nama di Sudut Hati
      • Cinta Jutaan Tahun Cahaya
      • Kau Mengajarkanku Cinta
      • Biarkan Cinta Memilih
      • The Art of Loving
      • Janji Sekadar
      • Cinta yang Semestinya
      • Setiap Menyambut Pagi
      • Hangat Mengisi Hatiku
      • Terima Kasih Cinta
      • Lelah Disiksa Rindu
      • Cinta Membawamu Pergi
      • So many books, so little time
      • Jodoh itu Mitos
      • Sudahkah merasa benar-benar hidup?
  • ►  2013 (16)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (59)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (9)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (116)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (16)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (14)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (14)
    • ►  Mei (17)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2010 (39)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (12)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates