Membisu di Dermaga

by - 17.17

Kau pikir, aku adalah persinggahan dimana kau berlabuh tanpa jejak. Sementara kau lemparkan jangkar dan tepat mengenai jantungku. Cincin yang kulihat melingkar di jari manismu, membuatku terhunus pedang dan meremukkan seluruh harapanku. Kau datang, seperti mentari tampak bercahaya. Memberikan harapan dan kehangatan yang menyinari jiwaku. Lalu kau pergi, tanpa tanda bahwa kau telah melempar janji. Di sini, aku terhenyak dengan hatiku yang terkoyak. Sementara kau tak tahu, jangkar yang kau lempar tepat di dada. Kita pernah sama menggenggam tangan saling menyapa. Bersentuhan dan bibirku melumat segala kenangan. Kau telah mempermainkan perasaanku. Kau datang di saat kau ingin jiwaku yang malang, kau pergi di saat hatiku tak lagi bisa berdiri. Lemas rasanya persendianku tanpa tulang. Seketika tubuhku lumpuh karena cinta telah mencabut jiwaku. Kosong. Kabar yang kuterima seperti tersambar angin manakala kutunggu dirimu di dermaga, membisu dengan hatiku yang kering. Aku tak tahu, kau berlabuh di hatiku karena ingin, atau sekadar menyapa. Sementara senja kian melepaskan bias jingganya. Kemudian lebur berserta permukaan laut yang berwarna keemasan memantulkan cahaya. Saat itulah, aku tahu tidak ada harapan lagi. Tidak perlu ada persinggahan lagi. Kau telah cukup membuatku jatuh, bahkan tenggelam. Di dasar hatiku, bahkan aku mati. Tak ada api kecil yang bergoyang seperti pertama kali kukenal dirimu. Kecuali, kau lemparkan cincin itu untuk melingkar di hatiku. Tapi aku tak ingin. 

You May Also Like

0 komentar